Share

part 4

Penulis: El Furinji
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-26 19:18:09

Di sudut kamar, Azka duduk sembari menikmati kepulan asap. Pikiran berkecamuk, tak terima dengan kenyataan bahwa dirinya kini terbebani oleh seorang istri. Sementara itu, Naura duduk di tepian ranjang dengan kepala tertunduk lesu.

Demi mengusir jenuh, Naura mengambil ponsel dari tas kecil yang dia bawa. Wajah sembabnya semakin kentara saat melihat 12 panggilan tak terjawab dan lebih dari 10 pesan masuk dari seseorang yang sangat dia kenal.

[Sayang. Kamu di mana]

[Aku nelpon kok gak diangkat]

[Aku kangen]

[Kamu baik-baik saja kan]

[Besok kita jalan yuk!]

Seketika nyeri mendera hati saat Naura membaca satu per satu pesan dari Firman. Untuk ke sekian kali air matanya jatuh membasahi pipi, bahkan kali ini tak mampu menahan isak tangis. Rasa bersalah mulai menghantui karena saat ini dirinya telah menjadi istri orang.

Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada Mas Firman? gumam Naura dalam kepedihan.

Beberapa kali Naura mencoba menulis pesan untuk kekasihnya, tapi selalu dihapus sebelum pesan itu dikirim. Dia terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya karena pasti akan menyakiti perasaan Firman.

Lebih dari dua tahun mereka menjalin asmara, bahkan Firman sudah berjanji akan melamar Naura bulan depan. Namun, kisah cinta mereka harus kandas sebelum sempat mengecap indahnya rumah tangga.

“Hei! Berisik banget si!” protes Azka yang merasa terganggu oleh tangisan Naura.

Naura mencoba menahan tangis agar Azka tak marah, tapi yang terjadi dia semakin tergugu.

“Hei!”

Azka menggeram karena istrinya masih saja menangis. Dia bangkit lalu mendekat dan merebut ponsel dari tangan Naura. Seketika nafasnya memburu saat membaca rentetan pesan dari Firman.

“Dasar perempuan murahan. Baru saja kunikahi sudah berani sayang-sayangan dengan orang lain!” sentak Azka.

Terperanjat, Naura langsung mendongak, menatap wajah lelaki yang berdiri di depannya. Tuduhan kejam Azka semakin melengkapi luka hatinya hari ini. Ingin rasanya membela diri, tapi keinginan itu langsung sirna ketika melihat kilat kemarahan dari sorot mata Azka.

“Siapa Firman?” cecar Azka yang sedang mencoba melampiaskan kemarahan.

“Dia kekasihku. Dua bulan lagi dia melamarku dan kami akan segera menikah, tapi sekarang semua sudah berantakan.” Naura memberanikan diri bercerita dengan harapan Azka mau melepaskannya.

“Kamu baru saja menikah tapi masih berani bicara rencana pernikahan dengan orang lain? Perempuan macam apa kamu!” sentak Azka.

Bukan cemburu. Azka hanya tersinggung karena Naura telah menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang suami. Meski tanpa cinta, setiap lelaki pasti akan marah jika istrinya dekat dengan lelaki lain.

“Kenapa marah? Bukannya kamu tak menginginkan pernikahan ini? Kamu hanya menginginkan tubuhku kan? Ambil saja apa yang kamu ingin, tapi setelah ini tolong lepaskan aku dan Bapakku!”

Entah dari mana Naura mendapat keberanian bicara seperti itu, tapi yang jelas kalimatnya mampu membuat Azka termangu.

“Kamu pikir mudah melawan keputusan Mama? Lagian, apa yang menarik dari dirimu hingga berani menawarkan diri?” Azka mencibir.

Naura tersenyum getir. Tak masalah dianggap tak menarik, tapi kenapa dirinya tak dilepaskan saja agar bisa menikmati kehidupan sebebas dulu?

Di saat mereka sedang beradu argumen, ponsel di tangan Azka mendadak bergetar. Seketika Azka tersenyum sinis saat melihat seseorang sedang melakukan panggilan. Tanpa pikir panjang dia langsung menggeser tombol hijau dan mengaktifkan pengeras suara.

“Halo, Sayang! Kamu di mana?”

Naura terperanjat karena mengenali suara di seberang telepon. Gadis itu mencoba merebut ponselnya, tapi Azka malah menjauhkan dari jangkauannya.

“Jangan telepon-telepon lagi. Naura sudah menjadi istriku!” teriak Azka di depan ponsel.

Khawatir Azka semakin menggila, Naura kembali berusaha merebut ponsel itu, tapi Azka dengan sigap menghindar.

