143.
“Perempuan itu adalah… Kayla… Teman lama saya di universitas dulu,” gumam Olivia Milan dengan sebuah senyum kaku.
“Teman satu kampus? Ah, pasti kalian senang, bisa bertemu di tempat yang sama sekarang! Apakah tidak sebaiknya Nona Milan menghampiri teman Nona?” Alexander Brown seolah mempersilakan Olivia Milan untuk pergi.
“Haha, sayangnya hubungan kami tak begitu baik. Sepertinya saya hanya akan menambah kemarahannya jika saya mendekat. Sebaiknya kita di sini saja, Tuan… Ah, maksud saya, Alex.”
“Oh, jika ada dua gadis yang saling bersitegang, saya tebak pemicunya adalah pria. Apakah saya keliru?” tanya Alex mencoba menebak sebagaimana pada umumnya perempuan memang kerap berebut pria.
“Haha, tebakan anda sama sekali tidak meleset,” jawab Olivia Milan dengan menutup bibirnya karena tersenyum malu. Pangkal masalahnya dengan Kayla Anderson memang karena pria, di mana
144.Baru saja Olivia Milan ingin membalas ucapan kasar dari Kayla Anderson, Alexander Brown menyeret tangan Olivia Milan untuk keluar dari area aula utama. Alexander Brown mengajak Olivia Milan menaiki lift dan menuju ke lantai tiga, tempat di mana Pitch Deck akan dilakukan.“Satu jam dari sekarang presentasi pitch deck akan dilakukan, sebaiknya kita ke lantai tiga. Di sana, mungkin sudah ada beberapa peserta lain yang bersiap-siap,” Alexander Brown memegangi pergelangan tangan Olivia Milan, selagi Olivia Milan mengangguk setuju, Kayla Anderson seolah sedang menggonggong meneriakkan ejekan-ejekannya pada Olivia Milan.“Ahahaha! Gadis miskin memang harus berjodoh dengan pria miskin! Ah, syukurlah aku menemukan kalian berdua di sini! Setidaknya moodku menjadi lebih baik sekarang,” tukas Kayla Anderson seraya bertingkah dengan centil di depan layar ponselnya. Seolah gadis itu sedang menikmati pantulan kecantikan wajahnya yang
145.“Maafkan kami, Tuan. Ada sedikit salah paham di sini, maaf…” Alexander Brown bangkit berdiri dan membungkuk meminta maaf beberapa kali kepada di panitia Pitch Deck.“Baik. Tapi ingat, ini adalah terakhir kalinya aku memperingatkan kalian. Jika kudengar ada keributan lagi di sini, aku berjanji akan memanggil security dan mengusir kalian bertiga. Mengerti?” pria tambun tersebut menuding satu-satu ke arah Alexander Brown, Olivia Milan, dan Kayla Anderson.Ketika Olivia Milan dan Alexander Brown mengangguk hormat atas peringatan dari si panitia, Kayla Anderson justru membuat gerakan seolah ia sedang melecehkan si panitia tersebut. Awalnya, si panitia tentu geram dan ingin menghukum Kayla, namun, pria itu tiba-tiba dipanggil atasannya sebab sesi Pitch Deck akan segera dimulai.“Selamat datang di Benjamin Jackson Project untuk para peserta Pitch Deck hari ini. Selamat mengikuti rangkaian acara. Harap untuk peserta nomor
146.“Nona Milan apakah pernah melihat berita-berita di televisi tentang kematian perempuan akibat mengalami kekerasa dalam rumah tangga oleh si suami?” Alexander Brown mencoba memberi contoh dari kasus toxic relationship di level yang paling ekstrem, yaitu kematian.“Ya. Saya kira saya sempat membaca berita beberapa kali. Apa hubungannya dengan pertanyaan saya?”“Nona Milan, hasil survey yang dilakukan oleh psikolog dan juga psikiater menunjukkan bahwa seorang istri yang tewas di tangan suaminya sendiri, bukan disebabkan oleh kebodohan atau rasa cinta mereka yang terlalu dalam pada pasangan. Anda paham maksud saya?” Alexander Brown memberi tebakan.“Sebentar, maksud anda adalah, mereka tewas karena mereka terlalu pemaaf? Mereka bertahan dalam rumah tangga yang tak sehat karena mereka selalu berhasil memaafkan kelakuan pasangan mereka, begitu?” Olivia Milan menelan ludah beberapa kali. Ia terin
147.Beruntung, Olivia Milan tak perlu menanggapi apa yang baru saja diucapkan oleh Alexander Brown sebab pengumuman di pengeras suara menyebutkan jika peserta dengan nomor urut enam sampai sepuluh diminta untuk memasuki ruang A. Segera setelah mendengar pengumuman tersebut, Olivia Milan bangkit dari tempat duduknya dan mulai mempersiapkan diri.“Mari memasuki ruang A, Nona Milan mendapatkan nomor urut tujuh. Itu artinya Nona akan maju di urutan ke dua pada sesi ini,” ajak Alexander Brown pada Olivia Milan yang mulai sibuk menata berkas dan laptop yang ia bawa.“Benar, Alex. Apa yang diucapkan Kayla ada benarnya. Saya mendapat giliran setelah dia, itu sangat membuat saya gugup. Kayla selalu bisa memukai siapa saja dengan kecantikannya. Itu adalah sesuatu yang tak saya miliki,” gerutu Olivia Milan yang saat itu sempat kaget dengan perubahan penampilan Kayla Anderson. Gadis itu baru saja keluar dari toilet dan mengganti pakaia
