Home / Romansa / Terpaksa Menikahi Sopir Bapak / 80. Perjalanan yang Dingin

Share

80. Perjalanan yang Dingin

Author: Banyu Biru
last update Last Updated: 2025-08-25 21:06:28

Dengan berat hati, kutinggalkan rumah Mbok Nah. Berpamitan dengan Mbok Nah, Mbak Srii, Bayu juga beberapa warga yang kebetulan bertandang. Tak ada yang kubawa selain keperluan Dipta, itupun tak seberapa karena Fatih tak mengijinkan aku membawa semuanya.

"Tinggalkan saja. Ambil untuk keperluan perjalanan!" Aku tahu, harga dirinya yang memaksaku untuk melakukannya.

jPerjalanan kembali ke Jakarta dimulai dalam keheningan yang pekat. Mobil yang dikemudikan Bram melaju mulus, meninggalkan jalanan desa Ciptagelar yang berdebu dan memasuki jalur aspal yang lebih lebar. Di luar jendela, hamparan sawah hijau perlahan digantikan oleh bangunan-bangunan yang lebih padat. Namun, perubahan pemandangan itu tidak terasa sama sekali di dalam kabin mobil yang terasa dingin dan hampa.

​Aku duduk di kursi penumpang belakang, di samping car seat tempat putraku tertidur pulas. Satu-satunya perlengkapan yang Bram beli mendadak di sealayan ujung desa.

Seluruh duniaku hanya terpusat pada Dipta, mak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   93. Jebakan yang Gagal

    Rasa takut yang dingin menjalari seluruh tubuhku. Ini bukan pertemuan untuk saling menerima. Ini adalah jebakan. Dan aku, telah masuk ke dalamnya. ​"Damar, lepaskan aku," kataku, mencoba menarik lenganku dari cengkeramannya yang menyakitkan. "Semua sudah berakhir Damar. Semua sudah selesai. Kita sudah menikah dengan pilihan kita masing-masing!" Aku mencoba membuka hatinya. "Bukankah kau yang nemilih Meta?" Lanjutku semakin emosi saat tangannya masih mencekal lenganku, bahkan semakin erat. "Benarkah?" Ia tertawa seolah-olah pilihannya adalah permainan. "Bagimu mungkin sudah berakhir, Safira! Tapi bagiku, ini belum selesai! Kau meninggalkanku begitu saja, Safira! Demi dia! Demi hartanya!" ​"Itu gak benar, Damar!" bantahku. "Hubungan kita hancur karena ulahmu sendiri! Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan di belakangku?" ​Kemarahanku memberiku sebuah kekuatan. Aku menyentak lenganku dengan sekuat tenaga, dan aku berhasil melepaskan diri. Aku mundur beberapa langkah, me

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   92. Duri yang Tertinggal

    Cahaya matahari pagi yang menyelinap masuk melalui celah jendela, mulai terasa hangatxmenerpa wajahku. Aku mengerjap sesaat. Perlahan, aku beringsut bangun dan mengangkat kepalaku daei paha Fatih. Sementara Fatih memejamkan mata dan bersandar di sisi ranjang masih dengan koko dan sarungnya. Sepertinya, aku tertidur saat Fatih membaca Al Quran di sisi box Dipta. Mataku tak lepas dari wajah Fatih. Perlahan, tanganku menyentuh hidung mancungnya. "Ehem!" Aku refleks mundur lalu nelepas mukenaku dan melipatnya. Rambutku yang masih setengah basah, terurai begitu saja menutup sebagian wajahku. "Sudah puas menatap wajahku?" Suara Fatih terdengar lirih ditelingaku, menyapu tengkuk yang pada akhirnya mendatangkan sensasi aneh yang kembali menggelenyar. "Ada nyamuk tadi!" Elakku. Sambil menyembunyikan perasaan yang aneh, antara lelah, lega, dan sedikit rasa malu. Dalam semalam, semua amarah yang kubangun seolah lebur menjadi satu dalam pelukan Fatih. Kebenaran yang ia ungkapkan, meskipun r

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   91. Kejujuran itu... menyakitkan!

