Tidak terasa sudah satu minggu Bella menjadi sugar baby dari Felix. Wanita itu pun merasa jenuh jika berada di apartemen terus-menerus, dia berencana untuk keluar.
"Sepertinya jika aku belanja bisa menghilangkan rasa jenuhku," ucap Bella sambil mematut dirinya di depan cermin.Setelah semua siap, Bella pun berangkat ke salah satu mall terbesar di kota itu. Dia berbelanja beberapa baju dan setelah selesai wanita itu pun masuk ke dalam salah satu Cafe.( Kau di mana? ) Terlihat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya dari Felix.( Aku sedang berada di salah satu Mall, menghilangkan rasa jenuh. Aku juga habis berbelanja, ) balas Bella, dia pun mengirimkan foto dirinya dan juga beberapa belanjaannya.( Jangan pulang malam-malam. Aku sedang merindukanmu ).Bella yang membaca itu pun hanya tersenyum sinis. "Ck. Semua pria sama saja, hanya selangkangan yang ada di otak mereka dan kepuasan tersendiri. Aku akui memang dia sangat loyal, tapi sampai kapan aku akan terus begini? Aku juga ingin hidup normal." Terlihat helaan nafas yang begitu kasar dari wanita tersebut.Dia mengaduk minumannya dengan tatapan kosong. Pikirannya semrawut karena Bella merasa dirinya benar-benar sangat kotor sudah menjadi simpanan seorang pria beristri.Dia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi istrinya jika sampai tahu kalau suaminya memiliki simpanan seorang wanita muda seperti dirinya..."Nyonya, ini data-data wanita simpanan atuan Felix," ucap seorang pria memakai hoodie berwarna hitam dengan topi dan masker senada.Salma menerima amplop coklat tersebut, kemudian dia melihat foto-foto Bella. "Jadi dia. Tapi tunggu! Kenapa aku merasa wajahnya tidak asing?" lirih Salma dengan alis terangkat, menatap dengan mata menyipit ke arah foto Bella yang sedang tersenyum. Dia seperti pernah bertemu dengannya."Jadi dia mantan pelacur?" tanyanya kepada orang suruhannya."Benar Nyonya. Sekarang dia berada di kafe xxx yang ada di mall tak jauh dari sini.""Baguslah. Antarkan aku ke sana!" pinta Salma.Mereka pun langsung memasuki mobil untuk menuju salah satu mall di mana saat ini Bella tengah berada. Salma mengeratkan rahangnya sorot mata yang begitu tajam memancarkan kemarahan yang sangat membara.Saya ingin melabrak Bella di hadapan umum, dan dia ingin memberikan pelajaran kepada wanita itu. "Lihat saja kau wanita jalang. Kau itu hanya seonggok sampah yang dipungut oleh suamiku. Setelah suamiku kenyang dengan kue apem milikmu, maka dia akan mencampakkan dirimu begitu saja. Kau berani bermain-main dengan seorang Salma, dan kau sudah berani menjadi simpanannya!" geram Salma dengan tangan terkepal.Dadanya bergemuruh dengan hebat. Nafas naik turun menandakan bahwa wanita itu saat ini benar-benar menahan emosi karena sudah mengetahui bagaimana wajah dari simpanan suaminya.Tentu saja ada rasa iri di hati Salma karena Bella lebih cantik dari dirinya, bahkan wajah Bella begitu natural tanpa make up. "Lihat saja! Kau akan tahu pembalasanku, dan aku tidak akan membiarkanmu masuk ke dalam rumah tanggaku dan menghancurkan kehidupanku. Gara-gara kau ... sekarang Felix sudah susah untuk kendalikan."Setelah mereka sampai di salah satu Mall, orang suruhan dari Salma mengajaknya menuju lantai 4 di mana saat ini Bella sedang duduk dan memakan makanan siangnya."Dia berada di cafe itu, Nyonya!" tunjuk pria tersebut."Kau tunggu saja di sini! Aku akan memberi wanita sundal itu pelajaran. Lihat saja, aku tidak akan membiarkan dia mempunyai muka di hadapan umum!" geram Salma dengan sorot mata yang tajam.Langkahnya yang begitu tegap angkuh dan penuh percaya diri serta membawa kemarahan mendekat ke arah Cafe tersebut. Matanya menelisik ke setiap sudut melihat keberadaan Bella yang sedang duduk membelakangi dirinya, dan saat dia melihat ke arah pojok wanita itu tersenyum sinis."Kena kamu! Kau akan menanggung akibatnya karena sudah berani merebut suamiku." Dia berjalan dengan nafas memburu, dan saat sampai di sana melihat sugar baby dari Felix sedang menyantap steaknya. Salma langsung menjambak rambut wanita itu.BERSAMBUNG.....Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be
Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi
Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk
"Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti
Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b
Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu