Home / Romansa / Terpaksa Menikahi Pembantuku / 7. Menahan Rasa Sakit

Share

7. Menahan Rasa Sakit

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2024-08-16 08:03:50

"Makanan apa ini? Kenapa rasanya tidak jelas sekali?" Ze menghentakkan sendok ke piring hingga terdengar suara dentingan yang cukup keras.

"Maaf, Tuan, tapi saya sudah mengetes rasanya dulu sebelum disajikan di meja makan," sanggah Hely.

Pagi-pagi sekali, wanita itu memesan taksi dan pergi ke pasar. Ia membeli, ayam, ikan, daging, telur, sayur-mayur, dan rempah-rempah untuk persediaan selama satu Minggu. Hari ini, ia memasak ayam rica-rica dan sayur jagung muda dicampur buncis. Namun sayangnya, masakan yang ia buat dengan sepenuh hati justru tidak dihargai sama sekali oleh Ze.

"Apa kau bilang? Kalau aku bilang rasanya tidak jelas, itu artinya harus diganti. Kau tidak berhak menyanggah dan kau harus memasak menu yang lain," geram Ze sambil menggertakkan giginya.

"Baiklah," balas Hely lesu. Ia lekas berbalik dan membuka lemari pendingin.

"Sebelum kau memasak, kau buatkan aku kopi lebih dulu. Aku mau menunggu sambil menikmati kopi dan membaca koran," ujar Ze seolah lupa sudah waktunya pergi bekerja.

"Baik, Tuan." Hely menutup kembali lemari pendingin dan bergegas membuat kopi.

"Aku mau ke ruang tamu. Jangan lupa antar kopinya ke sana," kata Ze sambil beranjak bangun dan keluar area meja makan.

Hely hanya menoleh sekilas, lalu ia melanjutkan aktivitasnya. Meraih cangkir dan mengisinya dengan gula juga kopi hitam. Kemudian, menuangkan air panas ke dalamnya. Setelah itu, ia mengantarkannya ke ruang tamu.

"Ini, Tuan, kopinya," kata Hely sambil meletakkan cangkir kopi di meja.

Ze hanya melirik sekilas dan meraih cangkir kopi itu. Lalu, sudut bibirnya naik sebelah terlihat seperti orang yang memiliki niat jahat. Sepersekian detik kemudian, ia mulai melancarkan aksinya.

"Kopinya terlalu pahit, cepat buatkan lagi," kata Ze setelah meneguk kopi buatan Hely.

"Tidak mungkin terlalu pahit, Tuan. Biasanya, saya membuatkan kopi untuk Tuan dengan takaran itu," sanggah Hely tidak percaya.

"Jadi menurutmu aku berbohong?" Ze menatap Hely sambil menggertakkan giginya.

"Tidak, bukan itu maksud saya." Hely terlihat kebingungan. Ia takut menggugah amarah Ze lagi, "Ya sudah, saya buatkan lagi kopinya."

Hely lekas menuju dapur dan membuatkan kopi lagi untuk Ze. Ia menambahkan sedikit gula pada kopi yang baru ia buat. Kemudian, ia kembali ke ruang tamu mengantarkan kopi itu pada suaminya.

"Astaga, Hely! Sebenarnya kau bisa buat kopi tidak, sih? Ini terlalu manis dan kau harus membuatkanku yang baru," kesal Ze.

Sebenarnya, kopi pertama sudah pas. Hanya saja, Ze sengaja ingin mengerjai Hely. Jadi, ia sengaja berkata kopinya terlalu pahit dan sekarang justru menjadi terlalu manis.

"Perasaan aku hanya menambahkan sedikit gula, tapi kenapa malah jadi terlalu manis?" batin Hely bertanya-tanya.

"Kenapa malah bengong? Cepat buatkan aku kopi lagi!" tanya Ze kesal. Bagaimana bisa wanita itu melamun di saat ia menyuruhnya membuat kopi yang baru.

"Ah iya, Tuan, maaf. Kalau begitu, saya ke dapur dulu untuk membuat kopi yang baru," pamit Hely. Ia masih kepikiran dengan kopi kedua yang katanya terlalu manis.

Wanita itu menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke belakang. Ia melihat Ze yang sedang tersenyum alih-alih marah karena rasa kopi buatannya tidak sesuai seleranya. "Aku yakin ada yang tidak beres," bisik Hely dalam hati.

