Share

Bab 3

Author: Ara putri
last update Last Updated: 2024-07-07 22:05:50

"Awas!!!"

Brakkk!!!

Terlambat. Sarah sudah terjatuh terpental ke tengah-tengah jalan. Untung mobil itu cepat berhenti jika tidak habislah dirinya. Rasa sakit di tubuhnya membuat Sarah sulit bangun, tapi lebih dari itu ia kesal mendengar ucap pengendara itu yang malah menyalahkannya.

"Aduh, Mbak. Kalau jalan hati-hati dong, masa gak lihat mobil mau lewat." 

"Aduh, pak. Saya yang terluka kok di marahi sih. Saharusnya situ yang hati-hati bawa mobil,"

"Kok salah saya, Mbak. Kan situ yang nyebrang gak lihat-lihat, anda sengaja ya mau cari keuntungan!" 

Tudingan itu membuat muka Sarah memerah marah. "Lambe mu, pak! Kalau ngomong jangan sembarang, saya yang terluka udah tangung jawab anda untuk mengobati saya. Ini salah anda ya!!" Balasnya berteriak marah. Terang saja pria itu bergidik ngeri melihat Sarah mulai mengamuk tak ingin di salahkan.

Davin yang menunggu di dalam mobil segera turun. Ia melihat sopirnya tengah bertengkar dengan seorang gadis di pinggir jalan, ia mendengus kesal. Segera ia mengeluarkan dompetnya, mengambil sisa uang di dompetnya lalu melemparkannya pada gadis itu.

"Ini untuk pengobatanmu, Nona. Jangan di perpanjang lagi,"

Eh?

Uang?

Sarah berbinar melihat uang merah itu berterbangan di depan wajahnya. Huh, lupakan harga diri, ia lebih tertarik memungut uang itu sekarang.

"Ini baru benar. Tangung jawab kalau buat kesalahan itu, bukan malah marah-marah sama saya!" 

Davin yang mendengarnya hanya menatap sinis. Sesuai tebakannya, gadis ini hanya butuh uang, dengan mudah ia bisa membungkam mulutnya.

"Anda serius memberi ini semua?" Meskipun ia sedikit malu, tapi Sarah tak bisa menolak. Ia terkejut setelah mengumpulkan semua uang yang berserakan itu "Ini dua juta, kau serius memberiku semuanya tuan?"

"Ya, apa kau puas sekarang?" Sarah mengangguk puasa, "kalau begitu minggir, jangan menghalangi mobil saya!"

Sarah segera minggir. Tak peduli lagi pria tua tadi yang memarahinya. Uang dua juta itu setara gajinya sebulan di toko pakaian itu, dan sekarang ia mendapatkannya dalam waktu setengah jam. Mmm.... Apa ia ulangi lagi aja kejadian seperti tadi agar dapat uang lebih banyak lagi?

Eh, tapi gimana kalau dia ketabrak kencang? Mati dong!!

****

Sekarang ia benar-benar menjadi pengangguran. Sarah terlentang di atas kasur tipisnya, memikirkan apa lagi yang bisa ia lakukan untuk masa depannya.

"Bagaimana caranya agar aku bisa dapat uang lebih cepat?" 

Seharusnya ia mendatangi klub itu kemarin untuk mencari pekerjaan, tapi sayang ia belum sempat sebab kecelakaan itu. Tubuhnya terluka, sekarang bahkan masih terbalut perban. Ia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena suka terasa sakit.

"Sialan! Dasar bos pelit, masa uang pesangon hanya di kasih lima ratus ribu?!" 

Lima ratus ribu berapa lama bisa tahan hidup di kota yang besar ini. Bahkan bayar sewa kosnya saja tak akan sampai, untung masih ada uang pemberian pria yang menabraknya kemarin. Ada baiknya juga dia ketabrak kemarin, uang dua juta dengan mudah ia dapatkan.

"Lebih baik aku siap-siap pergi cari kerja. Aku gak bisa berdiam diri aja gini."

Jam tiga sore ia keluar dari kosannya. Kali ini Sarah mengunakan pakaian terbaiknya, dress di atas lutut dan dipandu dengan sepatu hak tinggi bewarna hitam. Sangat indah, apalagi dengan tubuh langsingnya yang semapai. Andai saja tubuhnya sedikit berisi lagi akan terlihat lebih seksi, sayang saja sekarang karena sakit ia menjadi lebih kurus.

"Wah, cantik sekali kamu, Sar. Mau pergi pesta ya?" 

Sarah terkekeh mendengarnya. Pesta ya? Gadis seperti dirinya mana tahu apa itu pesta.

"Bukan mbak, aku mau pergi cari kerja."

"Hah... Kerja apa yang sore begini? Kalau mau cari kerjaan pagi atau siang dong, Sar."

Sarah hanya tersenyum kecil. Ia bukan mau cari kerja seperti biasa, ia sedang ingin pergi ke Klub malam tempatnya bekerja. Tentu jam seperti ini sangat cocok karena hampir buka.

