Share

Jangan Ganggu

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-28 11:43:10

“Maaf, Mbak. Pak Bayu sendiri yang menolak untuk menginap di rumah saya,” kilah Jihan dengan nada yang terdengar hati-hati, seperti berjalan di atas tali yang rapuh.

Nadya menggerutu pelan, matanya memandang kosong ke arah pakaian Bayu yang telah ia pilih. “Pokoknya aku tidak mau. Malam ini kalian harus tidur bersama. Kalau Mas Bayu tidak mau, paksa saja.”

Nada suaranya berubah lebih dingin, dan senyum sinis muncul di wajahnya, seperti bulan sabit yang tajam.

“Pria itu seperti kucing yang melihat ikan, Jihan. Tidak akan peduli siapa yang sedang menggodanya. Akan dia sentuh jika wanita itu menggoda. Jadi, kamu harus menjadi penggoda handal agar Mas Bayu menyentuhmu. Paham?!”

Di seberang sana, Jihan terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang, pasrah dengan perintah yang diberikan.

“Paham, Mbak. Saya akan menggodanya seperti yang Mbak minta,” jawabnya dengan suara yang terdengar lelah namun tanpa daya untuk menolak.

Nadya menutup panggilan itu dengan gerakan cepat, seperti menyingkirkan sesuatu yang tak lagi ia butuhkan.

Baru saja ia meletakkan ponselnya, pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Bayu yang kini telah selesai mandi. Uap air masih mengikutinya, seperti selubung tipis yang memeluk tubuhnya.

Nadya segera mengembalikan senyum lembut ke wajahnya, menyembunyikan semuanya di balik topeng kesempurnaan yang telah ia kenakan begitu lama.

“Pakaianmu sudah siap, Mas,” ucapnya manis, suaranya kembali hangat seperti mentari pagi.

Bayu hanya mengangguk, melirik sekilas ke arah Nadya, sebelum melangkah menuju pakaiannya.

**

Malam itu, embusan angin membawa serta aroma basah aspal kota, menambahkan sentuhan dingin pada hati Bayu yang sedang diselimuti perasaan bercampur aduk.

Ia memutuskan untuk memenuhi janjinya kepada Nadya—malam ini ia akan pulang ke rumah Jihan, meski ada dorongan samar di dalam dirinya yang ingin menunda waktu itu.

Namun, langkahnya terhenti ketika dering ponselnya memecah keheningan malam. Nama Arkan berkedip di layar. Dengan helaan napas yang berat, ia mengangkat panggilan itu.

“Ada apa, Arkan?” tanyanya, suaranya datar namun tetap mengandung nada perhatian.

“Kemarilah! Aku sedang di bar dengan Zayn,” seru Arkan dari seberang, suaranya lantang seperti suara petir yang tiba-tiba memecah langit. Bayu menjauhkan ponselnya dari telinga, bibirnya mengulas senyum kecil yang lelah.

“Sorry, untuk malam ini libur dulu. Ada yang harus aku tuntaskan,” jawabnya sambil menggerakkan tangan ke rambutnya, mencoba mengusir sedikit ketegangan.

“Ah, tidak seru! Urusan apa, sih? Kerjaan? Udah malem, Bay. Kerja mulu,” balas Arkan, suaranya mulai terdengar seperti seorang anak kecil yang merajuk karena mainannya diambil.

“Bukan,” sahut Bayu sambil melirik arlojinya. “Have fun saja. Jangan ganggu, kalau kalian sudah mabuk parah. Telepon taksi online kalau tidak sanggup nyetir sendiri.”

Dengan sekali geser jari, panggilan itu diakhiri. Bayu mendesah pelan, membiarkan sunyi malam kembali merayap masuk ke dalam dunianya.

Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya dan kembali melangkahkan kaki menuju mobil. Namun, di sisi lain malam itu, Arkan yang masih berada di bar hanya bisa berdecak kesal, tatapannya yang sedikit kabur oleh alkohol memandang layar ponselnya.

“Basi banget, Bay,” gumamnya sambil kembali melangkah ke pintu bar, dengan niat untuk tenggelam lebih jauh dalam kebisingan dan musik yang memekakkan telinga.

