Beranda / Romansa / Terpaksa Menikahi Sopir Bapak / 66. Fatih Mengenalkan Diri

Share

66. Fatih Mengenalkan Diri

Penulis: Banyu Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-13 20:30:05

Sejak mendengar rahasia yang kutahu dari balik pintu ruang kerja Kakek membuatku tak lagi banyak bicara. Hanya saja aku mulai menata diri, memperbaiki sedikit demi sedikit sikapku yang terkadang membuat Fatih gemas.

Aku belum tahu harus mengambil sikap apa hanya bisa menjalankan peranku seperti hari-hari biasa. Memang masih terasa dilema tapi aku tahu, aku adalah bagian dari keluarga ini, namun dengan cara yang paling rumit.

Seperti pagi ini, ketika Fatih bangun dengan energi yang berbeda. Rambutnya masih setengah basah dengan dada yang terbuka dan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya.

Fatih menatapku dengan senyum saat aku sedang menyisir rambut yang juga basah di depan cermin.“Sayang, aku sudah memutuskan,” ucapnya, suaranya mantap. “Aku akan mengadakan konferensi pers.”

Aku berhenti sejenak, menatap bayangannya di cermin. “Konferensi pers? Untuk apa?” Tanyaku ingin tahu.

"Untuk mengakhiri semua ini,” jawabnya. Ia berjalan mendekat dan berdiri di belakangku, tangannya dilet
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   68. Kasihan Nancy

    Beberapa hari setelah konferensi pers, ketenangan mulai terasa menyelimuti rumah. Meskipun Fatih sibuk mengurus dampak dari pengakuannya setidaknya kami lega. Dunia sudah tahu jika kami adalah pasangan suami istri. Hanya itu. Karena rahasia laon belum terungkap. Aku, cucu dari sepupu kakek yang hilang bertahun tahun lalu. Aku tak terlalu memusingkan hal itu. Biar saja seiring waktu, semua akan terbuka pelan-pelan. Sementara ini, aku kembali melanjutkan rutinitasku yang tak terlalu berguna. Menikmati banyak waktu luang dengan sekedar jalan dengan Tante Arini atau mengikuti kelas-kelas kehamilan. Setidaknya di dalam rumah ini, di bawah perlindungan Kakek dan Tante Arini, aku merasa aman. Hingga hari ini, saat aku sedang sendirian. Karena Fatih harus menghadiri pertemuan penting, dan kakek sedang menemani Tante Arini pergi untuk urusan perceraiannya dengan Om danu. Aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman belakang, menikmati sinar matahari pagi sambil membaca buku tentang p

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   67. Pendatang Baru

    Acara berlangsung dengan meriah meskipun awalnya hanya sederhana. Tamu-tamu berdatangan memberi ucapan selamat. Sementara Fatih selalu menggenggam tanganku dengan erat, sesekali membawanya ke bibir untuk dikecup lembut. Banyak pasang mata yang melihat. Ada yang turut bahagia, ada yang kecewa ada juga yang tak menunjukkan ekspresi apapun. Semua hanyalah tentang manfaat apa yang akan kita dapat Di kursi depan, Kakek dan Tante Arini tersenyum bangga. Akhirnya kini kami bisa menunjukkan pada semua orang, tentang pernikahan yang bermula dari sebuah kesempatan yang terbuang.Yang lebih utama. Nama baik Fatih telah pulih, dan statusku sebagai istrinya telah ditegaskan. “Kakek bangga padamu, Fatih,” ucap Kakek saat kami melangkah masuk ke ruang keluarga yang lengang. Setelah acara demi acara terselesaikan. “Kau telah bertindak seperti seorang Maulana yang kakek harapkan!" Fatih tersenyum, senyum tulus pertama yang kulihat setelah sekian lama menanggung beban. “Ini semua juga berkat dukung

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   66. Fatih Mengenalkan Diri