"Iya, Mbak." 

Tak banyak bicara lagi Sarah pergi meninggalkan kos sore itu. Yuni yang melihat keanehan itu menatap penuh curiga. 

"Wah, ide bagus nih buat di aduin sama Ibu kos. Pasti si Sarah ini kerja gak bener, masa pulang malam terus." 

Benar. Teman itu memang tidak ada yang tulus untuk bisa di percaya. Di depan Yuni terlihat sangat lembut dan mudah senyum, tapi sebenarnya ia sering kali mengadu pada pemilik kos tentang kelakuan Sarah yang pulang tengah malam.

***$

Di sebuah ruangan yang terlihat agak sedikit gelap di temani dengan lampu kelap-kelip, Sarah sekarang sedang berhadapan dengan atasan yang dulu menawarkan pekerjaan padanya. 

"Aku butuh kerjaan, kakak. Apa di sini aku bisa bekerja?"

"Bukannya kamu sudah bekerja di sini? Kerja seperti apa lagi, Sarah." Ujar Dion yang menjadi kepercayaan pemilik tempat hiburan malam ini.

"Ya, maksudku itu kerja tiap hari kak. Bukan yang cuma akhir pekan."

"Pekerjaan mu yang lama?"

"Udah di pecat. Gak tahu kenapa tiba-tiba aja aku di keluarkan." 

Dion menarik nafas panjang. Ia tidak bisa mengambil tindakan sesuka hati di sini, ini bukan miliknya. Lagi pula gadis seperti Sarah ini ia takut, takut gadis ini rusak kalau harus benar-benar kerja di sini. Ia kasihan dengan kehidupannya yang malang, tapi bukankah lebih kasihan lagi jika tidak memiliki pekerjaan?

"Tunggu dulu. Akan saya tanyakan pada bos besar, dia masih nerima pelayan apa enggak." Senyum Sarah merekah seketika mendengar Dion mau membatunya.

"Terimakasih,"

"Jangan senang dulu. Aku hanya membantu, tapi kalau di tolak jangan salahkan saya."

"Iya iya. Udah di bantu gini aku juga udah senang kali. Apalagi kalau di terima," ujarnya tersenyum manis membuat Dion berdecak malas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 44. (selesai)

    "Kenapa kamu masih mau menuruti ucapan dia? Sarah apa dia mengancam mu?" Jaya datang pagi-pagi sekali, membuat kehebohan di Vila Devan ingin menemui Sarah.Untungnya devan sedang tak di sana, jadi Sarah bisa menemuinya sekarang. Jika tidak ia takut Devan berubah pikiran dan kembali melarang dirinya bertemu dengan anaknya. Sarah gak mau!"Aku kembali karena kemauan ku, Bang. Aku rasa ini yang terbaik,aku gak mau menyusahin kamu. Uang 500 juta bukanlah mudah di cari. Usahamu masih butuh modal yang banyak, Lagi pula om Devan berjanji akan membiarkan ku selalu bersama anakku, ini sudah cukup."Jaya mengeleng. "Tapi bagaimana dengan ku? Sarah, aku mencintaimu. Biar aku membayar hutang mu, setelah itu kita menikah dan hidup bahagia berdua." Pintanya.Sarah menolak. Bersama dengan Jay sekarang bukan waktu yang baik, meskipun uang telah di kembalikan ia tak yakin devan dengan mudah membuat anaknya bersama dengannya. Pria itu kaya, dia bisa berbuat apa saja. Lagi pula mereka berdua masih saumi

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 43

    "Sar? Bagaimana, apa lebih baik?" "Mm... Sakitnya sudah berkurang. Aku gak tahu efek dari operasi sesar seperti ini. Huh... Bikin cemas aja.."Bagaimana tidak. Tiba-tiba bekas lukanya merasa nyeri hebat. Padahal ia hanya mencoba mengangkat air dengan ember tadi, siapa sangka akan jadi begini."Makanya kalau dilarang itu mengerti, Sar. Sakit gini siapa yang rugi, kamu juga kan." Tak lama suster datang lagi untuk Menganti infus. Sarah terpaksa dirawat dua hari kedepan, kata dokternya ada luka yang kembali terbuka. Untungnya tidak parah, hanya butuh penanganan dokter sebentar sampai luka itu menyatu kembali."Bang Jay, gimana kabar anakku disana ya?" "Sudahlah, Sar. Tunggu kamu pilih dulu, setelah itu aku janji akan bawa kamu menemui tuan kaya itu." Sarah menarik nafas lelah, "aku bahkan tidak berani berpikir seperti itu, Bang. Apa dia mau dengan kehadiran ku? Bagaimana kalau Nyonya Amora tak senang dan berbuat hal gila. Aku tidak ingin kemarahannya akan ia balas pada anakku." Jaya

