Share

part 3

Penulis: El Furinji
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-26 19:16:50

“Nikahkan saja kami, Pak!” ucap Naura.

 

Jika bukan karena tekanan, Naura pasti menolak rencana pernikahan itu. Saat ini keadaan sedang tak berpihak padanya. Jika sampai menolak pernikahan itu, bukan mustahil Azka akan kembali mengancam untuk menjebloskan orang tuanya ke penjara.

 

“Kamu yakin, Na?” tanya Rendy dengan kening berkerut.

 

“Iya, Na! Bagaimana bisa kamu memilih lelaki seperti itu?” imbuh Lina.

 

Naura hanya tersenyum. Sebuah senyum yang sangat sulit diartikan, bahkan oleh dirinya sendiri. “Aku yakin, Pak! Nikahkan saja kami.”

 

Setelah beberapa saat berpikir, Rendy akhirnya setuju dengan keputusan Naura. Dia mengajak semua tamu masuk, sementara Lina pergi memanggil seorang ustadz untuk menikahkan mereka.

 

***

Karena tak ada persiapan sama sekali, Widya melepaskan cincin pernikahan dari jari manisnya lalu diberikan pada Azka sebagai Mas kawin. Dia tak mempermasalahkan siapa yang akan jadi menantunya. Yang terpenting, Azka tak lagi berzina.

 “Saya terima nikah dan kawinnya Naura Aulia binti Rendy untuk saya dengan Mas Kawin cincin emas dibayar tunai.” Setengah hati Azka mengucap ijab, tapi itu cukup untuk mengubah statusnya menjadi seorang suami.

“Sah!”

 

Tak ada suasana khidmat ataupun riuh tepuk tangan menyambut ijab kabul mereka. Yang ada hanya isak tangis tertahan yang keluar dari bibir Naura. Dia harus rela kehilangan masa lajang demi Bapaknya agar tak dipenjarakan oleh lelaki yang kini menjadi suaminya.

 

Tubuh Naura gemetar saat Azka meraih tangannya lalu menyematkan cincin di jari manis. Sama sekali dia tak berani menatap atau sekedar melirik pada suaminya. Semua seperti mimpi yang datang tanpa permisi.

 

“Alhamdulillah. Mereka sudah sah menjadi suami istri. Kami pamit untuk membawa Naura bersama kami,” ucap Widya setelah acara sederhana itu selesai.

 

“Loh ... kenapa harus dibawa? Kenapa mereka enggak tinggal di sini saja?” protes Lina yang tak rela anak perempuannya dibawa. Terlebih dia sudah tahu seperti apa perangai Azka. Bukan hal mustahil jika hidup anaknya akan sengsara setelah tinggal bareng mertua.

 

“Iya. Aku mau di sini saja tinggal bareng Bapak sama Ibu,” imbuh Naura.

 

Azka mengedarkan pandangan ke sekeliling, mengamati detail ruang tamu keluarga Naura. Senyum sinis tersungging dari sudut bibirnya, menertawakan apa yang dilihat. “Menurutmu aku layak tinggal di gubuk seperti ini?”

 

Status ekonomi kelas atas membuat Azka jemawa. Jelas dia menolak tinggal di rumah sederhana yang berada di perkampungan pinggiran.

 

“Azka! Siapa yang mengajarimu seperti itu!” sentak Widya.

 

“Aku bicara fakta, Ma! Rumah ini tak lebih bagus dari gudang milik kita.”

 

Naura tersenyum kecut. Dia sadar dengan keadaan keluarganya yang hidup sederhana. Namun, ucapan Azka berhasil menorehkan luka meski semua yang dikatakan benar adanya.

 

“Aku tak memaksamu tinggal di sini! Kalau kamu pergi malah itu bagus buat Naura!” sahut Rendy yang geram pada mantan bosnya.

 

“Kamu berani mengumpatku, Pak Tua?” Azka tersenyum penuh penekanan.