    Sejak mendengar rahasia yang kutahu dari balik pintu ruang kerja Kakek membuatku tak lagi banyak bicara. Hanya saja aku mulai menata diri, memperbaiki sedikit demi sedikit sikapku yang terkadang membuat Fatih gemas. Aku belum tahu harus mengambil sikap apa hanya bisa menjalankan peranku seperti hari-hari biasa. Memang masih terasa dilema tapi aku tahu, aku adalah bagian dari keluarga ini, namun dengan cara yang paling rumit. Seperti pagi ini, ketika Fatih bangun dengan energi yang berbeda. Rambutnya masih setengah basah dengan dada yang terbuka dan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Fatih menatapku dengan senyum saat aku sedang menyisir rambut yang juga basah di depan cermin.“Sayang, aku sudah memutuskan,” ucapnya, suaranya mantap. “Aku akan mengadakan konferensi pers.”Aku berhenti sejenak, menatap bayangannya di cermin. “Konferensi pers? Untuk apa?” Tanyaku ingin tahu. "Untuk mengakhiri semua ini,” jawabnya. Ia berjalan mendekat dan berdiri di belakangku, tangannya dilet

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   65. Fatih tetap Suamiku

    Malamya, saat kami sedang berkumpul untuk makan malam, Fatih menatapku beberapa kali. Aku mengangguk. Hal yang jauh-jauh hari kami rencanakan. Pindah di rumah kami sendiri. Fatih memang membawaku ke rumah ini awalnya tapi karena saat itu memang khawatir dengan keberadaan Nancy. Sedang sekarangi, Nancy telah menjalani proses peradilan, yang tentu saja tak lagi bisa dengan mudah menyakiti siapapun. Sementara, Tante Arini juga telah menjalani proses perceraian dengan Om Danu. Bagiku dan Fatih, tak ada lagi alasan untuk menyembunyikan diri lagi. Masalah orang tua Fatih. akan kami hadapi dengsn berjalannya waktu. Selepas makan malam bersama, Fatih yang biasanya santai, kali ini terlihat serius. Ia meletakkan sendoknya perlahan, lalu menghela napas. “Tante, Kek,” ucapnya hati-hati. “Aku mau bicara sesuatu. Aku… ada rencana untuk pindah rumah. Jauh-jauh hari aku sudah merencanakan tapi karena saat itu situasinya belum memungkinkan, aku membawa Safira ke sini!" Seketika, sendok yang d

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   64. Aku ingin tahu

    Pagi itu udara terasa lebih dingin dari biasanya. Aku masih berbaring di ranjang ketika terdengar suara riuh di ruang dekat kamar. Suara kursi yang digeser dan riuh orang bercakap-cakap. Aku mengerjap. Aku ingat jika hari ini, bapak dan inu akan kembali. Aku segera beranjak menuju kamar mandi dan bersiap. Saat keluar, memang beberapa ART tampak sibuk menyiapkan oleh-oleh yang Tante Arini belikan. Dari ambang pintu kamar tamu, kulihat Ibu dan Bapak sudah berpakaian rapi. Jaket tipis melekat di tubuh Bapak, sementara Ibu memegang tas kecil yang biasanya ia bawa saat bepergian. Fatih berdiri di dekat mereka, wajahnya hangat namun sedikit sendu. “Harus sekarang pulangnya? Aku kan masih kangen, Bu?" Tanyaku manja sambil bergelayut manja di lengan ibu. Bapak tersenyum lalu mengusap pucuk kepalaku lembut. Ibu menoleh, tersenyum lebar. “Iya, Safira. Bapakmu kan gak bisa cuti lama-lama. Kayak gak tahu aja urusan bapakmu. Ini ada udah ada urusan yang menunggu di rumah!" "Bukan Dam

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   63. Ada Apa dengan Tante Arini?

    Setelah dokter memutuskan aku boleh pulang sore itu, Fatih selalu ada di sisiku untuk menemani, membuatku agar selalu merasa nyaman. Ibu dan Bapak juga ikut membantu membereskan barang-barang, sementara Tante Arini sudah lebih dulu menelepon ke rumah untuk memastikan semuanya siap menyambutku. Begitu mobil Fatih berhenti di depan rumah, suasana yang menyambutku membuatku sedikit terkejut. Aroma wangi kayu manis bercampur vanila menyeruak dari dalam rumah. "Kau sudah pulang, Safira?" Kakek menyambutku saat aku masuk. Aku tersenyum dan mencium tangan kakek. "Istirahatlah. Tantemu sudah ribut sejak tadi begiti tahu kau akan pulang!" Tante Arini mendahului dan berdiri dengan kedua tangan di pinggang, memberikan arahan seperti seorang komandan perang di depan kamarku. "Mbak, tolong pastikan kamar Safira wangi, ganti semua sprei dengan yang baru setiap hari. Taruh juga diffuser di sudut ruangan. Oh, dan di meja samping, taruh termos air panas sama teh chamomile, jangan lula roti dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status