Salma menggeram dengan kesal saat telepon diputuskan secara sepihak oleh Felix. "Benar-benar keterlaluan! Rupanya dugaanku benar jika dia sedang bermain dengan wanita lain. Berani sekali dia berselingkuh di belakangku. Lihat saja Felix! Aku tidak akan melepaskanmu dan aku tidak akan membiarkanmu menduakan diriku!" Tangannya terkepal dengan sorot mata yang memancarkan dendam.
Dia memang terlalu sibuk dengan dunia keartisannya, tetapi Salma juga tidak ingin jika Felix berpaling darinya, karena dia ingin menggenggam pria itu agar tidak bisa lepas dari hidupnya. Sebab Felix benar-benar berharga di dalam karirnya."Papa ... Papa ..." Putri terus saja mengigau memanggil nama Felix, membuat Salma seketika mendengkus dengan kasar, karena putrinya terus saja memanggil nama pria itu yang saat ini tengah bersenang-senang bersama dengan Bella."Dasar anak sialan! Kenapa kau tidak mati saja sekalian, hah!" gerutu Salma dengan kesal.Biasanya seorang ibu akan tiba dan penuh kasih sayang, walaupun dia begitu membenci darah dagingnya. Tetapi berbeda dengan Salma, kebencian di dalam hatinya sudah mendarah daging sehingga saat Putri sedang sakit pun keibuannya tidak terkeluar sama sekali. Bahkan ia seakan tidak perduli mau Putri tiada sekalipun."Bibi!" teriaknya memanggil pelayan."Iya Nyonya," jawab bi Sumbi."Jaga anak sialan ini! Aku tidak ingin mengurusnya. Jika dia semakin parah bawa saja ke rumah sakit, atau biarkan saja di sini biar dia tiada sekalian," ucapnya dengan enteng dan tak perduli, kemudian melenggang pergi meninggalkan kamar Putri.Bi Sumbi menggelengkan kepalanya sambil mengurut dada. "Ya Allah, baru kali ini aku melihat seorang ibu yang tega mengatakan hal itu pada putrinya sendiri. Bahkan tega mendoakan hal yang buruk. Semoga Nyonya Salma bisa cepat sadar, kasihan non Putri yang tidak pernah dianggap olehnya," lirih bi Sumbi dengan tatapan iba, kemudian dia mengompres tubuh Putri agar panasnya turun..Sementara di tempat lain, Bella baru saja selesai berpakaian dan dia sedang bersantai di balkon. "Tuan, rasanya aku sangat bosan jika terus-terusan di apartemen dan tidak bekerja.""Memangnya kenapa?" Felix memeluk tubuh Bella dari belakang. "Bukankah aku sudah membayarmu? Kau hanya perlu mengangkat kedua pahamu dan melayaniku dengan baik."Bella berdecih, hatinya kembali tersayat saat mendengar kata-kata vulgar yang terlontar dari mulut pria tampan itu. Walaupun kenyataannya memang benar dia adalah wanita murahan yang sudah dibeli harga dirinya."Mau sampai kapan Tuan seperti ini? Apakah Tuan tidak kasihan dengan istri dan juga anak, Tuan," ucapnya dengan nada yang begitu datar.Felix yang mendengar ucapan Bela segera melepaskan pelukannya. Seketika raut wajah hangatnya mendadak menjadi dingin, tatapannya lurus ke arah depan dengan helaan nafas yang begitu kasar."Tidak usah ikut campur dalam kehidupanku! Kau hanya perlu mengikuti semua perintahku tanpa kau harus tahu rumah tanggaku. Mau aku bermain dengan wanita manapun, itu adalah kehendakku," jawabnya dengan nada tak suka, "jangan pernah merusak suasana saat aku berada di dekatmu! Jangan pernah membahas keluargaku, karena aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu."Bella mengangkat satu alisnya, dia melihat dari sudut ekor matanya pada pria tampan yang saat ini sedang berada di sampingnya. Kemudian Felix masuk ke dalam sementara wanita itu masih betah berada di balkon.'Dasar pria aneh. Masa bertanya seperti itu saja dia marah? Tapi apa yang dikatakan benar, aku tidak peduli mau bagaimana rumah tangga dia bersama dengan istri dan juga anaknya, itu bukanlah urusanku. Aku berharap pekerjaan ini akan segera selesai dan aku bisa hidup dengan bebas.' batin Bella sambil menerawang jauh."Kau tinggallah di sini, lakukan apa yang kau mau! Tapi kau harus mempersiapkan diri di saat aku butuh kapanpun itu, kau paham? Aku akan kembali ke kantor." Felix mencium Bella kemudian dia pergi meninggalkan apartemen