Share

Gumaman Mengguncang Dada

last update Last Updated: 2025-05-18 00:03:17

“Kalau soal itu, saya tidak tahu, Mas. Mungkin... Mas Bayu memang sangat mencintai Mbak Nadya,” ucap Jihan pelan, dengan nada yang seolah berusaha menyingkirkan harapan kecil di hatinya sendiri.

Suasana hening sesaat. Arkan menatap Jihan tajam, kedua alisnya bertaut. Wajahnya menunjukkan keraguan yang tak bisa ia sembunyikan.

“Tapi... seingatku tadi, yang Bayu sebut-sebut terus saat mabuk itu kamu, Jihan. Bukan Nadya,” katanya pelan, seolah tak ingin menyakiti Jihan dengan kenyataan yang justru bisa menumbuhkan harapan.

Jihan tertawa kecil, meski tawanya terdengar hambar, nyaris seperti upaya menutupi kepedihan. “Tidak mungkin, Mas. Mungkin Mas Bayu mengigau saja,” katanya cepat, berusaha menyangkal. Senyum yang ia pakai lebih seperti tameng daripada kebahagiaan.

Arkan menatap Jihan lebih dalam, namun tak ingin memaksa. Saat itu, Jihan merapikan letak cangkir teh yang sudah setengah dingin di meja, lalu duduk tegak dengan tangan bertaut di pangkuan.

“Pernikahan kami ini semacam… simbi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Sudah Menjadi Keputusanku

    “Hei! Jangan melamun.”Suara yang cukup lantang itu membuat Bastian tersentak dari lamunannya. Ia yang sejak tadi duduk sendirian di bangku taman kampus, dengan pandangan kosong menatap rerumputan, segera menoleh.Di hadapannya berdiri seorang pria berkemeja biru muda dengan lengan yang digulung hingga siku, menatapnya sambil tersenyum tipis.Kaivan—dosen sekaligus pembimbing akademiknya.“Pak Kaivan,” gumam Bastian gugup seraya bangkit berdiri dengan canggung.“Ada apa, Bas? Kayaknya kamu lagi banyak pikiran banget? Kamu sudah sembuh, kan?” tanya Kaivan sambil melipat tangan di dada, memperhatikan mahasiswanya itu dengan tatapan penuh perhatian.Bastian menganggukkan kepalanya pelan. Senyumnya terpaksa, dan matanya masih menyimpan gurat kecemasan yang tak bisa disembunyikan. “Sudah, Pak. Makasih, ya, udah perhatian sama saya.”Kaivan mengangguk dan tersenyum kecil. Ada ketulusan dalam raut wajahnya. Ia tahu, Bastian adalah mahasiswa yang tangguh.Anak bungsu yang beberapa kali izin k

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Bicarakan Secara Baik-Baik

    “Kak Jihan nggak boleh deket sama pria lain sebelum kalian bercerai, ya?” tanya Bastian tiba-tiba, diiringi cengiran jahil yang khas dari wajah polosnya.Pertanyaan itu menghentikan aktivitas makan Jihan seketika.Ia sedang mengunyah roti isi telur buatan sendiri, tapi langsung tersedak begitu mendengar kata-kata adiknya yang nyaris seperti ledakan kecil di ruang makan yang tadinya tenang. Matanya membola, mulutnya terbuka, napasnya tertahan.“Bastian!” tegur Jihan dengan nada setengah marah, setengah panik. Ia meneguk air dengan cepat untuk mengatasi tersedak yang membuatnya batuk-batuk kecil.Bastian justru menyeringai lebar, jelas menikmati kekagetan kakaknya sendiri. Namun ia cepat melirik ke arah Bayu, menyadari kehadiran lelaki itu yang duduk hanya beberapa langkah darinya.Bayu tidak langsung menjawab. Ia tetap menyesap kopinya dengan tenang, menatap ke arah cangkir seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.Lalu Bayu mengangkat wajahnya, menatap Bastian lurus-lurus.“Ya,” ucapnya

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Tak Mau Menggantungkan Hidupnya

