--Happy Reading--
Aku melongo, setengah terkejut dengan wajah panik, saat melihat mas Adam meringis pelan. Buru-buru aku turun dari atas ranjang dan berniat membantunya.“Sini, aku bantu bangun, Mas!” ajakku tulus. Namun, dengan kasar mas Adam menepis tanganku yang berniat baik membantunya. Ada rasa sesal dalam hati, kenapa harus cape-cape menolongnya? Seharusnya aku itu tertawa terbahak, saat melihat pria egois dan arrogant itu terjatuh kesakitan.“Singkirkan tangan siallmu itu! Aku masih bisa sendiri, tidak butuh bantuanmu Gadis Pembawa Siall!” oceh mas Adam dengan tatapan sinis. Dia merasa, aku ini selalu membawa siall dalam hidupnya.“Ya sudah,” ucapku menarik tanganku kembali. Aku tidak mau berdebat panjang, ujung-ujungnya aku juga yang kalah.”Lagian, kenapa juga mas Adam ada di kamarku? Aku nggak sengaja dorong mas Adam. Aku pikir mas Adam mau ngapain?”“Aaah…” ringis mas Adam, ketika dia bangkit dari lantai dan duduk di bibir ranjang dengan setengah merin--Happy Reading--Kirana melihat kondisi mobil mahalnya, yang lecet terbentur bodi depan motor pria yang sudah menegurnya. Dia pun mendengkus kesal, seraya menatap tajam ke arah pria tersebut.“Hey, apa kamu gak salah ngomong, hah? Mobilku juga lecet, bukan hanya motormu saja!” omel Kirana tidak mau kalah.“Tapi, kamu yang mendadak ngerem, tadi. Merugikan semua pengguna jalan yang lain, Mbak! Jadi, kamu yang bersalah,” ujarnya dengan tegas. “Kalau Mbak gak mau tanggung jawab, saya akan laporkan perkara ini kepada pihak yang berwajib!” ancamnya dengan menyeringai.“Siall!” umpat Kirana dalam hatinya. Bocah tengik ini berani sekali terhadapnya, sampai bawa-pawa polisi segala.Ya, ini memang salahnya yang ngerem tiba-tiba, karena tidak melihat wanita paruh baya yang sedang menyebrang jalan. Pikirannya sedang kacau dan tidak focus karena Adam, laki-laki yang teramat dicintainya. Tapi, semua ini murni memang kesalahannya.“Mbak!” panggil pria itu sedikit membentak
--Happy Reading--“Bisma..!” Teriakan Kirana, menarik asisten Bisma dari lamunannya hampir dua tahun yang lalu, di mana malam yang membuatnya telah menyesali kebodohannya saat itu. Seandainya tidak ada panggilan telpon dari sang majikan, sudah dipastikan dirinya akan benar-benar lupa dengan segala rasa yang dilewatinya bersama Kirana malam ituSebuah rahasia masa lalu, kini kembali memenuhi isi kepala asisten Bisma, yang tidak ingin sampai majikannya tahu..“Apa kamu sudah ingat sekarang, huh? Apa kamu siap, aku katakan apa yang telah terjadi di antara kita malam itu kepada Mas Adam, huh?” ancam Kirana dengan berkacak pinggang.Deg!Jantung asisten Bisma tersentak, mendengar ancaman Kirana. Baginya, itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Bagaimana jadinya, jika majikannya tahu akan apa yang sudah ia lakukan bersama Kirana malam itu.“Kamu takut, bukan?” tanya Kirana memindai wajah asisten Bisma yang nampak menegang.“Aku tidak akan mengatakan rahasi