Namun, tepat ketika ia hendak memasuki bar, langkahnya terhenti. Dunia di sekelilingnya yang penuh warna neon mendadak terasa hening, dan pandangannya yang buram oleh alkohol mendadak tajam.

Di seberang jalan, berdiri seseorang yang mengenakan gaun hitam sederhana, rambutnya tergerai lembut, memantulkan cahaya lampu jalan seperti sutra yang disepuh malam.

Arkan memicingkan mata, mencoba memastikan apakah penglihatannya tidak menipunya. “Apa itu... Nadya?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
terlalu memaksa kamu Nadya padahal santau aja buru" bener sih topeng yang mengelabui Bayu
goodnovel comment avatar
Teh Gelas
waduhhh.. beneran nadya bukan tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Harapan Bayu Satu-Satunya

    Satu bulan lamanya Bayu tidak pernah pulang ke rumah lamanya.Sejak pertengkaran terakhir dengan Nadya, ia memilih untuk menjauh sementara dari keruwetan yang tak kunjung reda di rumah itu.Bayu tahu, keadaannya tak ideal, tapi saat ini, ia lebih memilih untuk menemani Jihan—perempuan yang sedang mengandung anaknya, yang membutuhkan ketenangan dan perhatian, bukan pertengkaran.Sedangkan Nadya... wanita itu hanya bisa terus menyalahkan tanpa benar-benar mengerti situasi yang mereka hadapi.Hari itu, Bayu tengah menatap layar laptopnya di kantor, mencoba menyelesaikan pekerjaan meski pikirannya tak sepenuhnya tenang. Pintu ruangannya tiba-tiba diketuk dan dibuka begitu saja.“Mas Bayu?” suara Nadya terdengar dari balik pintu, membuat tubuh Bayu refleks menegak.Ia menoleh perlahan, sudah menduga akan terjadi percakapan yang tidak menyenangkan.“Ada apa, Nadya?” tanyanya dengan nada datar, seperti tak punya cukup tenaga lagi untuk menanggapi emosi istrinya.Nadya masuk ke ruangan dengan

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Tolong Dijaga Baik-baik

    “Jihan?”Sontak perempuan itu terkejut bukan main.Suara itu… suara yang sangat ia kenali, suara yang kerap memanggilnya dengan nada tenang namun kini terdengar seperti dentuman keras di kepalanya.Jihan sontak membalikkan badan, dan matanya membulat penuh keterkejutan ketika mendapati Bayu berdiri tak jauh darinya.“Mas Bayu?” ucapnya tergagap. Suaranya lirih, seolah lehernya tercekat oleh rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap.“Mas Bayu lagi ngapain di sini?” tanyanya kemudian, mencoba bersikap tenang, meski napasnya tak beraturan.Tangannya masih memegang sendok kecil berisi susu bubuk yang hendak ia seduh. Sejenak, suasana menjadi sunyi. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar di antara ketegangan yang merayap di udara.Bayu melangkah mendekat. Matanya langsung mengarah pada kotak susu formula yang tergeletak di meja kecil dapur.Alisnya bertaut dalam kerutan tajam. Dengan gerakan cepat, ia meraih kotak susu itu dan menatap labelnya—susu khusus ibu hamil. Tatapannya berubah.

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Batal Bercerai

    “Saya tidak bisa menceraikan kamu dalam waktu dekat ini, Jihan. Mama sudah tahu kamu,” ucap Bayu dengan suara pelan.Ia menatap perempuan di hadapannya itu dengan tatapan yang sarat keraguan dan kelelahan.Wajah Jihan begitu tenang, namun Bayu tahu, jauh di balik ketenangan itu ada hati yang menahan banyak tanya, banyak luka yang belum sempat dibalut.“Kamu tidak keberatan, kan?” tanyanya kemudian, mencoba mengukur reaksi Jihan, berharap ia tetap sekuat biasanya.Jihan menghela napas panjang. Tarikannya lambat dan dalam, seperti mencoba menahan sesuatu yang ingin keluar—mungkin rasa kecewa, atau mungkin sekadar kelelahan emosional yang sudah terlalu lama ia pendam.Matanya menatap Bayu dengan teduh, namun penuh kehati-hatian.“Bagaimana dengan Mbak Nadya?” tanyanya pelan, nyaris seperti gumaman.Bayu menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya dan menjawab dengan nada yang datar namun mantap.“Itu biar jadi urusan saya. Kamu tidak perlu memikirkannya. Mama sudah tahu kalau saya punya d

