Share

Terpaksa Menikahi Duda Impoten
Terpaksa Menikahi Duda Impoten
Author: Nona Vie

Pertemuan

Seorang gadis berlari kencang di pinggir jalan yang terlihat begitu sepi malam itu. Lecet di kakinya tidak lagi dia hiraukan, entah kemana sepatu heels yang sejak tadi sempat dia buka dengan paksa. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara dia untuk pergi dari kejaran orang jahat itu.

"Hei, jangan lari kau!" teriakan seorang pria membuat gadis itu semakin mengencangkan langkah kakinya.

"Kanaya!" teriak pria itu lagi.

Namun, Naya terus berlari dengan kencang. Dia tidak ingin menjadi budak nafsu pria itu. Hingga ketika sebuah mobil melaju di jalanan itu, Naya langsung berlari ketengah dan menghadang mobil itu untuk berhenti.

Hampir saja tubuh kecilnya tertabrak jika saja supir mobil itu tidak menginjak rem dengan cepat.

"Hei, apa kau mau mati!" bentaknya dengan kuat.

"Tuan, tolong saya Tuan. Tolong selamatkan saya dari kejaran orang jahat itu, saya mohon," pinta Naya begitu memelas. Dia menggedor-gedor pintu mobil itu dengan kuat. Alex, pria itu sudah dekat kearah Naya hingga membuat dia semakin ketakutan.

"Tuan, tolong!" pinta Naya kembali. Dia terlihat ketakutan saat ini.

"Minggir!" seru supir mobil itu. Dia ingin melajukan mobilnya kembali, namun ucapan seorang wanita membuat dia mengurungkan niatnya.

Wanita itu membuka pintu mobil untuk Naya, "naiklah," ujarnya pada Naya.

Tanpa berpikir panjang Naya langsung masuk ke dalam mobil itu hingga akhirnya mobil melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan Alex yang nampak meradang.

"Naya! awas kau!" teriaknya begitu kesal.

Naya hanya bisa menahan tangis dan memandang Alex yang masih mengumpat di belakang sana. Dia takut jika pria itu akan menjadikannya budak nafsu. Naya sudah berhasil melarikan diri dari Alex yang membelinya di sebuah tempat pelacuran. Jadi sekarang, dia harus bisa pergi dari kejaran pria itu.

"Siapa dia?" tanya wanita paruh baya itu. Masih terlihat cantik dan begitu elegan di usianya yang tidak muda lagi.

Naya menarik nafas dalam-dalam dan mengusap air mata di wajahnya yang sudah berantakan, "dia orang yang ingin menjadikan saya pelacurnya, Nyonya," jawab Naya. Suaranya masih bergetar, karena dia memang sangat takut saat ini.

Wanita itu mengangguk pelan. Dia terus memperhatikan Naya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Cukup cantik dan masih muda, tapi sayang sudah menjadi seorang gadis malam.

"Siapa namamu, dan mau kemana?" tanya wanita itu.

Naya terdiam, dia bingung harus menjawab apa karena untuk sekarang dia sama sekali tidak tahu harus kemana. Hidup Naya sudah hancur dan berantakan. Dia diusir dari rumah oleh ayahnya sendiri dan malah berakhir di tempat pelacuran. Dimana lagi tempat yang aman untuk gadis malang seperti dia? Apakah masih ada orang baik di dunia ini setelah semua yang terjadi pada kehidupannya?

"Saya Kanaya, Nyonya. Saya, saya tidak tahu mau kemana," lirih Naya. Dia tertunduk, menyembunyikan wajahnya yang ingin menangis kembali.

"Kamu bisa kerumah saya," ujar wanita itu. Dia masih terus memandang Naya, namun kali ini dengan senyum penuh arti. Membuat Steve yang membawa mobil sesekali melirik kearah Nyonya nya. Sepertinya dia tahu apa yang diinginkan oleh Nyonya besar ini.

"Saya boleh ke rumah anda, Nyonya?" tanya Naya kembali.

Wanita itu mengangguk dan tersenyum tipis, "kamu bisa memanggilku Nyonya Dena, aku akan menolong mu dari kejaran pria itu, tapi dengan satu syarat," ucap Nyonya Dena.

"Syarat?" gumam Naya.

"Ya, kamu harus mau menikah dengan putraku," jawab Nyonya Dena.

Naya langsung meringis mendengar itu. Menikah? Dengan putranya? Apa Nyonya Dena tidak salah bicara. Bagaimana mungkin dia meminta Naya untuk menikah dengan putranya? Mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu tapi dia sudah meminta hal itu.

Apa jangan-jangan putra Nyonya Dena cacat? atau lumpuh?