--Happy Reading--Bugh…Satu pukulan di wajah asisten Bisma melayang dari salah satu laki-laki yang sedang mendekati Kirana.Asisten Bisma yang sedang memarahi Kirana pun, sontak terhuyung akibat pukulan yang dia tidak sadari sebelumnya.Kirana pun tersentak, sontak berteriak histeris atas apa yang dilakukan dari salah satu pemuda yang baru dikenalnya tersebut. “Aaaa…. Apa yang kau lakukan, brengsekk?”“Shitte!” umpat asisten Bisma, setengah mendesis lirih. Dengan segenap kekuatan yang ia miliki, satu pukulan kuat ia layangkan di wajah laki-laki yang memukulnya tadi.Sontak, kedua teman laki-laki yang tidak dikenal itu pun ikut membantu temannya untuk melayangkan bogem mentah mereka. Akan tetapi, asisten Bisma sangan licin menghalau pukulan mereka, hingga merekalah yang berbalik terkena pukulan asisten Bisma.Perkelahian satu lawan tiga pun, nampak seru dan menjadi sebuah tontonan yang dikonsumsi banyak pengunjung club lainnya.Sorak riuh dari mereka,
--Happy Reading--Dua tahun yang lalu.Di apartemen Kirana.Kirana sedang merasa kesepian, karena Adam terlalu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota. Sementara dirinya diabaikan menjalani hari-harinya seperti gadis jomblo yang tidak memiliki kekasih.Namun, meski Adam berada di luar kota, dia tetap memberi kabar dan menghubunginya lewat telpon pintarnya. Selain itu pun, Adam pun selalu memfasilitasi kebutuhan Kirana, lewat asisten pribadinya, Bisma. Seolah tidak puas, dengan semua yang dilakukan Adam, Kirana pun butuh sentuhan dan kehangatan selain perhatian. Dia pun sering berinteraksi lewat video call dengan sang kekasih.“Aku sedang merindukanmu, Honey. Apakah kamu masih sangat lama di sana?” Kirana mulai memasang wajah sedih.“Masih seminggu lagi, Sayang. Bersabarlah!” Adam nampak mengulas senyum. Dia pun sangat merindukan kekasihnya itu.“Gitu ya, Honey.” Kirana mengerucutkan bibirnya, di depan layar ponselnya yang membuat Adam pun tertawa lepa
--Happy Reading--Adam segera menepikan mobilnya juga di bahu jalan. Dengan gerak cepat, dia pun menghampiri mobil sang asisten, lalu mengetuknya dengan hatinya yang berdebar.Asisten Bisma pun segera membuka kunci otomatis mobilnya, lalu ke luar dengan mengulum senyum ke arah majikannya.“Selesaikan dengan kepala dingin, Tuan!” ucap asisten Bisma bijak.Adam pun mengangguk cepat. “Terima kasih, Bisma.”Asisten Bisma pun balas mengangguk, lalu pergi menjauh untuk memberikan waktu mereka berdua bicara dari hati-ke hati.“Sayang….” panggil Adam lirih dengan bola matanya yang sudah berkaca-kaca.Perlahan-lahan dengan sangat lembut, ia mencoba menyentuh tangan Anna, istrinya. Anna hanya diam, namun memalingkan wajahnya ke arah berlawanan.“Aku bisa jelasin semuanya, kamu hanya salah paham atas apa yang kamu lihat tadi,” tutur Adam dengan suara lirih.“Salah paham? Apa Mas Adam, tidak salah ngomong?” tanya Anna, menoleh ke arah sang suami dengan r
--Happy Reading--Dengan langkah penuh amarah, Adam menuju lift. Tidak lama kemudian, Adam pun telah sampai di depan Kirana yang sedang duduk dengan berpangku kaki.Pak Surip yang tergopoh menghampiri sang majikan dengan wajah pucat. “Maaf, Tuan Adam. Saya sudah berusaha melarangnya, tadi.” Adam pun mengangguk mengerti. Pak Surip sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, karena tamu yang datang tidak tahu aturan dan memaksa, maka Pak Surip pun tidak bisa menahan mantan kekasih sang majikan menerobos masuk ke dalam mansionnya.Dengan tatapan membunuh, kedua tangan mengepal kuat, Adam menggertakkan giginya dengan penuh amarah. “Apa kamu sudah tidak punya malu, Kirana? Aku sudah muak melihat wajahmu.” Adam tidak sungkan melontarkan kata hinaan untuk sang mantan yang telah mengkhianatinya.Kirana tertawa sumbang, dadanya naik turun menahan amarah yang menorehkan luka. Kedua bola matanya yang besar pun seolah ingin ke luar dari tempatnya. Pria yang selama ini sa