“Kau sedang apa dikantorku?”
Vindry duduk sofa yang tersedia pada lobby kantor milik Kendrick pun mendongak, kedua sudut bibirnya mengukir senyum manis, lalu menatap Kendrick dengann tatapannya yang lembut.
“Kau bertanya padaku? Lalu aku bertanya kepada siapa? Kau sendiri yang mengatakan kepadaku melalui sambungan telfon, aku harus datang ke kantormu untuk membicarakan pertanggungjawab—”
Kendrick membekap mulut Vindry, dan menatap dingin Vindry, “Kau akan membuat karyawanku salah paham dengan kata-kata yang kau ucapkan, jangan ada lagi yang salah paham selain mommyku.”
Vindry mengangguk mengerti, membuat Kendrick menjauhkan tangannya dari Vindry. Keduanya terlibat adu tatapaan mata, seolah sedang berbicara melalui tatapan mata.
“Jadi, kau akan menemui asistenkku?” tanya Vindry, membuka topik obrolan diantaranya dengan Kendrick.
“Iya. Supaya tidak bertemu lagi denganmu.”
Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh, “Tidak mudah seperti yang kau bayangkan, Tuan. Membuat asistenku percaya harus ada effort yang lebih, dan mommymu mengundangku makan malam nanti di rumahnya.”
“APA?”
Vindry meringis, tatapan beberapa karyawan yang melintas tertuju kepadanya dan Kendrick. Hal itu membuat Kendrick berdeham, lalu menarik Vindry untuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Vindry tersenyum lebar.
“Kita mau kemana, Tuan?” tanya Vindry sebelum akhirnya didorong paksa Kendrick untuk masuk ke dalam mobil. Kendrick menutup pintu mobilnya, dan melangkah gontai menuju pintu kemudi.
“Bertemu dengan keluargamu,” jawab Kendrick asal, membuat Vindry melebarkan kedua matanya dan tersenyum senang.
“Wahh, tuan Kendrick tipe laki-laki yang sat set sat set yaa,” ucap Vindry, diakhiri dengann terkekeh. Ia menatap Kendrick yang sedang mengemudi.
“Bawel. Bukankah namamu ini lembut dan tenang?” tanya Kendrick tanpa menoleh, diangguki oleh Vindry.
“Memang benar, karena pertemuan kitaa yang membuatku kesal, jadi aku tidak bisa menunjukkan sisi kelembutan hati yang aku punya kepadamu, Tuan,” jawab Vindry dengann lancar, tanpa gugup.
“Baguslah, aku tidak akan jatuh cinta kepadamu.”
Vindry menoleh, menaikkan sebelah alisnya, “Karena kau belum bisa melupakan mantan kekasihmu itu?”
Kendrick menepikan kendaraannya, dan menatap dingin Vindry yang sedang menatapnya. Kendrick terkejut dan tidak suka kepada Vindry yang membahas tentang Diana, “Kau mengetahui siapa mantan kekasihku?”
Vindry mengangguk, “Diana Danira? Kekasih dari Argantara, bukan?” tanyanya, membuat Kendrick bergumam. Vindry tersenyum, lalu mengusap lengan Kendrick, “Tiga tahun sudah cukup untuk kau membuka hati kembali, mommymu tidak ingin kau menyendiri terlalu lama, Tuan.”
Kendrick menyingkirkan tangan Vindry dari lengannya, dan kembali melanjutkan perjalannya untuk bertemu dengan asisten pribadi dari Vindry. Sedangkan Vindry menatap lurus kedepan sana, lalu tersenyum manis.
“Aku mengerti perasaanmu, Tuan. Aku pernah berada diposisimu, dikhianati oleh pasangan, dibohongi selama satu tahun, dan kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Saat itu usiaku dua puluh tahun, menjalin hubungan saat usiaku delapan belas tahun,” ujar Vindry, ia menoleh, menatap Kendrick yang hanya fokus menyetir.