tersebut.Saat sampai di lantai bawah dia sudah dijemput oleh asistennya. "Kita ke kantor sekarang!" titahnya."Baik Tuan," jawab Iqbal.Felix yang teringat dengan putrinya, dia segera menelpon rumah dan yang mengangkatnya adalah bi Sumbi lalu dia pun menanyakan keadaan Putri, namun seketika rahangnya mengeras dengan sorot mata yang begitu tajam.'Dia benar-benar keterlaluan. Putri adalah darah dagingnya, tapi dia sama sekali tidak peduli. Seorang Ibu macam apa Salma? Dia bahkan lebih mementingkan karirnya ketimbang kesehatan putrinya sendiri. Kak Bayu, Kak Bayu ... kenapa bisa kau memilih wanita jahanam sepertinya?' Felix memijit kening saat mengingat bagaimana sifat Salma."Iqbal, kita tidak jadi ke kantor, pulang ke rumah!" titahnya dan langsung dibalas anggukan oleh.Sesampainya di sana Felix langsung menuju kamar Putri dan menggendongnya masuk ke dalam mobil untuk membawanya ke rumah sakit."Papa tidak akan membiarkan kamu sakit, Nak. Maaf jika Papa tadi tidak menghiraukanmu. Papa hanya ingin melihat bagaimana ibumu merawatmu saat kamu sedang sakit keras, tapi ternyata dia lebih mementingkan karirnya ketimbang dirimu."Iqbal menatap sedih ke arah Felix dari pantulan cermin. Dia sudah menjadi asisten Felix selama 10 tahun lamanya.'Kasihan tuan Felix, dia harus mengurus anak dari almarhum kakaknya dan mendapatkan istri yang tidak pernah bisa bersyukur seperti Nyonya Salma.'Sesampainya di rumah sakit Putri langsung dibawa ke ruang UGD, setelah itu dipindahkan ke ruang rawat inap. "Papa jangan tinggalkan Putri! Putri tidak ingin jauh-jauh dari Papa," pintanya saat gadis itu tersadar."Papa tidak akan jauh-jauh dari kamu Nak," jawab Felix.Jam menunjukkan pukul 20.00 malam, sudah setengah hari dia menemani Putri di rumah sakit dan dirinya ingin pulang untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Dia pun menelpon bi Sumbi untuk menggantikan posisinya menjaga Putri.Sesampainya di rumah benar saja Salma sudah ada di sana dan sedang membaca majalah. Tetapi Felix melenggang masuk begitu saja tidak peduli dengan kehadiran wanita itu yang sudah mencampakan putrinya sendiri."Wow! Ternyata kamu masih ingat rumah ya, setelah bermalam dengan wanita murahan itu?" Sindir Salma sambil melipat tangannya di depan dada."Aku tidak ingin berdebat." Felix berkata dengan nada dinginnya sambil melenggang menaiki tangga, namun Salma mengikuti pria itu."Kau bahkan tidak memperdulikan putrimu. karena kau sedang enak digenjot oleh wanita simpananmu itu bukan? Tapi Felix, aku yakin kok kau tidak akan betah lama-lama dengan wanita yang murah harga dirinya. Apa kau tidak sadar, jika kau ini sudah menikah bahkan mempunyai anak? Mereka hanya ingin hartamu saja Felix. Kenapa kau begitu bodoh?"Seketika pria itu membalikkan tubuhnya menatap tajam ke arah wanita yang selama ini sudah menemaninya. "Lalu apa bedanya denganmu?" tanyanya dengan tatapan yang begitu datar. "Kau pun tidak jauh berbeda dengan mereka. Bukankah kau juga hanya ingin hartaku?""Jaga ucapanmu ya Felix!" tunjuk Salma dengan sorot mata yang tajam."Kauyang harus menjaga ucapanmu Salma! Apa selama ini kau memenuhi kebutuhanku? Apa selama ini kau mengabdi kepadaku? Apakah selama ini kau bisa menjadi istri dan ibu yang baik untukku dan juga Putri? tidak bukan? Kau hanya mementingkan karirmu sendiri, bahkan anakmu sedang sakit pun kalau tidak perduli, dan lebih parahnya adalah ... kau ingin dia tiada. Apakah itu naluri seorang ibu? Apakah itu dinamakan seorang wanita yang mempunyai hati? Tidak. Kau tidak lebih baik dari seekor binatang. Bahkan binatang saja akan merasa sedih saat melihat anaknya sakit dan terluka, tapi kau ... bahkan hatimu melebihi iblis!" sentak Felix yang sudah jengah dengan sikap Salma yang selalu menyalahkan dirinya tanpa ingin disalahkan.BERSAMBUNG.....Tidak terasa sudah satu minggu Bella menjadi sugar baby dari Felix. Wanita itu pun merasa jenuh jika berada di apartemen terus-menerus, dia berencana untuk keluar."Sepertinya jika aku belanja bisa menghilangkan rasa jenuhku," ucap Bella sambil mematut dirinya di depan cermin.Setelah semua siap, Bella pun berangkat ke salah satu mall terbesar di kota itu. Dia berbelanja beberapa baju dan setelah selesai wanita itu pun masuk ke dalam salah satu Cafe.