Share

Bab 86: Jangan Takut

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-09-26 07:59:17

Ketika Galih tiba, rumah itu sudah sunyi, terlalu sunyi untuk ukuran sebuah siang yang mestinya masih riuh oleh suara burung dan lalu lintas di luar pagar. Naila duduk di sofa, tubuhnya condong ke depan, jemari saling menggenggam erat di pangkuan.

Tatapannya kosong, seperti terhanyut jauh entah ke mana. Aroma debu bercampur dengan sisa asap rokok yang entah dari siapa masih menguar di udara, membuat ruang tamu terasa pengap.

Begitu mendengar langkah kaki berat memasuki rumah, Naila tersentak. Kepala yang sedari tadi menunduk mendongak pelan. Matanya memerah, sembab, basah oleh air mata yang sudah kering. Ada ketakutan yang menyelubungi sorot itu, rapuh seperti anak kelinci yang baru saja terperangkap.

“Om Galih, akhirnya datang juga,” suaranya lirih, nyaris patah.

Galih melangkah mendekat. Sepatunya beradu dengan lantai yang masih berserakan pecahan kaca, menimbulkan bunyi kecil yang menegangkan. Sorot matanya mengamati Naila dengan teliti, se

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 90: Aku Tidak Sekekanak Itu

    Awalnya, Naila hanya berniat memanfaatkan Galih. Rencana itu sederhana, nyaris kejam, seperti bidak catur yang digeser tanpa rasa. Tapi pagi ini, semua berubah. Ia bahkan tadinya tak berniat datang, memilih tenggelam dalam rutinitas kosong yang akhir-akhir ini jadi selimutnya.Sampai sebuah pesan singkat dari Rama masuk ke ponsel. Foto yang terlampir membuat dadanya seakan diremas tangan tak kasatmata, perihnya merambat hingga ke tulang.Jantung Naila berdegup lebih kencang dari biasanya. Ada sesuatu di balik bayangan itu, sesuatu yang tak lagi bisa ia sangkal: ia jatuh. Bukan tersandung. Jatuh hati. Pada Galih. Dan menyadari hal itu, menunggu dalam diam tiba-tiba jadi siksaan yang mustahil ia terima.Galih berdiri tak jauh darinya, sosok tinggi dengan wajah yang lebih banyak disembunyikan di balik dingin dan diam. Saat bibirnya akhirnya terbuka, suaranya lirih, namun cukup tajam untuk menembus ruang di antara mereka.“Kali ini aku biarkan. Tapi lai

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 89: Jangan Tekan Dia

    Rama duduk di kursi empuk bergaya kolonial, tak jauh dari tempat Galih berlutut di lantai marmer. Senyumnya tipis, matanya menyipit, penuh rasa puas.Tubuhnya masih terasa ngilu akibat tendangan Galih tadi pagi, rasa perih itu seperti cambuk kecil yang justru menambah nikmat saat melihat lelaki itu sekarang terkapar. Ada getaran haus balas dendam yang berputar dalam dada Rama, seolah kesempatan ini terlalu berharga untuk dilewatkan.Momen seperti ini tak datang dua kali. Sayang sekali kalau Naila tidak menjadi saksi. Rama mengangkat ponsel, cahaya layar memantul di wajahnya yang berkeringat, lalu ia mengabadikan detik itu: Galih dipukul ayahnya sendiri.Dengan jemari bergetar menahan antusiasme, ia segera mengirim foto itu kepada Naila. Bibirnya mengembang menjadi senyum penuh kemenangan.***Setengah jam berselang, sebuah mobil berhenti di depan rumah besar keluarga Santosa di kawasan elite Jakarta Selatan. Dinding pagar menjulang tinggi, berlapis