    Keintiman yang kami bagi, terasa seperti mimpi. menyisakan jejak kehangatan yang tentunya membekas untukku juga bagi Fatih. Aku terbangun lebih dulu, dan berniat untuk menjauh dari pelukan Fatih. Sayangnya, Fatih justru mengeratkan pelukannya dan membuat kulit kami kembali menempel satu sama lain. "Kau ingin mengatakan sesuatu?" pancingku. Fatih belum menjawab. Tangannya masih sibuk mengusap lenganku perlahan. "Kau bisa mengatakannya lebih dulu. Kenapa tiba-tiba kau meninggalkanku begitu saja!" Dasar laki-laki. Mana mau mengakui kesalahannya lebih dulu! Aku menghela nafas. "Aku marah saat tahu jika kau menikahiku bukan karena cinta. Kau menikahiku karena kau tahu siapa aku! Kau tahu aku adalah cucu Nenek Yohana!" Kataku hati-hati. Aku tahu Fatih terkejut karena tiba-tiba Fatih berhenti membelaiku. Aku beringsut duduk dan bersandar di bahu ranjang sambil membenahi selimut. "Safira, itu tidak benar..." Fatih turut duduk dan menatapku. "Tidak benar?" Aku tertawa

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   90. Cinta yang Lebih Besar dari Kemarahan

    "Kakek! Tante Arini!" seru Fatih, raut tegang di wajahnya seketika mencair, tergantikan oleh senyum cerah. "Kami tidak sabar menunggu sampai besok, Fatih," Kata Tante Arini. "dan kebetulan ada urusan penting di Surabaya jadi kami putuskan untuk langsung ke sini." Aku menyambut mereka sejenak, "Kakek, Tante, pasti lelah. Ini pertama kalinya kan datang ke desa Safira!" Aku memeluk Tante Arini setelah mencium punggung tangan kakek. "Lumayan sih. Tapi langsung hilang saat lihat kalian. Apa lagi lihat Dipta nanti!" Aku mengangguk. Aku dan Fatih mengikuti mereka ke ruang tengah. "Aku ke atas dulu ya, Tan. Mau ambil Dipta sekaligus kasih tahu ibu kalau ada Tante dan Kakek datang!" Kakek dan Tante mengangguk senang. Aku menatap Fatih sesaat. Tampak kelegaan di wajahnya. Aku tersenyum penuh arti. Hari ini kamu selamat, tapi besok kamu harus mempertanggungjawabkan semuanya, Fatih! Sesampainya di kamar, ibu sedang menggendong Dipta sementara Isna merapikan box Dipta. "Bu, ada Tan

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   89. Membuka kebohonganmu!

    Fatih tertawa, tawa yang terdengar lega dan geli. Masih dengan tertawa, ia menarikku lebih dekat ke dalam pelukannya, mengabaikan protesku yang setengah hati dan lebih terasa seperti refleks daripada penolakan sungguhan. ​"Aku suka saat kau cemburu," bisiknya, napasnya yang hangat terasa geli di dekat telingaku. "Itu artinya kau masih peduli. ​"Aku tidak cemburu!" sanggahku lagi, mendorong dadanya pelan, meskipun aku tahu itu sia-sia. "Aku hanya tidak suka dia ada di sini. Di rumah orang tuaku." ​"Aku tahu," kata Fatih, nadanya kembali serius. Ia menangkup wajahku dengan kedua tangannya, memaksa mataku untuk menatap lurus ke matanya. "Dan aku akan mengurusnya. Aku janji. Tapi bukan sekarang. Sekarang, aku hanya ingin bersamamu." ​Ia menatapku lekat, tatapan yang sama yang selalu berhasil meluluhkan pertahananku. Tatapan yang penuh dengan janji, penyesalan, dan cinta yang begitu dalam hingga terasa menyesakkan. ​"Safira," panggilnya lembut, ibu jarinya mengusap pipiku. "Aku t

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   88. Aku Pulang

    Mobil Kijang yang dikemudikan Pak Dani berbelok memasuki halaman rumahku, dan seketika itu juga, aku merasa seperti datang di tempat yang asing. Napasku tercekat di tenggorokan. Rumah sederhana tempatku tumbuh besar, dengan halaman luas dan teras kecil yang selalu dipenuhi pot-pot bunga milik Ibu, telah lenyap. Sebagai gantinya, berdiri sebuah rumah megah berlantai dua dengan pilar-pilar besar dan dinding bercat putih gading. Taman di depannya ditata dengan begitu apik, dan sebuah garasi yang mampu menampung lebih dari satu mobil. Ini bukan rumahku. Ini adalah istana kecil yang berdiri di atas tanah tempat kenanganku seharusnya berada. "Ini... ini rumah Bapak?" tanyaku tak percaya. Suaraku nyaris tak terdengar. Fatih, yang duduk di sampingku, hanya menoleh sesaat lalu kembali menatap depan dalam diam. Tapi aku tahu, ini pasti ulahnya. Sebelum aku sempat meredam keterkejutanku, pintu utama yang besar itu kini terbuka dengan lebar sementara bapak dan Ibu menunggu di teras. Tak ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status