( Kau di mana? ) Terlihat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya dari Felix.( Aku sedang berada di salah satu Mall, menghilangkan rasa jenuh. Aku juga habis berbelanja, ) balas Bella, dia pun mengirimkan foto dirinya dan juga beberapa belanjaannya.( Jangan pulang malam-malam. Aku sedang merindukanmu ).Bella yang membaca itu pun hanya tersenyum sinis. "Ck. Semua pria sama saja, hanya selangkangan yang ada di otak mereka dan kepuasan tersendiri. Aku akui memang dia sangat loyal, tapi sampai kapan aku akan terus begini? Aku juga ingin hidu
Bella terkejut saat tiba-tiba saja ada yang menjambak rambutnya, dan saat kepalanya menengadah dia merasa heran karena tidak mengenal wanita itu."Awwh! Apa yang Anda lakukan, Mba? Sakit. Anda ini sudah gila ya! tiba-tiba datang dan menjambak rambut saya!" gertak Bella dengan kesal karena dia tidak mengetahui siapa Salma.Salma melepaskan jambakannya kemudian dia menampar Bella dengan begitu keras, sehingga membuat wanita itu lagi-lagi meringis kesakitan karena tidak bersiap-siap dengan serangan brutal dari wanita yang tak ia kenal sedikitpun, namun wajahnya begitu tak asing."Dasar kau wanita jalang pelakor! Wanita biad4b! Kau berani-beraninya menjadi simpanan suamiku, hah!" bentak Salma dengan nada yang tinggi sehingga membuat semua pengunjung yang ada di cafe itu seketika menoleh ke arahnya"Maaf Mbak, apa yang Anda katakan? Saya tidak paham?"PLAK!Salma lagi-lagi menampar wajah Bella. "Kau bilang tidak paham? Jangan pura-pura bego kau ... dasar wanita kotor. Wanita tak punya harg
Bela masuk ke apartemennya dengan perasaan kesal. Dia membanting semua belanjaannya di atas sofa kemudian berjalan ke arah dapur dan mendekat air dingin sepuasnya."Benar-benar wanita stress. Dia ingin melabrakku di hadapan umum, tapi dia sendiri yang malu..Apa dia tidak berpikir bahwa itu semua bisa menjatuhkan karirnya?" marah Bella sambil terduduk di kursi meja makan dan membuang nafasnya dengan kasar.Malam ini sesuai dengan permintaan Felix, dia sedang menonton TV di ruang tamu dengan dress yang mini hingga membuatnya terpampang begitu jelas amun saat Bella sedang menonton TV tiba-tiba ada berita yang menayangkan tentang keributan di cafe beberapa jam yang lalu. Dia merasa kesal kemudian berdecak sambil membanting remote di atas meja."Huh! sudah pasti terjadi. Aku sudah menduganya. Kenapa sih wanita itu tidak berpikir dulu sebelum bertindak!" kesalnya dengan wajah cemberut."Kau tenang saja," ucap seorang pria yang baru saja masuk ke dalam apartemen itu, yang tak lain adalah Fe
Salma menyeringaimendengar pertanyaan putrinya, kemudian dia mendekat ke arah Putri. "Iya, papamu itu telah selingkuh. Dia sudah menyakiti mama. Dia sudah bermain dengan wanita di luaran sana."Putri menatap ke arah sang papa dengan tatapan sendu, sementara Felix hanya diam sambil melipat tangannya di depan dada."Kamu jangan menghasut anakmu," ucap Felix dengan datar."Siapa juga yang menghasut? Apa yang aku katakan itu benar kan, kamu dan wanita jalang itu sudah berselingkuh. Jadi apa yang perlu disembunyikan?" Salma tersenyum sinis sambil mengangkat kedua bahunya.Dia yakin pasti Putri akan membenci Felix, tetapi seketika keyakinannya itu runtuh saat Putri mengatakan bahwa ia tidak peduli."Jika Papa memang selingkuh dan itu membuat papa bahagia, aku mendukung." Seketika Felix dan juga Salma menatap tak percaya ke arah Putri mereka."Apa yang kamu katakan Putri?!" sentak Salma dengan marah."Jangan membentak putriku seperti itu!" tukas Felix dengan tatapan tajamnya."Karena apa yan