Beberapa detik kemudian, Hely melanjutkan langkahnya ke dapur. Ia mencicipi dua gelas kopi yang telah ditolak oleh Ze karena merasa curiga. Dan ternyata, rasa manisnya pas dengan rasa pahit kopi hitam.

"Oh, jadi Tuan Ze sengaja mau mengerjai aku." Hely tersenyum menyeringai mendapati niat buruk sang suami, "Oke, sekarang kita buat kopi spesial untuk suami yang sangat-sangat spesial," imbuhnya setelah menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Hely meletakkan dua cangkir gelas kopi ke wastafel dan meraih cangkir baru. Tatapan matanya tertuju pada toples kaca berukuran kecil bertuliskan garam. Ia mengulurkan tangannya meraih toples garam dan sendok teh.

"Sekarang bukan pakai satu sendok teh gula lagi. Sekalian saja pakai dua sendok makan garam," lirih Hely sambil memasukkan dua sendok makan garam dan satu sendok makan kopi ke cangkir.

Setelah itu, ia menuangkan air panas ke dalam cangkir dan mengaduknya. Kemudian, ia ke ruang tamu dan menyerahkannya pada Ze.

"Ini, Tuan, kopinya. Mudah-mudahan saja kali ini sesuai selera, Tuan," ucap Hely sambil meletakkan cangkir kopi di meja.

"Mmm." Ze melipat koran dan meletakkannya di meja. Lalu, ia meraih cangkir kopi dan meneguknya, "Bbrrrbb!" Pria itu menyemburkan kopi yang ada di mulutnya.

"Untung aku sudah bisa menebaknya. Kalau tidak, mungkin wajahku akan bernasib sama seperti semalam," bisik Hely menghembuskan nafas lega.

Andai ia tidak bergerak cepat menutup wajahnya dengan nampan. Mungkin wajahnya akan berlumuran air kopi panas yang Ze semburkan.

"Helios!" teriak Ze sambil menghentakkan cangkir ke meja. Manik matanya membola menatap wanita yang ia buat kerja tiga kali dalam membuatkan kopi untuknya.

"Kenapa Tuan?" tanya Hely berpura-pura bodoh.

"Kenapa kau bilang?" Pria itu meraih kembali cangkir kopi dan menyiramkannya pada tubuh Hely, "Kau sengaja membuat kopiku asin, bukan?"

"Aww, panas!" Hely memekik kesakitan sambil menarik bajunya sedikit, "Ssssttt! Tidak, Tuan, saya tidak sengaja," imbuhnya menyangkal. Ia mendesis menahan rasa sakit di tubuhnya.

Tubuh yang semula penuh luka disiram menggunakan air panas sekaligus asin membuat Hely terkejut sekaligus kesakitan. Rasanya benar-benar sakit sampai air matanya jatuh begitu saja.

"Mana mungkin kau tidak tahu? Bagaimana mungkin kau lupa yang mana garam dan yang mana gula." Ze beranjak berdiri dan berjalan memutari Hely, "Aku pikir kau tidak memiliki rasa takut. Atau kau mau aku menakut-nakutimu?"

"Tidak, Tuan. Maaf karena saya sudah ceroboh dengan masukkan garam di cangkir kopi, Tuan," sanggah Hely menyesal.

"Tidak ada kata maaf dan kau harus menebus kesalahanmu ini. Jadi, bersiaplah!" Ze tersenyum menyeringai sambil merengkuh tangan Hely.

Pria itu menarik tangan Hely dengan keras. Langkahnya begitu besar hingga membuat wanita itu kesulitan mensejajarkan langkahnya dan hampir jatuh terseret. Apalagi Ze menariknya ke arah lantai dua menyusuri banyaknya anak tangga. Lalu, membawa Hely masuk ke dalam kamarnya. Melewati tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.

"Kau pasti kepanasan karena kopi tadi, bukan?"

Ze menunjukkan seringaian tipisnya membuat Hely menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Lalu, pria itu meraih shower dan menyemprotkan air ke tubuh istrinya. Kemudian, tangan kirinya diulurkan mengisi air di bathtub.

"Ssstt, aww!" pekik Hely kedinginan sekaligus merasa perih di sekujur tubuhnya.

"Enak sekali bukan rasanya? Ah, sial! Kenapa aku senang sekali melihatmu kesakitan seperti ini?" tanya Ze menyeringai.

"Cukup, Tuan, saya mohon!" Hely mengatupkan kedua telapak tangannya dan menggosoknya.

