Share

Chapter 3

“Kau sedang apa dikantorku?”

Vindry duduk sofa yang tersedia pada  lobby  kantor milik Kendrick pun mendongak, kedua sudut bibirnya mengukir senyum manis, lalu menatap Kendrick dengann tatapannya  yang lembut.

“Kau bertanya padaku? Lalu aku bertanya kepada siapa? Kau sendiri yang mengatakan kepadaku melalui sambungan telfon, aku harus datang ke kantormu untuk membicarakan pertanggungjawab—”

Kendrick membekap mulut Vindry, dan menatap dingin Vindry, “Kau akan membuat karyawanku salah paham dengan kata-kata yang kau ucapkan, jangan ada lagi yang salah paham selain mommyku.”

Vindry mengangguk mengerti, membuat Kendrick menjauhkan tangannya dari Vindry. Keduanya terlibat adu tatapaan mata, seolah sedang berbicara melalui tatapan mata.

“Jadi, kau akan menemui asistenkku?” tanya Vindry, membuka topik obrolan diantaranya dengan Kendrick.

“Iya. Supaya tidak bertemu lagi denganmu.”

Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh, “Tidak mudah seperti yang kau bayangkan, Tuan. Membuat asistenku percaya harus ada effort yang lebih, dan mommymu mengundangku makan malam nanti di rumahnya.”

“APA?”

Vindry meringis, tatapan beberapa karyawan yang melintas tertuju kepadanya dan Kendrick. Hal itu membuat Kendrick berdeham, lalu menarik Vindry untuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Vindry tersenyum lebar.

“Kita mau kemana, Tuan?” tanya Vindry sebelum akhirnya didorong paksa Kendrick untuk masuk ke dalam mobil. Kendrick menutup pintu mobilnya, dan melangkah gontai menuju pintu kemudi.

“Bertemu dengan keluargamu,” jawab Kendrick asal, membuat Vindry melebarkan kedua matanya dan tersenyum senang.

“Wahh, tuan Kendrick tipe  laki-laki yang sat set sat set yaa,” ucap Vindry, diakhiri dengann terkekeh. Ia menatap Kendrick yang sedang mengemudi.

“Bawel. Bukankah namamu ini lembut dan tenang?” tanya Kendrick tanpa menoleh, diangguki oleh Vindry.

“Memang benar, karena pertemuan kitaa yang membuatku kesal, jadi aku tidak bisa menunjukkan sisi kelembutan hati yang aku punya kepadamu, Tuan,” jawab Vindry dengann lancar, tanpa gugup.

“Baguslah, aku tidak akan jatuh cinta kepadamu.”

Vindry menoleh, menaikkan sebelah alisnya, “Karena kau belum bisa melupakan mantan kekasihmu itu?”

Kendrick menepikan kendaraannya, dan menatap dingin Vindry yang sedang menatapnya. Kendrick terkejut dan tidak suka kepada Vindry yang membahas tentang Diana, “Kau mengetahui siapa mantan kekasihku?”

Vindry mengangguk, “Diana Danira? Kekasih dari Argantara, bukan?”  tanyanya, membuat Kendrick bergumam. Vindry tersenyum, lalu mengusap lengan Kendrick, “Tiga tahun sudah cukup untuk kau membuka hati kembali, mommymu tidak ingin kau menyendiri terlalu lama, Tuan.”

Kendrick menyingkirkan tangan Vindry dari lengannya, dan kembali melanjutkan perjalannya untuk bertemu dengan asisten pribadi dari Vindry. Sedangkan Vindry menatap lurus kedepan sana, lalu tersenyum manis.

“Aku mengerti perasaanmu, Tuan. Aku pernah berada diposisimu, dikhianati oleh pasangan, dibohongi selama satu tahun, dan kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Saat itu usiaku dua puluh tahun, menjalin hubungan saat usiaku delapan belas tahun,” ujar Vindry, ia menoleh, menatap Kendrick yang hanya fokus menyetir.

Vindry terkekeh, dan kembali menatap lurus kedepan, memperhatikan kendaraan yang saling mendahului satu sama lain.

“Aku ingin sedikit berbagi kisah. Dua tahun kami menjalin hubungan, semua tetap sama, mantan kekasihku bermain pintar. Ada satu temanku yang memberitahu, mantan kekasihku ini memiliki anak bersama dengann temanku yang lainnya. Suatu pukulann berat untukku saat itu, bahkan aku hampir ingin bunuh diri,” lanjut Vindry, tersenyum tipis saat mengingat dirinya dahulu.

“Kau tidak perlu menceritakannya,” ucap Kendrick, menoleh ke sisi kiri, dan mendapati Vindry yang tersenyum manis. Senyuman yang benar-benar tulus, dan berhasil membuat hatinya berdesir.

“Tidak apa-apa, aku sudah  bisa berdamai dengan keadaan. Sudah empat tahun berlalu, itu sudah cukup untukku melupakkann semuanya, dan tidak menaruh dendam kepada siapapun. Satu yang saya pegang sekarang, jika dia memang untukku, Tuhan akan mempermudah. Tetapi jika dia bukan untukku, Tuhan akan membuka sifat aslinya,” jelas Vindry  dengan tenang dan lembut, sesuai dengan namanya.