    Dalam keadaan linglung, Bayu menoleh ke kanan dan kiri, mencoba mengenali tempat asing yang kini mengelilinginya.Matanya yang masih sembab memandang dinding kamar dengan cat pastel yang terasa terlalu lembut untuk suasana hatinya yang kacau.Udara pagi menerobos dari celah jendela, membawa aroma samar dari luar yang tidak terlalu ia kenali.Ia mengangkat tangan dan menggaruk kepalanya yang masih terasa pening. Sakit kepala itu menusuk pelipisnya seperti hukuman atas malam-malam panjang yang ia habiskan dalam kabut alkohol dan kebingungan.“Kenapa aku ada di sini?” gumamnya dengan suara serak, seperti suara orang yang baru saja bangun dari tidur yang tak benar-benar memberi istirahat.Matanya menyapu ruangan sekali lagi, mencoba mencocokkan ingatan yang masih acak dan kabur.Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Uap hangat yang keluar bersamaan dengan kehadiran seorang perempuan membuat Bayu sedikit tersentak.Jihan muncul dengan rambut basah yang masih meneteskan air. Ia semp

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Gumaman Mengguncang Dada

    “Kalau soal itu, saya tidak tahu, Mas. Mungkin... Mas Bayu memang sangat mencintai Mbak Nadya,” ucap Jihan pelan, dengan nada yang seolah berusaha menyingkirkan harapan kecil di hatinya sendiri.Suasana hening sesaat. Arkan menatap Jihan tajam, kedua alisnya bertaut. Wajahnya menunjukkan keraguan yang tak bisa ia sembunyikan.“Tapi... seingatku tadi, yang Bayu sebut-sebut terus saat mabuk itu kamu, Jihan. Bukan Nadya,” katanya pelan, seolah tak ingin menyakiti Jihan dengan kenyataan yang justru bisa menumbuhkan harapan.Jihan tertawa kecil, meski tawanya terdengar hambar, nyaris seperti upaya menutupi kepedihan. “Tidak mungkin, Mas. Mungkin Mas Bayu mengigau saja,” katanya cepat, berusaha menyangkal. Senyum yang ia pakai lebih seperti tameng daripada kebahagiaan.Arkan menatap Jihan lebih dalam, namun tak ingin memaksa. Saat itu, Jihan merapikan letak cangkir teh yang sudah setengah dingin di meja, lalu duduk tegak dengan tangan bertaut di pangkuan.“Pernikahan kami ini semacam… simbi

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Pulang dalam Keadaan Mabuk

    Hampir dua minggu lamanya Bayu tak pernah menginjakkan kaki di rumah Jihan.Meski rasa khawatir sempat menyusup diam-diam ke dalam benaknya, Jihan menolaknya keras-keras.Ia menenangkan dirinya sendiri, berusaha tetap berpikir logis walau hatinya terasa semakin rapuh hari demi hari.“Biarin aja deh. Kan emang dia cuma mau anak aja dariku,” gumam Jihan pelan, nyaris seperti sedang meyakinkan dirinya sendiri, bukan berbicara kepada siapa pun.Ia menunduk, menyentuh perutnya yang mulai membuncit sedikit. “Untuk apa pulang setiap hari ke rumah ini?” lanjutnya, berusaha menyingkirkan bayang-bayang cemas yang mulai menggerogoti pikirannya.Ia menghela napas dan melangkah perlahan menuju kamar. Tangannya sudah menyentuh gagang pintu ketika suara derit pintu utama membuatnya menoleh reflek. Jantungnya berdetak lebih cepat, tubuhnya menegang seketika.Pintu rumah terbuka dan masuklah tiga orang pria—salah satunya Bayu. Dua pria yang lain tampak asing, dan hanya satu yang tampak akrab, meski sa

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Debat

    "Apa maksudmu, Mas? Tentu kita membutuhkan babysitter karena aku tidak bisa menjaganya selama dua puluh empat jam. Aku juga punya kesibukanku sendiri, nggak harus stay terus jaga bayi," ucap Nadya tajam, sambil melipat tangan di dadanya.Ekspresi wajahnya mencerminkan kejengkelan yang sudah tertahan cukup lama. Suaranya bergetar, menahan amarah dan rasa tidak dimengerti.Bayu yang duduk di seberangnya memandang istrinya itu dengan tatapan bingung, seolah tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya.Ia menyandarkan tubuh ke sandaran sofa, kedua alisnya menyatu dalam kerutan yang dalam."Kamu yang mau, kan? Kenapa sekarang bilang kalau kamu tidak bisa menjaganya, Nadya?" tanyanya datar, tapi jelas ada nada kekecewaan dalam suaranya. Bibirnya menegang, dan tatapannya tajam menusuk.Nadya bangkit dari duduknya, tubuhnya tegak dengan dagu sedikit terangkat. Ia berjalan mendekat ke arah Bayu dan menatap suaminya itu dengan sorot mata yang datar, namun menyimpan api protes di balik keten