"Tidak, ini sama sekali tidak cukup. Aku harus menghukummu karena kau berani memasukkan garam ke dalam cangkir kopiku," sergah Ze mencebikkan bibirnya malas.

Pria itu terus menyemprotkan air ke tubuh Hely. Lalu, ia menoleh ke samping dan mendapati air di bathtub sudah terisi setengah. Merasa apa yang ia lakukan pada Hely belum cukup, Ze menarik tangan wanita itu dan mendorongnya hingga jatuh terduduk.

"Tidak, Tuan, jangan!" ujar Hely sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Apalagi melihat pria itu membungkukkan tubuhnya sambil mengulurkan tangannya. Hal itu membuatnya curiga dengan apa yang akan sang suami lakukan padanya.

"Apa maksudmu, tidak? Memangnya apa yang akan aku lakukan?" tanya Ze menyeringai.

Setelah berkata seperti itu, Ze langsung menyentuh kepala bagian belakang Hely dan menekannya ke dalam bathtub yang penuh dengan air.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Pembantuku   72. Pertempuran Kilat

    Ze mendekatkan wajahnya bersiap untuk mengecup bibir sang istri. Namun sebelum itu, ia menatap manik mata Hely dalam-dalam. Merapikan anak rambut yang menjuntai ke belakang telinga. Lalu, menatap lapar bibir candunya dan mendekat."Sial!" umpat Ze kesal.Suara ketukan pintu berhasil mengganggu konsentrasinya. Ia yakin, Mbok Bariyah sudah menunggu di depan pintu kamar membawa air minum yang ia minta sebelumnya."Tidak apa-apa, buka pintu dulu. Setelah itu, kita bisa lanjut lagi," kata Hely sambil mengedipkan matanya dan tersenyum lembut.Akhirnya, Ze mengangguk dan beranjak bangun. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Menerima nampan berisi gelas dan teko air putih. Lalu, ia menutup pintu dan kembali. Menuang air di gelas dan menyodorkannya pada sang istri."Minumlah!" kata Ze sambil membantu istrinya duduk."Terimakasih, Mas," balas Hely."Baiklah. Jadi, apa kita bisa melanjutkan apa yang sempat tertunda?" Ze menatap Hely penuh harap."Ya, tapi pelan-pelan saja. Lebih pelan dari

  • Terpaksa Menikahi Pembantuku   71. Sebuah Kode

    Tiga bulan kemudian."Bagaimana kondisimu sekarang? Apa masih sering mengalami mimpi buruk? Apa kita perlu pergi ke psikiater lagi?" tanya Ze bertepatan dengan waktu konseling Hely yang ketiga.Sudah lewat dari tiga bulan setelah hari pertama Hely pergi ke psikiater. Seharusnya, bulan ini wanita itu pergi lagi untuk konsultasi yang ketiga. Untuk menanyakan seberapa besar kemajuan kesehatan mentalnya setelah tiga bulan berlalu."Tidak perlu, Mas. Aku sudah jarang mengalami mimpi buruk. Aku perhatikan, paling-paling satu Minggu sekali aku mengalami mimpi buruk. Mungkin tidak lama lagi aku akan segera sembuh," tolak Hely merasa kesehatan mental akibat dari trauma yang ia alami sebelumnya sudah semakin membaik."Apa kau yakin? Kalau tidak, satu kali lagi saja. Ini untuk yang terakhir kalinya kau pergi ke psikiater. Setidaknya, untuk memastikan agar kita yakin," ujar Ze membujuk."Tidak perlu, Mas. Aku sudah sangat-sangat yakin kalau aku akan segera sembuh meski tanpa pergi ke psikiater la

  • Terpaksa Menikahi Pembantuku   70. Nikmatnya Sentuhan Istriku

    "Oke. Tere sudah lumayan bisa karena mengikuti arahan ayah. Sekarang, Tere main air dulu di sini dan giliran ayah ajarin Bunda berenang," ujar Ze setelah mengajari putrinya."Oke, Ayah," balas Teressa. Gadis kecil itu belajar menahan nafas di dalam air tepat di tangga kolam renang. Sesekali akan mencelupkan wajahnya dan menghitung sampai lima. Ia terus melakukannya lagi dan lagi. Sementara itu, Ze berjalan ke arah istrinya yang duduk di pinggir dengan menunjukkan seringaian tipisnya."Aku tidak perlu belajar renang, Mas," ujar Hely menggeleng cepat. Ia curiga melihat seringaian suaminya yang menjengkelkan.Tanpa membalas, Ze langsung mengangkat tubuh Hely dan membuat seluruh tubuhnya basah. "Kau tidak bisa menolak, Sayang. Sekarang, buat posisi seperti yang Tere lakukan tadi."Hely menghela nafas berat. Kemudian, ia lekas membuat posisi tertelungkup dengan kedua tangan Ze yang membentang di dua tempat. Tangan kiri berada di bagian dada dan tangan kanan di bagian bawah, tempat paling