“Di mana alamat rumahmu?” tanya Kendrick, mengalihkan pembicaraan. Sedangkan Vindry terkekeh, ia cukup peka dengan pertanyaan Kendrick.

“Nanti akan aku tunjukkan jalannya.”

Kendrick menoleh, “Tidak, aku ingin mengetahui, ada toko kue terdekat atau tidak.”

“Tenang saja, terdapat banyak toko kue di dekat rumahku,” ucap Vindry, hanya diangguki oleh Kendrick.

“Kau benar  seorang penulis?” tanya Kendrick tanpa menoleh, dirinya sedikit mulai penasaran dengan Vindry.

“Iya,” jawab Vindry singkat, atensinya terfokus pada penjual sayur yang sedang mengambil barang dagangan yang berceceran di jalan. Ia menatap Kendrick, “Bisa berhenti sebentar? Aku ingin menolong bapak-bapak tersebut.”

“Aku tidak memiliki banyak waktu.”

Vindry mengangguk dan tersenyum manis, lalu berkata, “Kalau seperti itu, turunkan saja aku di sini, dan kau kembali ke kantor. Lain kali saja bertemu dengan asisten pribadiku.”

Kendrick melirik jam arloji yang melingkar ditangannya, lalu menepikan mobilnya di dekat penjual sayur. Tanpa berbicara apapun, Vindry menyampirkan tas talinya dan berlari menghampiri penjual sayur.

“Kenapa bisa seperti ini, Pak? Apakah ada yang menabrak?” tanya Vindry, membantu mengumpulkan dagangan sayur yang memenuhi jalan. Ia tidak malu dan tidak merasa jijik saat mengambil satu persatu sayuran yang sudah tidak berbentuk.

Penjual sayur yang hampir mendekati usia senja hanya terdiam, tubuhnya sudah ringkih, dann Vindry yang melihatnya merasa kasihan.

“Bapak duduk saja, biar saya yang membereskannya,” ucap  Vindry dengan tulus, membantu bapak penjual sayur tersebut menepi dan duduk di trotoar. Setelah memastikan aman, Vindry mengambil bahan sayur yang masih bagus dan utuh.

Butuh waktu 15 menit untuk Vindry mengumpulkannya, lalu menaruh sepuluh lembar uang pecahan 100 ribu di tas hitam yang tersangkut di gerobak. Ia berjongkok dihadapan Pria paruh baya, dan menggenggam tangan yang sudah keriput.

“Maaf ya, Pak. Saya tidak bisa bantu banyak, lebih hati-hati lagi ya, Pak. Sehat selalu,” ujar Vindry dengan lembut, dan tersenyum saat pria dihadapannya saat ini menatapnya.

“Nona baik sekali. Terimakasih, Nona. Semoga Tuhan memberikan kehidupan yang bahagia untuk Nona.”

Vindry mengangguk, mengusap punggung pria tersebut, lalu beranjak. Ia menaikkan sebelah alisnya saat melihat Kendrick yang sedang memperhatikannya dari balik kursi kemudi, dan terkekeh.

Kendrick mengalihkan atensinya, fokusnya hanya tertuju kepada layar ponselnya. Hingga akhirnya, Vindry kembali  masuk ke dalam mobil dan mengenakan sabuk pengaman.

“Kau memperhatikanku, Tuan?” tanya Vindry, diakhiri dengan terkekeh. Kendrick menoleh dengan tatapan dingin.

Kendrick mengabaikan pertanyaan dari Vindry, lalu menyimpan ponselnya pada dashboard khusus ponsel, dan kembali melajukan kendaraan roda empatnya.

Vindry bergumam, “Kasian yaa, sudah tua, seharusnya beliau hanya di rumah, dan menikmati hasil dari anak-anaknya. Tidak perlu harus bekerja  keras lagi.”

Kendrick hanya mendengarkan, tidak ada niat untuk membalas apa yang diucapkan oleh Vindry. Pemandangan beberap detik yang lalu, cukup membuatnya terkejut. Menurutnya, Vindry seperti punya dua kepribadian.

“Kau hebat, Nona. Mampu membuatku terkesan denganmu. Bagaimana? Itu yang kau inginkan dariku, Nona?”

Vindry terkekeh, “Tidak, Tuan. Aku tidak haus pujian. Oh iya, mommymu mengundangku untuk makan malam di rumahnya,” ucapnya, ia kembali mengingatkan bahwa Mommy mengundangnya untuk makan malam, lalu menatapp Kendrick yang sedang menyetir.

“Kau tidak perlu datang.”

Vindry menggeleng, menatap lurus ke depan, memperhatikan beberapa kendaraan yang melintas di jalan raya, lalu tersenyum manis.

“Tidak baik menolak tawaran dari orangtua, Tuan. Aku akan datang, dengan atau tanpa persetujuanmu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status