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 42

    Untuk berucap saja Malik sudah tak mampu. Ia sungguh malu setelah mendengar ucapan dokter tadi. Bagaimana bisa putranya yang telah ia besarkan dengan penuh kasih sayang bisa menjadi seperti ini. Sungguh picik sekali dia sebagai wanita tega membunuh anaknya sendiri hanya demi tubuh yang indah."Ayah benar-benar malu, Bun. Bagaimana bisa....ya tuhan. Kenapa dia bisa begitu kejam."Mayang yang telah mendengar penjelasan tentang putrinya tak henti menangis. Sebagai seorang ibu ia merasa sakit hati dengan melakukan putrinya sendiri, tapi sebagai ibunya tentu saja ia masih mencoba membela sang putri."Yah, lebih baik kita tanyakan dulu padanya. Dia pasti punya alasan melakukan itu," Melihat mertuanya masih mencoba membela putri mereka, Devan menjadi tak tertarik lagi. Ada hal penting yang lebih ingin ia lakukan, jadi ia segera berdiri "Ayah, Bunda. Dokter bilang Amora harus melakukan operasi secepatnya, jika tidak akan sangat muruk untuk dia. Masalah ini aku rasa kalian lebih baik yang m

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 41

    Gila! Ini benar-benar gila. Bagaimana ia tidak bisa tahu ini semua pernah terjadi, dan ia seperti orang bodoh mempercayai Istrinya selama ini. apa sebegitu tak ingin Amora mengandung anaknya?"Aborsi? Kureta? Gila!! Ini hanya mimpi, sial!" Meskipun ia mencoba menolak, tapi ucapan dokter tadi sudah cukup membuat ia mau gila. Bagaimana bisa istri yang ia percayai selam ini pernah hamil? Apalagi sampai mengugurkan kandungannya, ia benar-benar tak bisa percaya."Devan, ada apa dengan mu, nak? Kenapa menarik rambutmu seperti itu?" Ratna sangat cemas melihat kelakuan putranya yang aneh. Ada apa?"Dokter bilang apa? Kenapa kamu jadi begini hah?" Tanya Ratna lagi. Tapi devan masih bungkam dengan mata yang telah memerah."Devan jawab Mama! Kamu kenapa sih, kok kamu aneh begini. Dan Amora... Apa kata dokter?"Devan tak tahu harus menjelaskan bagaimana. Air matanya berjatuhan, untuk pertama kalinya ia menangis setelah dewasa seperti ini. Ternyata kebohongan Amora benar-benar melukai harga dir

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 40

    "Apa kamu bilang? Kenapa bisa pergi!!" Devan mencengkram erat pegangannya di meja, bagaimana bisa dia tiba-tiba hilang.Lama ini mendengar balasan orang di luar sana. Devan meremas ponselnya kuat, sial! Kenapa jadi begini."Tolong kamu Carikan dia!" Perintah Devan. Tidak sekarang. Ia dan bayinya masih membutuhkan gadis itu, jika dia pergi lalu ia pergi kemana. Sedangkan keluarga tak punya, ayahnya pun tak peduli dengan kehidupan gadis itu Tiba-tiba devan merasa cemas. Sarah sendirian di dunia ini, apalagi ia sedang sakit pasca operasi melahirkan malah pergi sendirian. "Ini salahku, seharusnya aku pergi ke rumah sakit setiap hari menjaganya. Ya Allah, apa yang terjadi pada gadis itu?"Devan lekas meningalkan kantor. Ia ingin menuju rumah sakit dan mencari sendiri keberadaan Istrinya. Untung-untung jika ia mendapatkan jejak, meskipun gadis itu tak mau kembali ia akan tetap memaksa.****"Apa? Dia sudah pergi?" Amora tidak bisa tidak bahagia mendengar kabar ini. "Kalau begitu bagus. K

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 39

    Bagaikan bunga yang telah layu semua meningalkan dirinya. Sarah membuka mata pertama kali, ia berharap pertama kali yang ia lihat adalah Devan sang suami, tapi siapa sangka malah Jaya yang tengah tertidur di sampingnya.Saat ia ingat bergerak pria itu terbangun lebih dulu, ia terlihat bahagia mendapati Sarah telah bangun."Ya Allah... Kamu udah bangun. Tunggu sebentar, biar ku panggilkan dokter sekarang." Sarah menatap miris. Tak percaya malah mantan kekasihnya yang menjaganya, sedangkan suaminya dimana?"Dimana suamiku?"Jaya membeku saat suara kecil Sarah menanyai keberadaan suaminya. Ia harus jawab apa?Sedangkan Devan sudah beberapa hari tak datang ke sini menjaga Istrinya. Pria itu sepertinya masih terlalu sibuk dengan bayinya, sampai melupakan Sarah begitu saja."Kenapa kamu tak menjawab? Ahhh.... Kenapa perutku sakit sekali!!" Sarah merteriak perih saat merasakan perutnya sakit bercampur ngilu. "Astaghfirullah... Jangan gerak dulu, Sar. Luka operasi mu belum sembuh, tunggu do

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status