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Terkejut Mendengarnya

    “Tentu saja tidak, Mas.” Suara Jihan terdengar tegas, meski nadanya tetap terjaga sopan. Sorot matanya menatap Bayu dengan penuh keyakinan, menegaskan bahwa ia tidak sedang berbicara main-main. “Saya ingin menjalani rumah tangga dan menjadi istri satu-satunya yang suami saya miliki.”Kalimat itu seperti tamparan halus bagi Bayu. Ia terdiam, tak mampu menyembunyikan rasa bersalah yang kini mulai merambat di hatinya.Tatapan matanya menunduk, seolah tak berani menatap wajah Jihan yang tampak begitu teguh dengan pendiriannya.Ia tidak bermaksud menyakiti perasaan Jihan, tetapi entah mengapa kata-katanya tadi seolah menggores luka yang tak terlihat.“Lagi pula,” Jihan melanjutkan dengan nada yang lebih pelan, namun tetap dingin, “perjanjiannya bukan seperti itu, kan? Saya hanya akan menjadi istri Mas Bayu sampai saya memberikan Mas Bayu anak. Jadi, jangan berpikir lebih. Sebab perjanjian kita hanya sampai di sana saja.”Jihan menundukkan kepalanya sejenak, menahan gejolak dalam dadanya ya

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Kenapa Tidak Menetap Saja?

    “Apa maksud Mas Bayu berkata seperti itu pada adik saya?” tanya Jihan tajam, begitu Bayu membuka pintu kamar dan melangkah masuk.Suasana kamar yang tadinya sunyi berubah tegang seketika. Aroma kayu manis dari diffuser di sudut ruangan tak mampu menyamarkan hawa dingin yang tiba-tiba menyusup di antara mereka. Bayu menutup pintu perlahan di belakangnya, lalu memandang Jihan dengan dahi yang berkerut.“Yang mana? Kamu mendengar percakapan kami yang mana?” tanyanya dengan nada bingung. Ia berjalan mendekat, namun langkahnya terhenti di tengah ruangan ketika melihat ekspresi wajah Jihan yang tak bersahabat.Jihan menatapnya lama, seolah ingin menembus lapisan wajah tenangnya itu. Lalu ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosi yang sudah menggelegak sejak beberapa menit lalu.“Akan membiayai kuliah Bastian sampai S2 dan jangan sungkan bilang apa pun pada Mas Bayu karena Mas Bayu adalah kakak iparnya.” Suaranya terdengar pelan, tapi tegas. Kalimat itu meluncur dari bibirnya

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Saya adalah Kakak Ipar Kamu

    “Hanya satu,” ucap Bayu akhirnya, suaranya terdengar berat dan serius. Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, “Kalau kamu sudah hamil, kamu harus segera resign dari kantor. Karena tidak semua orang tahu kalau kamu sudah menikah.”Jihan tidak langsung menanggapi. Matanya menatap lurus ke depan, wajahnya tanpa ekspresi. Ia hanya menggigit bibir bawahnya pelan, menahan emosi yang mulai mengendap di dadanya.Bayu menambahkan, kali ini suaranya lebih lembut namun tetap tegas, “Saya tidak mau kamu kelelahan dan membuat kondisi janin dan kamu kenapa-napa. Apalagi sampai membuat kamu keguguran.”Jihan tersenyum tipis, tapi senyum itu bukan tanda setuju. Justru senyum getir, seolah ingin menyampaikan bahwa ia tidak semudah itu dipatahkan. “Saya kuat, Mas. Jangan sepelekan kondisi saya.”Bayu mendesah, wajahnya menunjukkan ketidaksetujuan. “Ya, kuat karena tidak ada janin di perut kamu. Tapi, kalau sudah hamil, beda lagi kondisinya. Jadi, kamu harus tetap resign.”Mobil berhenti di depan r

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status