Home / Romansa / Terpaksa Menikahi Sopir Bapak / 63. Ada Apa dengan Tante Arini?

Share

63. Ada Apa dengan Tante Arini?

Author: Banyu Biru
last update Last Updated: 2025-08-10 20:53:03

Setelah dokter memutuskan aku boleh pulang sore itu, Fatih selalu ada di sisiku untuk menemani, membuatku agar selalu merasa nyaman. Ibu dan Bapak juga ikut membantu membereskan barang-barang, sementara Tante Arini sudah lebih dulu menelepon ke rumah untuk memastikan semuanya siap menyambutku.

Begitu mobil Fatih berhenti di depan rumah, suasana yang menyambutku membuatku sedikit terkejut. Aroma wangi kayu manis bercampur vanila menyeruak dari dalam rumah.

"Kau sudah pulang, Safira?" Kakek menyambutku saat aku masuk. Aku tersenyum dan mencium tangan kakek.

"Istirahatlah. Tantemu sudah ribut sejak tadi begiti tahu kau akan pulang!"

Tante Arini mendahului dan berdiri dengan kedua tangan di pinggang, memberikan arahan seperti seorang komandan perang di depan kamarku.

"Mbak, tolong pastikan kamar Safira wangi, ganti semua sprei dengan yang baru setiap hari. Taruh juga diffuser di sudut ruangan. Oh, dan di meja samping, taruh termos air panas sama teh chamomile, jangan lula roti dan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   63. Ada Apa dengan Tante Arini?

    Setelah dokter memutuskan aku boleh pulang sore itu, Fatih selalu ada di sisiku untuk menemani, membuatku agar selalu merasa nyaman. Ibu dan Bapak juga ikut membantu membereskan barang-barang, sementara Tante Arini sudah lebih dulu menelepon ke rumah untuk memastikan semuanya siap menyambutku. Begitu mobil Fatih berhenti di depan rumah, suasana yang menyambutku membuatku sedikit terkejut. Aroma wangi kayu manis bercampur vanila menyeruak dari dalam rumah. "Kau sudah pulang, Safira?" Kakek menyambutku saat aku masuk. Aku tersenyum dan mencium tangan kakek. "Istirahatlah. Tantemu sudah ribut sejak tadi begiti tahu kau akan pulang!" Tante Arini mendahului dan berdiri dengan kedua tangan di pinggang, memberikan arahan seperti seorang komandan perang di depan kamarku. "Mbak, tolong pastikan kamar Safira wangi, ganti semua sprei dengan yang baru setiap hari. Taruh juga diffuser di sudut ruangan. Oh, dan di meja samping, taruh termos air panas sama teh chamomile, jangan lula roti dan

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   62. Rahasia yang Tersamar

    Sejak kejadian kemarin, ada sesuatu yang terasa berbeda di sekelilingku. Bukan hanya karena kehadiran Ibu dan Bapak yang kini menemaniku di rumah sakit, tapi juga karena cara mereka memandang Fatih. Pandangan yang… entah bagaimana, terasa hangat, penuh kasih, sekaligus seperti menyimpan sesuatu yang berat. Aku memang sudah lama tidak berkumpul bersama mereka. Tapi bahkan dulu, saat aku masih tinggal di rumah orang tua, aku jarang melihat tatapan seperti itu. Sejak pagi, Ibu tak henti-hentinya menanyakan kabar Fatih. Bahkan saat Fatih keluar sebentar untuk bicara dengan dokter, Ibu segera memanggilnya begitu ia kembali. “Safira, Fatih, belum sarapan kan? Ibu bawakan bubur ayam nih. Kamu suka kan? Ayo makan dulu, Fatih biar barengan sama ibu nanti!" katanya, seakan Fatih adalah anaknya sendiri. Aku mengangguk. Mengunyah dan menelannya perlahan sambil terus memperhatikan. Fatih hanya tersenyum dan duduk di kursi, menerima mangkuk bubur dari tangan Ibu tanpa curiga sedikit pun.