148.Mendengar suara ribut-ribut di Ruang A, Shirley Bagget buru-buru keluar dari ruang Pitch Deck dan mencari tahu sumber masalah. Shirley Bagget menggeleng-gelengkan kepala dengan ekspresi marah ketika melihat Kayla Anderson tengah melakukan adu mulut dengan Olivia Milan dan juga Alexander Brown. Ketika Shirley Bagget datang, baik Olivia Milan maupun Alexander Brown merasa cukup lega karena mereka berdua bisa melaporkan tindakan Kayla Anderson pada Shirley Bagget.“Kalian berdua, silakan keluar dari ruangan ini!” bentak Shirley Bagget kepada Olivia Milan dan Alexander Brown. Sebuah keputusan yang sedikit membuat Olivia Milan kebingungan.“Nona Shirley, ada sedikit kekeliruan di sini. Mohon maaf, yang seharusnya Nona usir adalah Kayla Anderson, bukan kami,” ungkap Olivia Milan dan didukung juga oleh Alexander Brown.“Aku tidak pernah salah dalam memutuskan sesuatu, harap kalian camkan itu!” Shirley Bagget
149.Karena terlalu mengkhawatirkan keadaan kekasihnya, Rainer Griffin buru-buru mendatangi BJ Project tepat setelah jam makan siang. Sebagai salah satu donatur tetap di BJ Project, begitu tiba di gedung tersebut, salah seorang pegawai dari BJ Project segera mengantar Rainer Griffin ke lantai tiga untuk melihat kegiatan Pitch Deck di Ruang B.Tak semua donatur diperkenankan untuk menyaksikan Pitch Deck secara langsung, tetapi karena Rainer Griffin termasuk dalam jajaran lima donatur terbesar, maka ia memiliki beberapa hak istimewa termasuk di dalamnya adalah memantau jalannya acara Pitch Deck yang sedang berlangsung.“Saat ini peserta nomor urut enam yang sedang maju di depan, Tuan,” ucap Thomas Riddle, pegawai BJ Project, ketika ia dan Rainer Griffin baru tiba di Ruang A. Melihat ruangan tersebut hanya berisi udara, Rainer Griffin bertanya lagi kepada Thomas Riddle.“Mengapa Ruang A kosong? Bukankah ini menjadi ruang persi
150.Pada akhirnya, Kayla mengerti jika keberadaannya di Ruang B adalah untuk diperolok-olok oleh Alexander Brown. Gadis itu dipermalukan di depan semua peserta Pitch Deck, membuat beberapa peserta dan tim penilai saling berbisik pelan karena tak tahan untuk membicarakan aib Kayla Anderson.“Kalian semua jahat! Kalian tidak punya hati! Kalian kejam dan semena-mena! Aku benci kalian semua!” teriak Kayla seraya bergegas menuju ke pintu keluar.“Tunggu…!” Alexander Brown memanggil Kayla kembali, gadis itu menoleh, berharap Alexander Brown akan mengucapkan maaf atau memberi penghiburan. “Nona Kayla, kalimat yang baru saja kau ucapkan itu, adalah sekumpulan kalimat yang pernah muncul di kepala orang-orang yang kau hina! Ingat, aku adalah salah satu orang yang pernah kau hina! Dan kukira, kau memang memiliki hobi menghina orang. Sekarang, selamat menikmati keterpurukanmu!”Alexander Brown tersenyum sinis
151.“Sayang, lepaskan dulu dekapanmu,” bisik Olivia Milan ketika berada di dalam lift menuju ke ruang penjamuan di lantai empat. Sepanjang mereka berada di dalam lift, Rainer Griffin selalu mendekap pundaknya seolah pria itu ingin memberi penekanan pada Alexander Brown bahwa ia memiliki hak sepenuhnya atas Olivia Milan.“Tidak. Aku khawatir kekasihku akan diculik oleh orang jahat. Saat ini, banyak orang jahat yang penampilannya menyerupai orang baik-baik,” gumam Rainer Griffin seolah sedang menyindir Alexander Brown.“Nona Milan, kuharap kau banyak membaca literature tentang kepribadian orang-orang yang posesif. Jujur saja, beberapa toxic relationship ditandai dengan sikap posesif dari salah satu pihak!” tutur Alexander Brown tak peduli jika Rainer Griffin akan tersinggung karenanya.Sejenak, Rainer Griffin tertawa setelah mendengar peringatan dari Alexander Brown tentang hubungan yang toxic.&ldqu