 

Naura terkesiap. Dia sadar jika tak dituruti, sewaktu-waktu Azka bisa memenjarakan Bapaknya. “Baiklah, aku ikut kalian.”

 

Tak ada yang bisa dilakukan Naura selain menuruti semua kemauan Azka. Apa pun yang akan di terima di dunia baru nanti, dia harus bersiap sebagai konsekuensi dari pengorbanannya untuk sang Bapak.

 

“Bagus!” Azka tersenyum penuh kemenangan.

 

Derai air mata mewarnai perpisahan Naura dan keluarganya. Rendy dan Lina sesenggukan seakan itu pertemuan terakhir mereka, sedangkan Naura mencoba tersenyum meski sudut bibirnya hanya mampu membentuk lengkungan patah.

***

 

“Kenapa lewat sini?” celetuk Azka saat sedang dalam perjalanan. Dia menyadari jalan yang dilalui bukan arah ke rumahnya, melainkan ke rumah Widya. Sejak dua tahun lalu, Azka memang tak lagi tinggal bareng orang tua.

 

“Mulai sekarang kalian akan tinggal bareng Mama!” sahut Widya tegas.

 

“Tapi, Ma ... aku ....”

 

“Turuti saja! Mama tak mau kamu main perempuan lagi setelah menikah!” Belum sempat Azka menyelesaikan kalimat, Widya langsung memotong dengan ketegasan.

 

Azka menggeram sembari menoleh pada perempuan yang duduk di sebelahnya. Dia merasa semua ini terjadi gara-gara Naura. Setelah masa lajangnya hilang, kini dia juga harus tinggal bareng orang tuanya lagi dan tak memiliki kebebasan seperti sebelumnya.

Dasar perempuan pembawa sial, gumam Azka dengan tangan terkepal erat.

 

**

Naura menatap gamang pada bangunan yang berdiri megah di depannya. Sama sekali tak menyangka dirinya kini telah menjadi bagian dari keluarga itu. Rumah dua lantai dengan ornamen serba mewah seharusnya membuat Naura terkagum-kagum, tapi dia justru merasakan kegetiran yang teramat dalam.

 

“Ikut aku!” seru Azka seraya mencengkeram pergelangan tangan istrinya.

 

Kaget, Naura memekik kecil hingga membuat Widya mengarahkan pandangan padanya.

 

“Azka, kamu mau ajak Naura ke mana?” Widya mengerutkan kening.

 

Azka menoleh, memaksakan senyum meski suasana hati bertentangan dari apa yang coba dia tunjukkan. “Dia istriku, Ma! Jadi aku akan menunjukkan kamar kami.”

 

Widya merasa aneh dengan jawaban Azka. Meski hati ragu, dia tak bisa melakukan banyak hal selain membiarkan Azka membawa istrinya masuk ke dalam rumah.

 

Dengan langkah cepat Azka menarik tangan Naura. Hampir saja perempuan itu jatuh, tapi suaminya tak peduli, bahkan saat menaiki tangga kakinya beberapa kali terbentur.

 

Setelah sampai di kamar, Azka langsung mengunci pintu lalu memepet tubuh istrinya ke tembok. Tubuh Naura langsung gemetaran saat sepasang mata menatap tajam ke arahnya.

 

“Dasar keluarga licik! Bapakmu sudah korupsi dan kamu menjebakku agar kunikahi! Jangan harap kamu akan bahagia di sini!” umpat Azka seraya mencengkeram rahang Naura.

 

“Ke-kenapa kamu menyalahkanku? Ini bukan mauku.” Meski ketakutan, Naura masih berusaha membela diri.

 

Azka terperangah. Hati kecil membenarkan ucapan Naura, tapi pikiran enggan disalahkan.

 

“Diam atau kamu akan semakin sengsara!” desaknya dengan suara penuh penekanan.