Vindry terkekeh, dan kembali menatap lurus kedepan, memperhatikan kendaraan yang saling mendahului satu sama lain.
“Aku ingin sedikit berbagi kisah. Dua tahun kami menjalin hubungan, semua tetap sama, mantan kekasihku bermain pintar. Ada satu temanku yang memberitahu, mantan kekasihku ini memiliki anak bersama dengann temanku yang lainnya. Suatu pukulann berat untukku saat itu, bahkan aku hampir ingin bunuh diri,” lanjut Vindry, tersenyum tipis saat mengingat dirinya dahulu.
“Kau tidak perlu menceritakannya,” ucap Kendrick, menoleh ke sisi kiri, dan mendapati Vindry yang tersenyum manis. Senyuman yang benar-benar tulus, dan berhasil membuat hatinya berdesir.
“Tidak apa-apa, aku sudah bisa berdamai dengan keadaan. Sudah empat tahun berlalu, itu sudah cukup untukku melupakkann semuanya, dan tidak menaruh dendam kepada siapapun. Satu yang saya pegang sekarang, jika dia memang untukku, Tuhan akan mempermudah. Tetapi jika dia bukan untukku, Tuhan akan membuka sifat aslinya,” jelas Vindry dengan tenang dan lembut, sesuai dengan namanya.
“Di mana alamat rumahmu?” tanya Kendrick, mengalihkan pembicaraan. Sedangkan Vindry terkekeh, ia cukup peka dengan pertanyaan Kendrick.
“Nanti akan aku tunjukkan jalannya.”
Kendrick menoleh, “Tidak, aku ingin mengetahui, ada toko kue terdekat atau tidak.”
“Tenang saja, terdapat banyak toko kue di dekat rumahku,” ucap Vindry, hanya diangguki oleh Kendrick.
“Kau benar seorang penulis?” tanya Kendrick tanpa menoleh, dirinya sedikit mulai penasaran dengan Vindry.
“Iya,” jawab Vindry singkat, atensinya terfokus pada penjual sayur yang sedang mengambil barang dagangan yang berceceran di jalan. Ia menatap Kendrick, “Bisa berhenti sebentar? Aku ingin menolong bapak-bapak tersebut.”
“Aku tidak memiliki banyak waktu.”
Vindry mengangguk dan tersenyum manis, lalu berkata, “Kalau seperti itu, turunkan saja aku di sini, dan kau kembali ke kantor. Lain kali saja bertemu dengan asisten pribadiku.”
Kendrick melirik jam arloji yang melingkar ditangannya, lalu menepikan mobilnya di dekat penjual sayur. Tanpa berbicara apapun, Vindry menyampirkan tas talinya dan berlari menghampiri penjual sayur.
“Kenapa bisa seperti ini, Pak? Apakah ada yang menabrak?” tanya Vindry, membantu mengumpulkan dagangan sayur yang memenuhi jalan. Ia tidak malu dan tidak merasa jijik saat mengambil satu persatu sayuran yang sudah tidak berbentuk.
Penjual sayur yang hampir mendekati usia senja hanya terdiam, tubuhnya sudah ringkih, dann Vindry yang melihatnya merasa kasihan.
“Bapak duduk saja, biar saya yang membereskannya,” ucap Vindry dengan tulus, membantu bapak penjual sayur tersebut menepi dan duduk di trotoar. Setelah memastikan aman, Vindry mengambil bahan sayur yang masih bagus dan utuh.
Butuh waktu 15 menit untuk Vindry mengumpulkannya, lalu menaruh sepuluh lembar uang pecahan 100 ribu di tas hitam yang tersangkut di gerobak. Ia berjongkok dihadapan Pria paruh baya, dan menggenggam tangan yang sudah keriput.
“Maaf ya, Pak. Saya tidak bisa bantu banyak, lebih hati-hati lagi ya, Pak. Sehat selalu,” ujar Vindry dengan lembut, dan tersenyum saat pria dihadapannya saat ini menatapnya.