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Memberitahu Yang Sebenarnya

    Bayu mengangkat wajahnya perlahan. Matanya menatap sang mama yang kini duduk dengan punggung tegak, menunggu jawaban.Sorot mata Sara penuh keyakinan, seolah ia sudah tahu jawaban dari pertanyaannya bahkan sebelum Bayu membuka mulut. Bayu bisa merasakan dadanya sesak.Kenyataan yang selama ini ia tutupi, kini perlahan mengambang di permukaan. Tak ada tempat untuk bersembunyi lagi.“Iya, Ma...” ucapnya akhirnya, suaranya nyaris seperti bisikan yang tercekik di tenggorokan.“Nadya memang bermasalah. Dia tidak bisa memberiku anak.”Dalam sekejap, wajah Sara berubah. Wanita itu mendongakkan kepala dan mematung sejenak.Matanya membelalak, seolah kalimat itu baru saja menamparnya keras. Mulutnya terbuka lebar, nyaris tak percaya.“Astaga, Bayu…” desisnya. Tangannya refleks menutup mulut sebelum ia menggeleng berkali-kali, mencoba menyangkal kenyataan yang baru saja dikonfirmasi anaknya sendiri.

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Desakan dari Sang Mama

    “Mama? Kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?” tanya Bayu, berdiri dari kursinya dengan ekspresi terkejut.Tatapannya langsung tertuju pada sosok wanita paruh baya yang berdiri angkuh di depan pintu ruang kerjanya—Sara, ibunya.Penampilannya masih sama elegan dan penuh wibawa seperti biasa, dengan rambut disanggul rapi dan mantel mahal yang menggantung di bahunya. Kehadirannya selalu membawa aura tekanan tersendiri bagi Bayu.“Kenapa kamu terlihat terkejut melihat Mama di sini?” balas Sara dengan nada dingin, matanya tajam mengamati anak lelakinya.Ia melipat kedua tangannya di dada, mempertegas sikapnya yang sedang tidak ingin basa-basi.Bayu menggeleng pelan, mencoba menenangkan dirinya meski dada terasa sesak. “Nggak biasanya Mama datang tanpa memberitahuku dulu,” ucapnya jujur, berusaha terdengar tenang.“Melvin sudah pulang ke Indonesia dan aku sudah memberinya pekerjaan sebagai General Manager di sini,” lanjutnya, mencoba mengalihkan topik pembicaraan agar suasana tidak memanas

  • Terpaksa Menjadi Ibu Pengganti CEO Arogan   Kedatangan Mertua

    “Mama?” Mata Nadya terbelalak, menatap sosok perempuan paruh baya yang berdiri di ambang pintu rumahnya dengan wajah tanpa ekspresi.Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit, udara pagi masih terasa dingin, dan cahaya matahari baru saja menyelinap masuk lewat celah tirai jendela ruang tamu.Tubuh Sara berdiri tegak, mengenakan mantel abu-abu dan tas tangan berwarna gelap menggantung di lengannya.Aroma parfum khasnya langsung menyergap penciuman Nadya—wangi elegan yang selalu membuatnya gugup tanpa alasan.“Mama kok nggak bilang kalau mau ke sini? Ada apa, Ma?” tanya Nadya dengan lembut, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.Sara melangkah masuk tanpa menanggapi sapaan itu, pandangannya menyapu sekeliling rumah dengan sorot mata kritis. Dengan langkah ringan namun penuh wibawa, ia duduk di sofa tanpa diminta.“Di mana Bayu?” tanyanya datar, tanpa basa-basi.“Mas Bayu sudah berangkat, Ma. Mungkin sekitar lima belas menit yang lalu. Mama ke sini nggak sama Papa?” tanyany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status