Menggigil ketakutan, Naura langsung terdiam. Bulir bening mengalir yang  dari sudut matanya menyiratkan betapa tersiksa dalam keadaan ini, tapi tak berdaya untuk melawan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   GODAAN MANTAN

    “Ma,” ucap Naura seraya mengetuk pintu kamar mertuanya. Setelah berbalas pesan dengan Firman, Naura memutuskan untuk bertemu mantan kekasihnya itu. Sama sekali tak berniat untuk mendua, hanya saja saat ini ingin suaminya merasakan cemburu seperti apa yang dirasakannya. Tak berselang lama, pintu kamar terbuka. Widya menemui menantunya yang berdiri di depan pintu. Kening perempuan paruh baya itu berkerut saat melihat penampilan Naura. “Ma, aku keluar dulu ya. Nanti kalau Mas Azka pulang, tolong bilang aku sudah meninggalkan pesan di meja kamar,” pamit Naura. “Kamu mau ke mana, Na? Kamu pasti kembali kan?” tanya Widya penuh kekhawatiran. “Iya, Ma! Aku pasti kembali kok. Lagian, aku pergi juga minta antar pak Samsul.” “Syukurlah ... Mama pikir kamu mau minggat karena masalah semalam.” Widya mengusap dada karena merasa lega. “Masalah apa, Ma? Kok aku malah jadi bingung?” Naura masih bersikukuh menyembunyikan senua dari mertuanya. Widya tersenyum lalu mengusap pundak menantunya. “

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   AKU PERGI

    “Iya, Mas! Kejar cintamu. Mbak Naura terlalu baik untuk terus kamu sakiti. Dia sudah rela meninggalkan tunangannya demi menjadi istri yang baik, tapi kamu masih saja menemui perempuan lain! Memalukan!” imbuh Alex. “Tidak. Aku tak mungkin meninggalkan Naura,” tegas Azka. “Terserah kamu saja, Mas, tapi jika aku berada di posisi Naura, aku akan meninggalkanmu!” cibir Alex. “Ayo, Ma! Mama istirahat saja. Enggak usah pedulikan Mas Azka. Biar dia mengejar cintanya walaupun perempuan itu anak dari orang yang menghancurkan keluarga kita!” Alex bangkit lalu membantu Mamanya berdiri dan memapah ke kamar. Dia tahu persis seperti apa kecewanya sang Mama dengan sikap Azka yang masih saja menemui Gea walaupun sudah dijelaskan dengan gamblang. Azka menjambak rambut kasar. Dia merasa semua orang tak ada yang mengerti perasaannya. Pertemuan dengan Gea hanya sebuah perpisahan, tapi malah menjadi petaka yang mengguncang rumah tangganya. *** Naura belum juga keluar kamar meski waktu telah beranjak

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   PERGILAH!

    Setelah pertengkaran semalam, Azka merasakan perbedaan sikap yang mencolok pada istrinya. Sejak bangun Naura hanya menyandarkan punggung pada headboard sembari memeluk lutut, bahkan tak menyiapkan pakaian untuknya. Azka tak marah karena menyadari semua ini berawal dari kesalahan sendiri. Justru mencoba bersikap lembut demi mendapat kembali senyum Naura. “Na ... sarapan yuk! Aku mau ke kantor,” ajak Azka yang sudah mengenakan setelan rapi.“Aku sudah kenyang,” sahut Naura tanpa menoleh. Azka mendekat lalu duduk di tepian ranjang. Sebisa mungkin tetap sabar meski diabaikan. “Kamu masih marah, Na? Ka aku sudah mengakui kesalahan. Aku juga sudah minta maaf. Apa kamu belum memaafkanmu?” Naura beringsut menjauh dan kembali memeluk lutut. “Aku sedang tak ingin berdebat, Mas!” Mendengar jawaban itu, Azka membuang nafas perlahan. Paginya tak lagi indah seperti biasa. Tak ada senyum Naura yang selalu menyambut saat mata terbuka, bahkan tak ada obrolan hangat sama sekali. “Oke. Aku turun

