Share

7. Hanya Seorang Sugar Baby

Catherine mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Dia merasakan perih yang begitu luar biasa pada bagian bawah pangkal paha, sehingga ketika dia ingin mencoba berdiri, sesuatu yang sedikit sakit membuatnya tersiksa.

"Aww ...." Wanita ini meringis ketika tanpa sengaja dia berdiri dengan terpaksa sehingga bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit.

"Jangan paksa dirimu untuk berdiri seperti itu, Catherine!" seru Markus dengan suaranya yang begitu berat.

Catherine dengan cepat menoleh ke arah pria itu lalu menutup dadanya yang belum mengenakan sehelai benang pun.

Markus tertawa.

Pria ini kemudian mendekati Catherine dan memberikan selimut untuknya.

"Lucu sekali karena kau malu padaku, Cath."  Pria ini kemudian memakaikan selimut pada wanita yang saat ini sedang menunduk di hadapannya.

Markus melihat bagaimana polosnya wanita yang tadi digempur habis-habisan olehnya. Wanita yang telah memberinya kepuasan yang selama ini begitu dirindukan olehnya.

Wanita ini begitu muda jika dibandingkan dengan usianya yang sudah matang. Bahkan, Markus dapat melihat dengan jelas kalau wanita muda di hadapannya ini masih begitu suci.

"Kau jangan pernah takut padaku seperti sekarang karena kita telah menghabiskan dua malam bersama, Cath. Bersikaplah manja dan lakukanlah semua hal yang kau inginkan ketika kau bersamaku," bisik Markus.

Catherine mengangkat wajahnya. Wanita ini bisa melihat bagaimana dalamnya tatapan Markus yang membuat dirinya seakan tenggelam di sana.

Dia sebenarnya sangat malu. 

Malu karena tidak biasa bertatapan mata dengan pria, tetapi mengingat bahwa pria ini yang akan terus menghabiskan banyak waktu dengannya, bukankah dia tidak bisa seperti ini terus?

"S-saya butuh waktu, Tuan," jawab Catherine.

Pria tampan itu tersenyum mendengarnya. "Jangan pikirkan masalah waktu. Kau memiliki banyak waktu."

"Terima kasih, Tuan," balas Catherine dengan malu-malu.

Markus mengusap lembut wajah cantik Catherine. Mengecup keningnya dan membiarkan aroma tubuh wanita ini menyeruak dan mengisi seluruh rongga hidungnya.

Ini adalah perasaan yang sudah lama tidak dirasakan oleh pria yang selalu setia pada istrinya itu.

Dia yang sudah berusia matang teringat kalau rasa ini adalah rasa yang dulu pernah dirasakan olehnya pada Leona ketika mereka baru pertama kali saling jatuh cinta.

Jiwa muda Markus saat ini seakan dibangkitkan dengan kehadiran Catherine yang telah mengisi hatinya.

"Kau jangan pernah takut padaku. Kau hanya perlu menjadi dirimu apa adanya, Cath. Aku tidak mungkin berlaku buruk padamu," bisik Markus lagi. Pria ini suka mencium aroma manis dari bagian leher wanita yang sudah ditiduri olehnya itu.

Catherine bisa merasakan sekujur tubuhnya meremang ketika lagi dan lagi kehangatan napas pria dewasa itu menyentuh kulit lehernya.

Wanita ini menganggukkan kepalanya. "I-iya, Tuan. Saya akan berusaha untuk bisa bersikap wajar."

"Bagus, Sayang. Kau harus bisa seperti itu karena aku begitu ingin menjadi segalanya bagimu," sahut Markus dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat senang.

Catherine tidak menjawab lagi.

Dia membiarkan pria itu memeluk tubuhnya yang hanya tertutup selimut. Dalam benaknya hanya ada rasa ngilu jika membayangkan kalau Markus akan kembali mengajaknya bertempur.

Wanita ini masih merasakan sakit di bawah sana, dia belum siap kalau harus lagi memuaskan Markus dengan rasa sakit yang masih terasa itu.

Aktivitas Markus terhenti ketika ponselnya berdering. Sesuatu yang membuat pria itu berdecak kesal di waktu bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang mengambil ponselnya secara kasar.