“Kamu siapa? Di mana Naura?” teriak Firman saat mendengar suara gaduh.

Azka tersenyum sinis seraya menghidupkan panggilan video. Tanpa pikir panjang dia langsung mendekap Naura hingga wajah mereka menempel.

“Lihat kan? Kami akan bercinta. Sebaiknya kamu tak mengganggu,” ucap Azka seraya mengarahkan kamera ke wajah mereka.

Sontak Naura berontak sambil berusaha menghindar, tapi lelaki di seberang telepon sudah kadung melihat.

“Lepaskan! Kembalikan ponselku!” Naura kembali meronta sambil mencoba menggapai ponselnya.

Kali ini Azka membiarkan Naura mendapat ponselnya, tapi lebih dulu mematikan panggilan. Dia tersenyum senang karena berhasil merusak kebahagiaan Naura.

“Kenapa kamu begitu kejam.” Naura merintih dengan air mata berderai. Dia sadar hubungannya dengan Firman pasti akan berakhir, tapi setidaknya tidak dengan cara seperti itu. Firman pasti sangat kecewa karena menganggap Naura berkhianat.

“Kejam? Jika aku kejam sudah kutampar kamu berkali-kali!” sahut Azka seraya kembali ke sofa yang ada di sudut ruangan.

Naura menggeleng pelan sembari menikmati setiap detik kehancuran dari mimpi-mimpinya. Semua terkesan tak adil, tapi inilah takdir. Sekuat apa pun dia melawan, pemenangnya tetaplah kenyataan.

***

Malam tiba. Setelah keributan tadi, mereka masih berada di ruangan yang sama, tapi sama sekali tak ada obrolan tercipta. Baik Azka atau pun Naura sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.

“Mas Azka! Mama manggil buat makan malam. Sama Mbak Naura sekalian.”

Lamunan mereka buyar tatkala Alex berteriak dari luar kamar. Widya sengaja meminta Alex yang memanggil karena ingin bicara dengan anak dan menantunya.

“Aku masih kenyang. Makan saja dulu,” sahut Azka tanpa beranjak dari tempat duduk.

“Ya sudah. Tapi Mama mau bicara sama Mbak Naura. Biarkan istrimu turun.”

“Dia juga masih kenyang,” Azka kembali menyahut.

“Mama ingin bicara sama Mbak Naura. Bercintanya nanti lagi kan bisa!” teriak Alex.

Mendengar ucapan itu, seketika wajah Naura memerah. Bukan hanya malu, tapi merasa semua orang menganggapnya rendah, padahal sudah dijelaskan mereka belum pernah melakukan apa pun.

“Lima menit lagi kami turun!” sahut Azka jengkel.

“Baiklah!”

Setelah terdengar derap langkah kaki menjauh, Azka bangkit lalu mendekati Naura yang masih duduk menekuk lutut di pinggiran ranjang.

“Ikut aku turun, tapi jangan bicara macam-macam. Kamu diam saja nanti!” perintah Azka.

“Aku di sini saja!”

“Kamu enggak dengar tadi Alex bilang apa?” Azka kembali emosi. “cepat hapus air matamu dan kita turun!”

Menghela nafas yang tersengal, Naura menyeka sudut mata kemudian bangkit dan menyusul Azka yang sudah menunggunya di depan pintu. Mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga lalu berhenti setelah tiba di ruang makan.

“Ayo sini! Kita makan bareng sekalian merayakan pernikahan kalian,” ucap Widya ramah seraya menatap anak dan menantunya bergantian.

Naura mengangguk sembari memaksakan senyum menyambut keramahan Widya, sedangkan Azka hanya tersenyum datar. Mereka langsung mengambil tempat duduk berjejer, berseberangan dengan Alex dan Widya.

“Ambilkan nasi buat suamimu, Naura!” perintah Widya, masih dengan senyum khasnya yang ramah.

Menoleh pada Azka, Naura menelan ludah saat melihat wajah masam suaminya. Namun, dia memilih menuruti permintaan mertuanya. Dia mengambil nasi dan lauk untuk Azka, baru setelah itu mengambil untuknya sendiri.

Suasana makan malam itu berlangsung hening. Naura memaksakan menyuap nasi meski perutnya sama sekali tak merasa lapar.

“Oh iya, Naura. Kamu sudah berapa lama kenal Azka?” tanya Widya di sela makan.

“Kami belum saling kenal,” sahut Naura apa adanya.

Kedua alis Widya tertarik ke atas mendengar jawaban sang menantu. “Lah terus kapan kalian pertama kali bertemu?”

Naura melirik sekilas lelaki di sebelahnya. Terbesit rasa takut saat ingin berbicara jujur, tapi akhirnya dia memutuskan untuk memberitahu yang sebenarnya demi memperbaiki harga diri yang terkoyak.