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 88: Calon Tante

    “Apa?!” Suara Rama pecah, memantul di ruangan yang hening. Matanya membelalak, urat di lehernya menegang, seolah-olah apa yang baru ia dengar lebih mustahil daripada cerita hantu di masa kecilnya.Udara di sekitar mereka seketika mengental. Tatapan orang-orang yang sebelumnya sibuk dengan urusan masing-masing, kini beralih penuh rasa ingin tahu. Ada yang menahan napas, ada yang pura-pura sibuk dengan ponsel tapi telinganya jelas terarah ke arah keributan itu.Rama menyeringai, senyum yang tidak pernah menyimpan kehangatan. Bibirnya terangkat sebelah, menampakkan kepuasan yang dingin. “Pantas saja kamu buru-buru minta cerai. Ternyata kamu sudah menempel ke Om-ku. Naila, kamu nggak ada bedanya sama perempuan murahan di luar sana.”Ucapan itu menusuk seperti pecahan kaca. Sekejap kemudian, suara tamparan keras menggema, begitu nyaring hingga menelan keheningan ruangan. Kepala Rama terhempas ke samping, pipinya berbekas merah tegas dari telap

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 87: Dia Pacarku

    Naila mengerutkan kening, garis tipis muncul di antara alisnya. Ia menatap Galih dengan bingung.“Belum pernah. Kenapa tanya begitu?” suaranya pelan, sedikit ragu.Galih menyandarkan tubuh di kursi, tangannya bersedekap, pandangan mengarah pada hidangan di meja. Aroma asparagus yang baru ditumis bercampur dengan wangi bawang putih dan mentega masih menggantung di udara, namun ada sesuatu yang membuatnya enggan.“Kalau begitu, kenapa kamu tetap masak?” tanyanya datar.Piring di hadapan mereka tampak menggiurkan, warna hijau asparagus berpadu dengan kilau minyak zaitun, seolah menggoda siapa saja yang melihat. Namun begitu sepotong masuk ke mulut, rasa asin menusuk lidah sampai membuatnya kelu.Galih menahan helaan napas, menyesali keputusannya membiarkan makan malam ini berlangsung di rumah.“Kurang enak ya?” tanya Naila, suaranya mengandung kecemasan. Ia menatap wajah Galih, mencari jawaban.Galih h

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 86: Jangan Takut

    Ketika Galih tiba, rumah itu sudah sunyi, terlalu sunyi untuk ukuran sebuah siang yang mestinya masih riuh oleh suara burung dan lalu lintas di luar pagar. Naila duduk di sofa, tubuhnya condong ke depan, jemari saling menggenggam erat di pangkuan.Tatapannya kosong, seperti terhanyut jauh entah ke mana. Aroma debu bercampur dengan sisa asap rokok yang entah dari siapa masih menguar di udara, membuat ruang tamu terasa pengap.Begitu mendengar langkah kaki berat memasuki rumah, Naila tersentak. Kepala yang sedari tadi menunduk mendongak pelan. Matanya memerah, sembab, basah oleh air mata yang sudah kering. Ada ketakutan yang menyelubungi sorot itu, rapuh seperti anak kelinci yang baru saja terperangkap.“Om Galih, akhirnya datang juga,” suaranya lirih, nyaris patah.Galih melangkah mendekat. Sepatunya beradu dengan lantai yang masih berserakan pecahan kaca, menimbulkan bunyi kecil yang menegangkan. Sorot matanya mengamati Naila dengan teliti, se

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 85: Aku Tidak Butuh Kamu

    Tadi malam, Jessie sudah berulang kali bercermin, menatap wajahnya yang sedikit pucat karena kurang tidur. Sejak tahu Rama resmi bercerai dari Naila hari ini, ia sudah menyiapkan KTP rapi di dalam tas tangan.Keputusan itu ia ambil bulat-bulat, tanpa mau memberi ruang pada keraguan. Anak dalam kandungannya menjadi alasan terkuat, sebuah tameng sekaligus senjata agar Rama tak punya pilihan selain menikahinya.Namun tak pernah terbayang olehnya bahwa justru Rama yang lebih dulu mengucapkan permintaan itu.Tangannya gemetar saat ia menyerahkan KTP. Rama menerima kartu identitas itu dengan ekspresi setegar batu karang, tanpa riak, tanpa hangat, seolah wajahnya dipahat dari marmer dingin. Lelaki itu langsung maju ke meja pencatatan, menyodorkan kedua KTP mereka pada petugas.“Tolong segera urus!” suara Rama datar, kaku, mengiris udara ruangan yang sempit dan sesak dengan aroma kertas tua bercampur pendingin ruangan.Petugas, seorang pria par

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status