Catherine dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah Markus sekarang.

Antara rasa panik dan juga sedikit rasa gugup yang bercampur menjadi satu ketika dia melihat layar ponselnya.

Pria itu kemudian memilih untuk menjauh dari Catherine.

"Halo, Sayang?" sapa Markus ketika sepertinya panggilannya terhubung dengan orang yang meneleponnya.

Catherine memilih untuk tidak mencuri dengar. 

Wanita itu dengan cepat menuju ke kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya. 

Dia bisa mendengar kalau dari nada bicaranya, Markus terdengar seakan begitu pasrah dan tidak bisa berkutik.

Akan tetapi, lagi-lagi Catherine mencoba untuk mengalihkan perhatiannya. Dia tidak mau tahu apa yang membuat pria itu sedikit murung ketika sekarang sudah berdiri di depan kamar mandi dan melihatnya sedang membersihkan diri.

"Catherine, aku sebenarnya ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi denganmu. Tapi, sepertinya tidak hari ini." Ada sedikit kesedihan dari ucapannya.

Catherine tersenyum sembari memandangi pria tampan itu. "Tidak apa-apa, Tuan. Saya bisa mengerti kalau anda ada urusan lain."

"Kau jangan cemas, karena aku akan menghubungimu lagi nanti. Aku harus segera pulang dan menemui istriku," sahut pria dengan manik mata biru sedalam lautan itu.

Catherine sedikit berperangah.

Mendengar kalau Markus harus bertemu dengan istrinya dengan keterpaksaan di wajahnya seperti itu, membuat dia sekarang sedang bertanya-tanya hal apa yang membuat semua itu bisa terjadi.

Apakah selama ini Markus menjalani pernikahan yang tidak bahagia?

Apakah pria ini mencari kesenangan dengannya karena dia tidak mencintai istrinya lagi?

Atau, apakah pria ini sudah tidak memiliki rasa pada istri yang sejak dulu mendampinginya?

Catherine mencoba untuk tidak terlalu mengambil pusing untuk hal itu.

Dia tahu kalau dia tidak memiliki andil dan juga kuasa untuk melarang Markus melakukan apa saja yang diinginkan olehnya.

Terlebih lagi kalau untuk masalah perasaan yang berkaitan dengan kehidupan pria itu dengan istri sahnya.

"Aku akan menghubungimu kalau aku sudah sampai di rumah nanti. Ah, tidak. Kita tidak akan berkomunikasi kalau aku ada di rumah karena itu akan membuat istriku curiga. Mungkin besok aku akan menghubungimu." Markus mendekati wanita itu lalu mengecup keningnya yang basah oleh air.

Catherine hanya bisa mengangguk ketika Markus melakukan hal yang begitu lembut kepadanya itu.

Pria itu kemudian melambaikan tangan ke arahnya. "Setelah kau membersihkan diri kau boleh istirahat, Cath. Aku sudah mengirimkan sesuatu pada dirimu untuk bonus malam ini karena kau sangat manis dan polos."

Catherine bahkan tidak bisa mengucapkan terima kasih ketika pria itu telah pergi dengan cepat dan sepertinya sangat terburu-buru.

Wanita ini hanya tersenyum miris ketika mendapati dia bukanlah seseorang yang penting di hati Markus karena dia hanyalah seorang wanita penghibur yang harus memenuhi kewajibannya untuk membuat pria itu senang.

Di bawah air yang terus mengalir membasahi tubuhnya, sebenarnya Catherine merasakan perasaan besar yang begitu bersalah pada istri sah Markus.

Akan tetapi, di sisi lain dia tahu kalau dia tidak memiliki pilihan apa pun lagi untuk bisa mementingkan egonya dan melupakan rasa sakitnya itu.

"Walau kau selamanya hanyalah menjadi seorang wanita tersembunyi di hidup Markus, kau harus bisa menikmatinya sebagai sesuatu yang sudah menjadi takdirmu, Cath. Kau hanyalah seorang sugar baby yang menjadi wanita simpanan darinya. Jangan mengharapkan perasaan apa pun apalagi berharap kalau kau bisa bahagia di atas penderitaan wanita lainnya." Catherine kemudian terisak di bawah penyesalan yang begitu mendalam.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status