“Kami pertama bertemu saat tadi siang Pak Azka datang ke rumah. Bapakku bekerja di perusahaannya, tapi sekarang sudah berhenti,” jawab Naura.

Widya semakin pusing dengan pengakuan Naura. Dia juga teringat dengan kemarahan Rendy saat melihat Azka. Itu semua terlihat janggal jika memang benar Rendy adalah karyawan di perusahaan yang Azka pimpin.

“Kok Mama jadi bingung. Coba kamu ceritakan yang jelas, Na!”

Mendadak Azka tersedak. Buru-buru menyambar gelas di depannya lalu menenggak isinya hingga tandas. Dia benar-benar takut jika Naura bicara yang sebenarnya.

Naura menoleh, tapi tak peduli dengan Azka yang tersedak. Dia tengah berpikir untuk mengatakan bahwa Azka memaksanya tidur bersama dan jika menolak maka Rendy akan dipenjara.

“Sebenarnya ... Pak Azka ....”

“Kalau lagi makan jangan banyak bicara. Aku jadi tersedak kan!”

Belum sempat Naura berkata jujur, Azka sudah lebih dulu memotong. Lelaki itu benar-benar panik jika sampai Widya tahu bahwa dirinya sudah memaksa Naura untuk tidur bersama demi kompensasi agar Bapaknya tak dipenjara.

“Aneh. Yang bicara siapa, yang tersedak siapa,” gerutu Alex yang sejak tadi hanya menyimak.

“Iya. Kok kamu bisa tersedak pas Naura mau bicara? Ada apa memangnya?” cecar Widya yang merasakan keanehan sikap Azka.

“Kok malah kalian jadi mojokin aku sih!” dengkus Azka. “Mending tidur kalau begini.”

Sebelum sempat ada yang menyahut, Azka telah berdiri lalu meraih tangan Naura. Setengah memaksa dia meminta Naura mengakhiri makan malam meski nasi di piring masih banyak.

Naura hendak memprotes, tapi saat melihat Azka mendelik, tak ada yang bisa dilakukan selain menuruti keinginan suaminya.

Widya sempat memprotes, tapi Azka pura-pura tuli. Dia tetap mengajak istrinya untuk kembali ke kamar saking takutnya Naura bicara banyak hal.

“Jangan pernah beritahu Mama bagaimana semua ini bisa terjadi!” seru Azka setelah mereka sampai di kamar.

“Memangnya kenapa kalau aku berterus terang?”

“Oh ... kamu mau melawan?” Azka tersenyum sinis. “Kamu lupa jika aku bisa memenjarakan Bapakmu kapan saja.”

Seketika Naura menelan ludah. Gelisah kembali menggelayuti pikiran jika sampai Azka benar-benar memenjarakan Bapaknya.

“Tolong jangan penjarakan Bapak,” rintih Naura, memelas.

“Makanya jangan berani melawanku!”

“Ba-baik.”

Azka tersenyum penuh kemenangan. Setelah itu dia langsung menghempaskan tubuh ke atas ranjang, membiarkan istrinya yang masih berdiri dalam ketakutan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   part 5

    Meski seorang badboy, Azka tetap rajin berangkat ke kantor setiap pagi. Perusahaan yang dia pimpin menjadi salah satu tempat favoritnya untuk melepas kejenuhan hati. “Jangan banyak bicara pada Mama jika tak ingin Bapakmu masuk penjara. Ingat itu!” Sebelum tadi berangkat, Azka menyempatkan diri untuk mengancam Naura. Sungguh dia takut jika Naura mengatakan hal sebenarnya. Bukan mustahil jika Widya akan mencabut kuasanya atas perusahaan yang dia pimpin. Saat tiba di kantor, Azka dibuat kaget oleh karangan bunga yang membanjiri halaman kantor. Semua bertuliskan doa dan ucapan selamat atas pernikahannya dengan Naura. Ini pasti kelakuan Alex! Azka menggumam dengan tangan terkepal. Pernikahan itu berlangsung mendadak dan hanya diketahui oleh keluarga mereka saja. Azka meyakini adiknya yang menjadi dalang atas menyebarnya berita itu. “Selamat menempuh hidup baru, Pak Azka!” Bukan hanya karangan bunga saja, tapi hampir semua karyawan yang berpapasan mengucapkan selamat. Tentu saja Azk