Salma mengangguk-nganggukan kepalanya, dia mengerti dengan saran dari Irfan. Wanita itu tersenyum licik. "Okelah kalau begitu aku pulang dulu. Thanks ya untuk idenya. Kamu ?emang yang terbaik," ucap Salma kemudian mengecup bibir Irfan sekilas."Hai sayang, ingat besok malam di hotel." Pria itu mengedipkan sebelah matanya membuat Salma tersenyum genit."Baik. Kau tenang saja, aku akan memberikan kamu servisan yang begitu oke, hingga kamu pasti akan ketagihan." Salma melenggang meninggalkan bar tersebut untuk pulang menuju rumah...Pagi ini Felix sudah bersiap untuk ke kantor. Dia menuju meja makan untuk meminum kopinya, tetapi tiba-tiba saja melihat Salma yang sedang menyiapkan sarapan membuat pria itu menyipitkan mata.Dia tak pernah melihat Salma selama ini berkutat di dapur, dia bahkan baru pertama melihat Salma menyediakan sarapan untuknya."Sayang, ini aku udah buatin kopi kesukaan kamu. Terus ini aku buatin kamu roti bakar coklat, kamu pasti suka." Salma berkata sambil duduk de
"Aku mau kamu tinggalin selingkuhan kamu itu! Dan kamu fokus kepadaku dan Putri. Aku janji akan berubah!" Salma mencoba untuk meyakinkan Felix.Namun sayang, Felix tidak semudah itu untuk percaya. Dia tersenyum miring seolah mengejek apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya"Apa kau bilang? Kau meminta ku untuk meninggalkan Bella? Begitu?" Pria itu terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Dia menatap sinis ke arah Salma. "Jangan pernah bermimpi! Dia lebih bisa memuaskan diriku dan dia lebih bisa membuatku nyaman, ketimbang dirimu. Lagian kita impas, kan? Kau selingkuh, aku pun sama."Hantung Salma seketika bergemuruh mendengar jika suaminya sudah nyaman dengan Bella. Dia mengepalkan tangannya mencoba untuk meredam emosi agar tidak meledak di hadapan Felix.'Sialan. Lihat saja kau wanita jalang! Kau akan mendapatkan akibatnya. Tapi untuk sekarang aku harus lebih meyakinkan Felix agar dia percaya kepada aku.' batin Salma."Dia hanya ingin harta kamu. Jika kamu memang perlu kepuasan di
Felix baru saja selesai meeting dengan asistennya yang bernama Bertrand, saat dia sedang duduk di ruangan dan mengecek data-data perusahaan kembali, tiba-tiba saja Veteran masuk dengan wajah yang sedikit panik."Gawat Tuan! Gawat!" ucap panik Betrand."Gawat? Gawat kenapa?" Lalu Bertrand pun memberitahu apa yang terjadi. Mendengar hal itu Felix pun mendadak menjadi panik. "Kalau begitu antarkan aku ke apartemen!"Mereka pun menaiki mobil untuk menuju apartemen di mana saat ini Bella berada. Dan saat sampai di sana, Felix melihat Bella sedang menangis di sofa.Dia segera berlari dan memeluk tubuh Bella. "Sabarlah. Kedua adikmu pasti baik-baik saja," ucap Felix sambil mengusap rambut wanita itu."Bagaimana aku bisa sabar, Tuan? Kedua adikku kecelakaan dan busnya masuk ke dalam jurang. Xi berita juga mengatakan bahwa tidak ada korban yang selamat, itu artinya ..." Bella menggantungan ucapannya dengan mata yang sudah memerah karena sedari tadi dia terus-terusan menangis. "Aku mau ke sana
Tengah malam Felix terbangun. Dia menuju kamar Putri untuk mengecek keadaan puttri tercintanya tersebut. Setelah dirasa cukup Felix pun keluar, tapi langkahnya terhenti di kamar Salma.Dia membuka pintu itu, namun tidak mendapati Salma di sana. "Ck! Ke mana wanita ini? Dia bahkan tidak pulang, apalagi anaknya sedang sakit." Kemudian Felix menuju kamar untuk mengambil ponsel.Felix menghubungi Manager dari Salma dan menanyakan di mana keberadaan istrinya, karena Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari."Apakah Salma ada di sana? Cepat suruh dia pulang! Putrinya sedang sakit, kenapa dia masih kelayapan!" titah Felix dengan suara dingin pada seseorang di seberang telepon."Maaf Tuan, tapi Ibu Salma tidak ada pekerjaan. Pskerjaannya hanya besok untuk photoshoot saja, itupun jam 03.00 sore."Felix langsung mematikan sambungan telepon, dia memijit keningnya yang terasa pening. Entah kenapa pernikahannya dengan Salma harus berjalan seperti itu, bahkan wanita tersebut tidak pulang sama se