"Bagaimana? saya tidak menawarkan kesempatan ini dua kali. Jika kamu menolak, maka saya akan menurunkan kamu di tempat ini," ucap Nyonya Dena. Dia berkata dengan serius dan terdengar tidak bisa di bantah.

Naya bingung, harus apa dia sekarang? Jika dia menolak, sudah pasti Alex akan menemukannya. Tapi jika dia menerima, apa mungkin bisa. Naya masih berusia 21 tahun saat ini. Masih begitu muda.

"Pilihan ada di tanganmu, iya atau tidak," tegas Nyonya Dena kembali.

Naya tertunduk, dan akhirnya dia hanya bisa mengangguk pasrah. Daripada melayani banyak pria, lebih baik dia melayani satu orang pria, bukan.

Nyonya Dena tersenyum sinis melihat Naya, dia tahu ini tidak akan bagus. Tapi keluarga Bagaspati berada dalam keadaan genting saat ini. Putranya harus segera menikah untuk menyelamatkan perusahaan dan nama baik yang hampir hancur. Mungkin dengan menggunakan Naya bisa sedikit menjadi jalan keluar untuk keluarga mereka.

"Kamu tenang saja, kamu hanya perlu melayani putraku dengan baik. Hanya untuk beberapa waktu, setelah itu kamu bisa pergi," Nyonya Dena berucap dengan begitu tenang. Dia tidak tahu jika perasaan Naya yang saat ini tidak baik-baik saja.

Terusir dari rumah karena fitnah ibu tirinya, hampir menjadi seorang jalang juga karena ibu tirinya, dan sekarang dia harus menerima nasib untuk menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal. Terpaksa semua harus Naya lakukan, dia sangat berharap jika dia bisa terbebas dari kejaran Alex yang begitu menginginkan dirinya.

Satu jam kemudian, mereka tiba di sebuah rumah mewah yang cukup megah. Naya turun dan mengikuti Nyonya besar itu masuk kedalam rumah. Terlihat sepi karena hari sudah hampir larut. Hanya ada seorang pelayan yang menyambut mereka. Pandangan pelayan itu terlihat memandang Naya dengan sinis. Tapi tidak Naya hiraukan.

"Bantu dia bersihkan diri. Satu jam lagi temui aku di ruang tengah," ujar Nyonya Dena pada pelayannya.

Pelayan itu mengangguk patuh dan langsung beralih pada Naya.

"Ayo," ajaknya.

Naya hanya mengangguk, sebelum pergi dia menoleh ke arah Nyonya Dena yang sudah pergi meninggalkan mereka tanpa kata.

Naya membersihkan diri di kamar tamu. Mengganti pakaiannya dengan sebuah pakaian baru, tidak tahu dari mana pelayan itu mendapatkannya. Naya tidak lagi perduli. Dia masih mengenangkan nasibnya yang seperti ini. Terlunta-lunta kesana dan kemari padahal sebelumnya dia memiliki kehidupan yang indah. Semua berubah karena ibu tirinya.

"Ayo, Nyonya sudah menunggumu di luar," ucap pelayan itu.

"Bibi, apa Bibi tahu bagaimana putra Nyonya Dena?" tanya Naya. Dia sudah tidak sabar sekali. Dia penasaran seperti apa putra Nyonya Dena. Apakah seorang autisme atau pria yang lumpuh hingga Nyonya Dena mau menikahkan Naya pada putranya.

"Bibi tidak bisa menjawab. Lebih baik kita pergi," ajak pelayan itu.

Naya hanya bisa menghela nafas dan pergi keluar mengikuti pelayan itu berjalan ke ruang tengah. Rumah ini cukup besar, bahkan lebih besar dari rumah keluarga Naya. Tapi rumah ini terlihat menyeramkan dan sepi.

Di ruang tengah terlihat Nyonya Dena bersama dengan seorang pria. Pria yang nampak gagah dan berwibawa. Wajahnya tidak nampak karena dia duduk membelakangi Naya. Tidak mungkin pria itu adalah orang yang ingin dinikahkan padanya, bukan?

"Nyonya," sapa Bibi pelayan.

Nyonya Dena dan pria itu langsung menoleh kearah mereka. Hingga kini Naya bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

"Dia Kanaya, gadis yang akan menikah denganmu," ucapan Nyonya Dena membuat Naya terkejut. Begitu pula dengan pria itu.

"Dia? yang benar saja, Ma," sahut pria itu. Rayden Bagaspati. Matanya langsung menatap tajam pada Naya. Pasalnya dia tahu siapa Naya. Gadis yang pernah dia temui di sebuah club' malam dua hari yang lalu.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status