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   part 4

    Di sudut kamar, Azka duduk sembari menikmati kepulan asap. Pikiran berkecamuk, tak terima dengan kenyataan bahwa dirinya kini terbebani oleh seorang istri. Sementara itu, Naura duduk di tepian ranjang dengan kepala tertunduk lesu. Demi mengusir jenuh, Naura mengambil ponsel dari tas kecil yang dia bawa. Wajah sembabnya semakin kentara saat melihat 12 panggilan tak terjawab dan lebih dari 10 pesan masuk dari seseorang yang sangat dia kenal. [Sayang. Kamu di mana] [Aku nelpon kok gak diangkat] [Aku kangen] [Kamu baik-baik saja kan] [Besok kita jalan yuk!]Seketika nyeri mendera hati saat Naura membaca satu per satu pesan dari Firman. Untuk ke sekian kali air matanya jatuh membasahi pipi, bahkan kali ini tak mampu menahan isak tangis. Rasa bersalah mulai menghantui karena saat ini dirinya telah menjadi istri orang. Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada Mas Firman? gumam Naura dalam kepedihan. Beberapa kali Naura mencoba menulis pesan untuk kekasihnya, tapi selalu diha

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   part 3

    “Nikahkan saja kami, Pak!” ucap Naura. Jika bukan karena tekanan, Naura pasti menolak rencana pernikahan itu. Saat ini keadaan sedang tak berpihak padanya. Jika sampai menolak pernikahan itu, bukan mustahil Azka akan kembali mengancam untuk menjebloskan orang tuanya ke penjara. “Kamu yakin, Na?” tanya Rendy dengan kening berkerut. “Iya, Na! Bagaimana bisa kamu memilih lelaki seperti itu?” imbuh Lina. Naura hanya tersenyum. Sebuah senyum yang sangat sulit diartikan, bahkan oleh dirinya sendiri. “Aku yakin, Pak! Nikahkan saja kami.” Setelah beberapa saat berpikir, Rendy akhirnya setuju dengan keputusan Naura. Dia mengajak semua tamu masuk, sementara Lina pergi memanggil seorang ustadz untuk menikahkan mereka. ***Karena tak ada persiapan sama sekali, Widya melepaskan cincin pernikahan dari jari manisnya lalu diberikan pada Azka sebagai Mas kawin. Dia tak mempermasalahkan siapa yang akan jadi menantunya. Yang terpenting, Azka tak lagi berzina. “Saya terima nikah dan kawinnya Naur

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   part 2

    “Ada apa, Ma? Kenapa Mama datang ke sini?” tanya Azka setelah membuka pintu. Lelaki itu mengucek mata berlagak baru bangun tidur, tapi Mama dan adiknya sama sekali tak percaya. “Di mana kamu sembunyikan perempuan itu?” Widya menerobos masuk ke kamar anaknya. Dia langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari-cari sosok perempuan yang diceritakan Bik Warti. “Mama ngomong apa sih? Perempuan siapa? Di sini enggak ada siapa-siapa! ” ucap Azka berpura-pura bodoh, padahal dia tahu apa yang sedang Mamanya bicarakan. Widya tak menanggapi ucapan Azka, tapi terus mencari-cari di seluruh ruangan. Begitu juga dengan Alex yang ikut membantu Mamanya. Namun, hingga dua menit berlalu, mereka tak menemukan apa yang di cari. “Siapa pun kamu, cepat keluar! Atau rumah ini aku bakar!” Widya berteriak keras mengultimatum. Naura yang berada di dalam lemari pakaian langsung panik. Buru-buru keluar dari persembunyian ketimbang mati konyol di rumah orang. Widya menggeleng pelan saat melihat pere

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   Part 1

    “Tidur denganku atau orang tuamu akan membusuk dipenjara!” Naura terperanjat mendengar ancaman Azka. Sebagai seorang anak, dia tak rela jika Bapaknya dipenjara, tapi untuk menyerahkan kesucian yang selama ini dijaga bukan pilihan yang baik. Semua itu terjadi karena Rendy, orang tua Naura dituduh menggelapkan setengah milyar uang perusahaan. Sebenarnya Rendy tak melakukan hal itu, tapi seseorang telah menjebaknya. “Bagaimana kalau aku cicil saja! Saat ini aku bekerja, pasti akan bisa mengumpulkan uang itu dalam waktu cepat,” celetuk Naura mencoba mencari jalan keluar. Azka tersenyum sinis. “Aku tidak sedang memberimu pilihan!” Mendengar anak gadisnya diintimidasi, amarah Rendy seketika meluap. “Abaikan saja orang gila itu, Na! Tak masalah Bapak dipenjara karena sesuatu yang tak Bapak lakukan. Yang terpenting pertahankan harga dirimu!” Dulu Rendy sangat menghormati Azka sebagai bos di tempatnya bekerja, tapi kali ini rasa hormatnya menguap karena lelaki itu sudah merendahkan har

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status