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   61. Kehangatan yang Datang

    Fatih duduk di kursi samping ranjang dengan menggenggam erat tanganku. Matanya masih merah, namun kini tak lagi dipenuhi ketakutan. Setelah kejadian dengan Nancy tadi, suasana memang kacau. Tapi setelah dokter kembali memeriksa kondisiku dan memastikan bahwa aku dan bayi kami selamat, Fatih bisa bernapas lega. Padahal sudah kukatakan berkali-kali jika kondisiku dan janinku baik-bsik saja. “Kamu yakin nggak sakit di bagian perut?” tanya Fatih lagi, seperti kaset rusak yang diputar ulang. Aku tersenyum kecil meski masih lemas. “Enggak. Dokternya juga udah bilang kan?" Jawabku gemas. “Tetap aja...” Fatih mengusap wajahnya, lalu menatapku dengan wajah cemas. “Aku takut. Banget.” Aku mengangkat tangan dan menyentuh pipinya pelan. “Sekarang udah gak apa-apa. Kita aman.” Belum sempat Fatih menjawab, suara ketukan pintu terdengar. Fatih langsung bangkit dan membukanya. Seorang pria berseragam sopan berdiri di depan pintu. “Mas Fatih, tamunya sudah datang,” katanya singkat. Fa

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   60. Nancy dan Pengakuannya

    Aku mengangguk sambil menahan tawa. Fatih benar-benar panik. Setelah dia keluar, aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Sejujurnya aku sedikit lelah dengan semua drama keluarga ini. Aku berharap semua segera berakhir, dan aku bisa menjalani hidup yang tenang. Tiba-tiba saja merindukan rumah, ibu juga bapak. Namun, harapan tinggallah harapan. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku mengira itu Fatih, tetapi saat aku membuka mata, sosok Nancy muncul di pintu. Ia menatapku dengan tatapan sinis, lalu tersenyum licik. “Safira… kuat juga kamu ya? Sayang, si Arini itu gak bisa bikin kamu mati sekalian!" katanya dengan nada mengejek. Ia berjalan perlahan ke arah ranjangku, tangannya memegang tas kecilnya. Aku pura-pura memejamkan mata,Tapi tangan kananku bergerak di balik selimut. Dengan hati-hati, aku mengambil ponsel yang ada di nakas, lalu mengaktifkan perekam suara sekaligus mengirimkannya ke Fatih melalui aplikasi pesan. Langkah kaki Nancy terdengar semakin dekat. Sepertinya

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   59. Kemarahan Arini

    "FATIH! FATIH! KELUAR KAMU!" Aku menatap Fatih yang sedang menyesap teh hangat. Laki-laki itu balas memandangku dengan bingung. Tangannya segera meletakkan cangkir kembali. "Siapa pagi-pagi teriak-teriak kayak Tarzan?" kakek kembali melipat korannya dan melepas kaca mata. "Anu, Pak. Mbak Arini!" seru salah satu ART yang berjalan mendekat dengan tergopoh-gopoh. "Kenapa anak itu?" Kakek berdiri di bantu Bram yang duduk di sebelah kakek. Tapi belum sampai melangkah, Tante Arini sudah lebih dulu menghampiri. Suasana pagi yang seharusnya hangat dan menenangkan seketika berubah. Aku turut meletakkan sendok dan urung menyantap nasi goreng. "Tega kamu ya, fitnah paman kamu sendiri?" Ketenangan buyar saat Tante Arini datang dengan raut wajah penuh amarah. Tangannya menunjuk Fatih lalu ganti melihatku dengan sinis. Fatih refleks berdiri, sementara aku ikut bangkit di sisi Fatih dengan jantung berdegup tak karuan. “Apa-apaan ini?!” teriak Tante Arini. "Kalian pikir aku tidak tahu

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   58. Maaf Semua Terjebak

    Lihat, siapa yang datang?" Fatih tersenyum menunjukkan ponselnya. Ternyata, Fatih meninggalkan alat rekam di kamar hotel. Seketika aku bergidik ngeri saat melihat laki-laki yang pernah kulihat tersenyum mendekati Nancy yang sedang tak sadarkan diri. “Ini gila,” bisikku cepat, napasku masih belum stabil. “Kalau ada yang bilang hidup ini seperti sinetron, aku akan percaya sepenuhnya sekarang.” Fatih menoleh, senyumnya lebar meski masih terjaga. “Kamu harus terbiasa!" Aku menggeleng cepat. "Ada baiknya kita tinggalkan semua yang buruk!" Bram menyeringai. “Jujur, kadang hal itu sulit, Mbak Safira. Tapi.. bisa kita usahakan!" Kami terdiam sejenak, saling menatap dengan napas berkejaran. Di dalam kamar, suara samar dari Danu yang baru datang mulai terdengar. Fatih tetap mengawasi ponselnya. Hanya aku yang mundur lalu bersandar di dinding. Apa lagi setelah suara-suara haram itu mulai intens terdengar. Aku menatap Bram dan Fatih yang saling pandang lalu menahan senyum. "Terus aj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status