“Nona baik sekali. Terimakasih, Nona. Semoga Tuhan memberikan kehidupan yang bahagia untuk Nona.”
Vindry mengangguk, mengusap punggung pria tersebut, lalu beranjak. Ia menaikkan sebelah alisnya saat melihat Kendrick yang sedang memperhatikannya dari balik kursi kemudi, dan terkekeh.
Kendrick mengalihkan atensinya, fokusnya hanya tertuju kepada layar ponselnya. Hingga akhirnya, Vindry kembali masuk ke dalam mobil dan mengenakan sabuk pengaman.
“Kau memperhatikanku, Tuan?” tanya Vindry, diakhiri dengan terkekeh. Kendrick menoleh dengan tatapan dingin.
Kendrick mengabaikan pertanyaan dari Vindry, lalu menyimpan ponselnya pada dashboard khusus ponsel, dan kembali melajukan kendaraan roda empatnya.
Vindry bergumam, “Kasian yaa, sudah tua, seharusnya beliau hanya di rumah, dan menikmati hasil dari anak-anaknya. Tidak perlu harus bekerja keras lagi.”
Kendrick hanya mendengarkan, tidak ada niat untuk membalas apa yang diucapkan oleh Vindry. Pemandangan beberap detik yang lalu, cukup membuatnya terkejut. Menurutnya, Vindry seperti punya dua kepribadian.
“Kau hebat, Nona. Mampu membuatku terkesan denganmu. Bagaimana? Itu yang kau inginkan dariku, Nona?”
Vindry terkekeh, “Tidak, Tuan. Aku tidak haus pujian. Oh iya, mommymu mengundangku untuk makan malam di rumahnya,” ucapnya, ia kembali mengingatkan bahwa Mommy mengundangnya untuk makan malam, lalu menatapp Kendrick yang sedang menyetir.
“Kau tidak perlu datang.”
Vindry menggeleng, menatap lurus ke depan, memperhatikan beberapa kendaraan yang melintas di jalan raya, lalu tersenyum manis.
“Tidak baik menolak tawaran dari orangtua, Tuan. Aku akan datang, dengan atau tanpa persetujuanmu.”
“Kendrick, siapa yang datang? Tamu spesial mommy, kan?”Kendrick menoleh, ia mendapati Mommy dari kejauhan menatapnya yang sedang berdiri di pintu, menutupi Vindry yang menjadi tamu pada malam hari ini. Tamu undangan yang diundang khusus oleh Mommy untuk makan malam bersama.“Ya.”Mommy tersenyum manis, dan menghampiri Kendrick dengan perasaan bahagia. Kendrick yang mengerti pun menggeser tubuh, agar Mommy bisa melihat Vindry seutuhnya.Vindry tersenyum dan menunduk sebagai salam kepada Mommy yang saat ini berdiri dihadapannya, menggantikan posisi Kendrick. Ia bisa melihat Mommy menyambutnya hangat dengan sebuah pelukan.“Selamat malam, Nyonya. Maaf ya sedikit terlambat, tadi macet di jalan,” ucap Vindry dengan lembut dan tersenyum, diangguki oleh Mommy. Ia memberikan paper berukuran cukup besar, “Maaf ya, Nyonya. Hanya ini yang bisa aku berikan kepada Mommy dan keluarga.”“Wahh, terimakasih, seharusnya kau tidak perlu repot-repot, Nona. Yuk masuk,” ajak Mommy dengan mengamit lengan V
“Vindry, bisakah kita mengobrol berdua saja?”Kendrick melirik kedua makeup artist (MUA) yang berada di kamar hotel. Ya, hari ini adalah acara pernikahan Vindry dan Kendrick. Keduanya sepakat untuk menerima perjodohan kedua orangtua masing-masing.Vindry tersenyum kepada Kendrick yang saat ini sudah menjadi suaminya. Lalu menatap kedua MUA yang ada di samping kanan dan kirinya, mengangguk dan tersenyum. Kedua MUA itu mengerti dan melenggang pergi.Kendrick hanya memasang wajah tanpa ekspresi, dan mengunci pintu setelah kedua MUA keluar dari kamar hotel.“Ada apa?” tanya Vindry dengan lembut, memfokuskan atensinya hanya kepada Kendrick yang kini duduk di sofa berwarna biru.Kendrick menatap Vindry yang tersenyum, dia berdeham, lalu berkata, “Mommy sudah memesankan tiket untuk pergi honeymoon, kau bisa menolaknya dengan alasan kau sedang halangan.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, “Kenapa? Bukankah sama saja, menolak atau tidak, kita tidak akan melakukannya, kan?”Kendrick duduk bersa