  • Terpaksa Menikahi Pembantuku   69. Terus, Sayang, Terus

    "Apa kau berusaha menghindar lagi?" tanya Ze melihat sikap Hely yang lagi-lagi berusaha menghindar."Menghindar dari apa, Mas?" tanya Hely sambil mengerutkan keningnya."Kau tahu maksud dari pertanyaanku, Hely. Jadi--.""Aku tahu, Mas. Nanti siang kita akan pergi. Jadi, kau tidak perlu khawatir karena aku tidak akan menghindar lagi untuk berobat," potong Hely menjelaskan.Mendengar ucapan sang istri berhasil membuat Ze menghembuskan nafas lega. Kekhawatirannya yang tidak perlu kini bisa ia enyahkan dalam sekejap mata. Sekarang, ia hanya perlu mendukung agar proses penyembuhan berjalan dengan lancar dan cepat."Terimakasih, Sayang. Sekarang, kita lihat-lihat rumah kita dulu," ujar Ze mengajak istrinya melihat-lihat rumah barunya.Sepasang suami istri itu mulai melihat-lihat di setiap sudut rumah. Dari lantai satu ke lantai dua dan melihat-lihat di area luar rumah. Sementara Teressa, gadis kecil itu berlarian ke sana kemari sambil tersenyum takjub mengagumi rumah barunya."Bunda! Cepat

  • Terpaksa Menikahi Pembantuku   68. Berusaha Menghindar

    "Kenapa aku harus ke pergi ke psikiater?" tanya Hely sambil membuang muka. Sejak dulu, ia paling tidak suka disuruh pergi ke psikiater."Untuk menanyakan tentang apa yang seharusnya kau lakukan. Kau tidak ingin terus-menerus bermimpi buruk bukan? Setidaknya setelah konsultasi, kita akan tahu bagaimana cara untuk menyembuhkan trauma yang aku buat," sahut Ze berusaha menjelaskan.Hely kembali menatap suaminya. Lalu, ia menatap ke atas dengan raut bingung. Terlihat sekali bahwa ia tidak ingin pergi ke psikiater untuk pergi berkonsultasi. Entah apa yang membuatnya begitu sulit dibujuk, bahkan sejak dulu."Kita pergi ke psikolog saja. Bukankah psikolog dan psikiater sama saja?" kata Hely memutuskan."Ya. Psikolog dan psikiater tidak beda jauh. Kalau kau tidak ingin pergi ke psikiater dan memilih pergi ke psikolog, maka mari kita pergi," balas Ze mendukung.Ze tidak akan mempermasalahkan ke mana istrinya akan pergi untuk berkonsultasi. Asalkan tempat itu bisa menyembuhkan trauma yang ia bua

  • Terpaksa Menikahi Pembantuku   67. Alasan Apa dan Kenapa

    "Sekarang, Tere sedang ada di rumah sakit mana? Atau kalau tidak, coba Tere tanyakan pada suster," tanya Hely berusaha tenang."Rumah Sakit Internasional Heaven, Bunda," sahut gadis kecil itu."Baiklah. Tere tenang dulu, yah? Bunda akan pergi ke sana sekarang juga.""Iya, Bunda."Tanpa mempedulikan pakaian yang menggunung meminta untuk diselesaikan, Hely langsung mengakhiri panggilan dan beranjak berdiri. Melangkah ke dalam kamar dan meraih tas. Memasukkan ponsel dan dompet ke dalamnya. Kemudian, ia lekas keluar dan mengunci pintu. Dengan langkah setengah berlari, ia menuju bibir jalan raya. Melambaikan tangannya ketika taksi melintas."Rumah Sakit Internasional Heaven, Pak," celetuk Hely bertepatan ketika ia masuk ke dalam mobil."Baik, Bu."Taksi pun melintas dengan kecepatan sedang. Merasa sedang terburu-buru, Hely meminta agar supir taksi menaikkan kecepatan. Pokoknya apa pun yang terjadi, ia harus segera sampai di rumah sakit."Pak, bisa lebih cepat sedikit, tidak?" pinta Hely kh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status