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   LUPAKAN SAJA

    “Di kantor aku selalu kepikiran kamu, Na! Makanya aku langsung pulang meski pekerjaan masih banyak.” Azka beringsut mendekat lalu meraih tubuh Naura dan membawanya dalam pelukan. Naura tak berontak, tapi tak balas memeluk seperti biasanya. Hatinya hancur karena lelaki yang dibanggakan, kini mulai membohongi dirinya. Sesaat kemudian Naura bereaksi dengan melepas pelukan Azka lalu mengambil ponsel yang sejak tadi tergeletak di sebelahnya. Dia langsung mencari foto yang tadi dikirim oleh Firman kemudian memberikan ponsel pada Azka. “Jelaskan ini, Mas!” ucap Naura dengan suara parau. Azka langsung kaget saat mata menatap ke layar ponsel. Jantungnya berpacu cepat melebihi batas normal. “Ini ... dari mana kamu dapatkan foto ini?” cecar Azka dengan suara gemetar. “Itu enggak penting, Mas! Katakan saja yang sebenarnya padaku. Kamu baru saja ketemu dengan mantan kekasihmu kan? Dia Gea kan?” Mata Naura mengembun. Sejak tadi sudah mempersiapkan mental untuk bicara hal ini, tapi nyatanya t

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   LUKA NAURA

    Tangan Naura gemetar hebat saat mata menatap ke layar ponsel yang memperlihatkan sebuah foto di mana suaminya sedang menggenggam erat tangan perempuan lain. Darah berdesir kencang seiring hati yang remuk dihantam palu godam. Mendadak persendian lutut melemas hingga tak mampu menahan berat tubuh. Naura ambruk seiring air mata yang luruh membanjiri wajah. Kenapa kamu mengkhianatiku, Mas!Naura meletakkan ponsel di lantai, kemudian duduk memeluk lutut. Sama sekali tak menyangka jika Azka yang pamit lembur justru sedang berduaan dengan perempuan lain. Setelah puas menumpahkan tangis, Naura menyeka sudut mata kemudian menyambar ponsel. Jemari lentiknya lincah menari di atas layar lalu segera menghubungi orang yang mengirim foto tersebut. “Dari mana kamu dapat foto itu?” cecar Naura setelah panggilan terhubung. “Itu enggak penting, Na! Yang jelas, aku hanya mengabarkan jika Azka bukan lelaki baik,” sahut Firman dari seberang telepon. “Bagaimana kamu bisa menarik kesimpulan itu? Mereka

  • Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak   GOYAH

    Empat hari lamanya Azka dan Naura menjalani perawatan di rumah sakit. Selama itu, keluarga bergantian menunggui. Kadang Alex sama Rendy, kadang Lina sama Widya. Kedekatan semakin terjalin menjadi berkah dari kecelakaan itu. Setelah mendapat izin dari dokter, hari ini mereka akan pulang. Azka sudah bisa berjalan sendiri meski masih tertatih, sedangkan Naura sudah sembuh secara fisik. Hanya membutuhkan support agar kepercayaan dirinya pulih dan tak terus merasa bersalah atas keguguran itu. “Bu ... mampir ke rumah yuk. Kita bisa ngobrol-ngobrol lagi,” ajak Widya pada besannya. “Lain kali saja, Bu! Di rumah banyak yang harus dikerjakan. Kami harus segera pulang,” tolak Lina. “Iya. Besok-besok kami pasti mampir ke rumah. Sekarang kami harus pulang,” imbuh Rendy. “Oh ... ya sudah. Kalau begitu biar Alex antar kalian,” tawar Widya. “Apa enggak merepotkan,” ujar Rendy seraya menoleh pada Alex. “Tentu saja enggak. Kita kan sudah menjadi keluarga, Pak! Jadi tak ada kata merepotkan,” sahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status