“Kita akan satu kamar, karena mommy akan sering berkunjung.”Kendrick membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Vindry untuk memasuki kamarnya. Ya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick, pada pukul 6 pagi mereka check-out dan langsung ke rumah milik Kendrick.Vindry melangkah masuk dengan membawa kopernya, karena asisten rumah tangga Kendrick sedang libur. Ia menyimpan kopernya dekat lemar coklat berukuran besar, diikuti oleh Kendrick. Kendrick berdiri dihadapan Vindry yang sedang menatapnya.“Apakah kita akan tetap pergi honeymoon?” tanya Vindry, dijawab dengan kedua bahu yang menaik.“Kau sudah menolaknya? Kalau iya, kita tidak akan pergi honeymoon.”Vindry mengangguk, “Aku sudah menolaknya kemarin pada saat seluruh tamu undangan sudah pulang. Sesuai dengan perintahmu, aku mengatakan bahwa aku sedang halangan.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu apa tanggapan mommy? Membatalkan?” tanyanya, menampilkan ekspresi datar. Sedangkan Vindry menggeleng.“Mommy mengatur ulang
“Bagaimana rasanya menikah dengan seorang Kendrick Milo Intezar?”Vindry menoleh, menatap Bettyana yang sedang menyetir. Ya, sesuai dengan janji, asisten pribadinya itu menjemput di rumah Kendrick dan kini sedang dalam perjalanan ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk stok di rumah Kendrick.“Biasa saja,” jawab Vindry, menatap ponselnya, membalas pesan masuk di sosial medianya yang mengucapkan selamat atas pernikahannya dengan Kendrick.Bettyana menoleh sekilas, “Kau sudah melakukannya?” tanyanya, membuat Vindry bergeming dan otomatis menoleh.“Apa? Malam pertama? Tidak. Kami tidur secara terpisah,” jawab Vindry apa adanya, karena dirinya percaya kepada Bettyana, asisten pribadinya itu tidak akan memberitahu kedua orangtuanya dan kedua orangtua Kendrick.“Baiklah. Aku ingin memberitahumu, kita tidak punya banyak waktu untuk belanja,” ujar Bettyana, menatap Vindry yang mengangguk mengerti.“Masih cukup waktunya jika kita menaruh belanjaan itu di rumah Kendrick terlebih dahulu
“Kau jangan salah paham.”Vindry menatap bingung Kendrick yang keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bath robes atau jubah mandi berwarna putih, sedangkan Kendrick menghampiri Vindry dan mengambil pakaian gantinya.“Salah paham?” tanya Vindry, membuat Kendrick menatapnya dengan tatapan datar.“Kau istriku, tidak baik jika kau diantar atau dijemput lelaki lain,” ucap Kendrick, lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Vindry yang mengerjapkan kedua matanya.Vindry mengulum bibir, menahan rasa kesalnya terhadap Kendrick yang menyebalkan di matanya saat ini. Ia melangkahkan kaki keluar dari kamar, dan menuju dapur untuk menyeduh segelas coklat hangat.“Menyebalkan, kalau bukan karena mamih sama papih, aku tidak mau menikah dengan laki-laki seperti Kendrick.”“Non? Ada apa?” tanya Bibi yang baru keluar dari kamar mandi di dekat tangga, kehadirannnya yang tiba-tiba membuat Vindry mengusap dadanya karena terkejut.“Bibiii. Bisa tidak kalau muncul itu kasih kode?” oceh
“Kau jadi makan siang di rumah?”Vindry memberikan tas kerja milik Kendrick, ia mencoba untuk menjadi istri yang baik untuk Kendrick. Seperti saat ini, mengantarkan Kendrick ke carport dengan membawakan jas dan tas suaminya.Kendrick menerimanya, wajah tetap dengan ekspresi dingin, menatap Vindry yang tersenyum kepadanya.“Ya.”Vindry mengangguk, tidak masalah jika hanya dijawab dengan satu kata, menurutnya itu sudah lebih dari cukup, karena yang dibutuhkan adalah kepastian. Ia tidak ingin jika makanan yang sudah dipersiapkan olehnya akan terbuang cuma-cuma atau dengan kata lain terbuang.“Semangat kerjanya, Kendrick,” ucap Vindry lembut, menyalimi suaminya dan tersenyum manis kepada Kendrick.Kendrick hanya bergumam, lalu masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil dan menurunkan kaca jendela mobilnya. Ia menatap Vindry yang menatapnya bingung.“Ada yang ketinggalan?” tanya Vindry, tidak direspon oleh Kendrick. Membuat Vindry semakin bingung, tiga hari menjadi istri seorang Kendrick
“Ini benar kau yang masak?”Kendrick memperhatikan menu makan siang yang sudah tersusun rapih di meja makan berbentuk persegi panjang, lalu menatap Vindry yang duduk di sisi kanannya. Istrinya itu mengangguk dan tersenyum.“Aku yang memasak, mommy dan bibi hanya memantau saja. Kenapa? Tampilannya tidak meyakinkan ya?”Mommy dan Bibi hanya terdiam memperhatikan pengantin baru yang sedang berbincang. Kendrick memperhatikan menu yang tersaji, menurutnyaa tidak buruk. Sedangkan Vindry mengambilkan sepiring nasi dan ayam saus lada hitam, lalu dihidangkan dihadapan Kendrick.“Kalau memang tidak enak, tidak usah dihabiskan,” ucap Vindry dengan lembut, senyum manisnya tidak luntur sedikitpun.Kendrick hanya bergeming memperhatikan piring dihadapannya saat ini, ragu untuk menyentuhnya. Sedangkan Vindry menunggu suaminya itu untuk menyicipi masakannya. Mommy yang melihatnya ikut gemas.“Kendrick, kau harus cobain masakan Vindry,” titah Mommy penuh penekanan, membuat Kendrick menatapnya.“Mommy
“Mommy masih ada di dalam?”Vindry mengangguk, ia mengambil alih tas dan jas milik Kendrick. Vindry selalu mencoba untuk menjadi istri yang baik, patuh dan cekatan. Seperti saat ini, saat mendengar klakson dari Kendrick, Vindry segera keluar.“Mommy menunggumu, aku tidak tahu apa yang akan mommy katakana,” ucap Vindry lembut, sedangkan Kendrick menutup pintu mobil dan menguncinya.Kendrick merangkul pinggang Vindry, berhasil membuat Vindry mengerjapkan kedua matanya. Sikap manis yang ditunjukkan Kendrick saat ini, membuat Vindry berdeham perlahan, menetralkan perasaannya.“Kau sudah menyuruh mommy untuk pulang?” tanya Kendrick, disela-sela melangkah, nada suaranya datar.“Iya, tetapi mommy tetap ingin di sini, lalu aku harus tetap mengusir mommy?” tanya Vindry dengan pelan setelah mereka berada di teras.Kendrick menoleh, kedua maniknya bertemu dengan kedua bola mata coklat Vindry, mata yang selalu menunjukkan tatapan lembut dan tenang.“Berakting.”Vindry tersenyum dan mengangguk, ta