Share

Bab 7

Author: Ara putri
last update Last Updated: 2024-07-16 10:11:20

Apa ia harus terkejut sekarang. Bagaimana di tempat yang cukup sepi ini bisa-bisanya ia bertemu kembali dengan Pak Devan?

"Kamu kenapa?" 

Sarah mengerjab saat tiba-tiba Devan mengambil tangannya dan memeriksa luka di kedua sikunya.

"Kamu terluka cukup parah. Kenapa tidak di obati?"

"Kenapa Pak Devan ada di sini?" Bukan menjawab ia balik bertanya, "lepas, pak! Nanti ada yang lihat," 

Devan hanya diam. Dia tak melepaskan Sarah, malah ia menarik gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya. Awalnya Sarah menolak, tapi Devan bukan orang yang mudah di tolak dia tetap memaksa gadis itu mengikutinya.

"Masuk!"

"Tapi pak..."

"Udah, kamu gak usah membantah. Lihat itu pakaian mu sudah robek," ujarnya tetap mendorong tubuh Sarah memasuki mobilnya.

Sarah hanya bisa pasrah. Padahal ia sudah ketar-ketir, melihat sikap Devan yang sok dekat ini membuat ia sedikit malu. Ia baru sadar ternyata pria itu sendiri yang menyetir mobilnya, bukan dengan supirnya yang tua kemarin.

"Eh, bapak mau bawa saya kemana?" 

"Kamu tenang saja, duduk yang patuh."

"Tapi saya mau pergi kerja..."

Devan tak mengindahkan. Mobil melaju membelah jalan yang sepi, tak ada yang bersuara, bahkan Sarah hanya bisa memilin jari-jarinya gugup.

Beberapa menit mobil berhenti di sebuah klinik. Devan melirik kearah Sarah.

"Bagaimana tawaran saya?"

"Eh?"

"Kamu jangan pura-pura bodoh. Tapi sebelum itu ayo keluar, luka mu butuh diobati." Perintahnya.

"Tidak usah, hanya luka kecil. Biar di obati nanti saja,"

"Kecil katamu? Kau ingin mati?!" 

Ada rasa hangat di hati Sarah mendapatkan perhatian kecil itu. Sudah lama sekali tak ada orang yang memperhatikan dirinya, terakhir saat ia masih kecil, saat ibunya masih sehat dan ayahnya masih mencintai dirinya.

Tak butuh waktu lama. Akhirnya luka di kedua siku Sarah berhasil di obati orang dokter di sana, tak hanya itu, ternyata jatuh tadi juga menggores lutut dan betis kirinya. Padahal tadi ia tak merasakan apa-apa, setelah di obati baru terasa nyerinya.

"Ayo, saya antarkan pulang."

"Eh, gak usah. Saya mau kerja, pak. Gak pulang." 

"Keadaan seperti ini kamu masih mau bekerja? Kamu gila!" 

Eh? Kenapa dia di marahi. Kanapa juga pria ini harus perhatian padanya. Sarah mengeleng, bunag pikiran buruknya tentang Devan, dia harus fokus pada hidupnya sendiri.

"Gak bisa. Saya harus pergi kerja. Tentang uang pengobatan saya, nanti saya ganti ya, pak."

Devan tersenyum sinis, lalu berkata "kamu tahu tidak hari ini saya sengaja ingin mencari kamu?"

"Ha?"

Maksudnya bagaimana? Kenapa sampai Laki-laki ini mencarinya?

"Untuk apa bapak cari saya?" Ia merasa cemas, "tengang malam itu... Saya minta maaf berbicara sembarang. Jadi..."

"Berhenti. Kita tidak bisa membicarakannya di sini, ayo ikut saya."

"Pak, saya gak bisa. Saya harus kerja," Sarah memohon. Meminta untuk di lepaskan, sunguh ia benar-benar merasa takut sekarang.

Devan menghembuskan nafas kesal. Waktunya habis dengan sia-sia, gadis ini ia pikir dengan mudah dapat berbicara dengannya, siapa sangka akan sedikit ini.

"Baiklah... Tapi nanti malam saya akan tunggu kamu, bagaimana?"

Sarah ingin menolak, tapi melihat tatapan tajam Davin yang berhasil memakannya ia terpaksa mengangguk setuju. Melihat persetujuannya Devan tersenyum menyeringai.

"Baiklah,"

"Bagus. Kalau begitu ayo... Saya akan antarkan kamu ke tempat kerjamu."

"Tidak usah, saya..."

"Saya tidak peduli penolakan kamu, Sarah. Turuti kata saya kalau mau baik-baik saja. Ingat satu hal, saya tidak suka penolakan!"

Bentakan itu berhasil membuat nyali Sarah menciut, ia tak lagi membantah. Terpaksa mengikuti semua perintah Devan , seharusnya tidak begini kan?

****

Di sebuah meja di restoran bintang lima. Amora tengah berkumpul dengan teman-teman arisanya, tawa bahagia sedari tadi terdengar di antara mereka mendengar cerita nyonya Amora.

"Kamu beruntung banget dapat suami, Ra. Tuan Devan benar-benar pria kaya yang bicin, kamu selalu di manjakan olehnya. Beda sama kami ini, udah suami gak sekaya kamu, banyak main di luar lagi. Kalau gak masih saya, gak kuat aku." Delisa berujar dengan senyum manisnya. 

Delisa sendiri memiliki suami pengusaha juga, meskipun tak sekaya suami Amora. Hanya saja suaminya itu suka sekali main perempuan di luar sana meskipun sudah memiliki istri, jika bukan karena uang bulanan yang besar di berikan suaminya mana mau dia bertahan.

"Ya, jangan di bandingkan dong, Del. Mas Devan itu untuk cinta mati sama aku, mana berani dia selingkuh." Ujarnya pongah. 

Ia sangat percaya Cinta Devan untuknya sangat besar. Pria itu selalu memanjakannya, apapun yang ia mau akan ia turuti. Ia yakin, sampai mati pun Devan akan selalu setia padanya.

"Sombongnya!!! Tapi, sorry nih ya... Aku cuma tanya aja, jangan tersinggung ya." Pinta salah satu temannya yang lain yang bernama Rena. 

"Tanya aja,"

"Itu... Kamu kenapa gak mau punya anak sih, Ra? Kamu gak takut di masa depan suami Lo berubah pikiran?"

Diam.

Amora tersenyum masam. Pertanyaan sensitif ini sungguh tak cocok di tanyakan sekarang, ia jadi kesal kan.

"Bukankah ini pilih? Aku tidak ingin menambah beban, anak hanya akan membuat aku repot dan merusak tubuhku. Aku gak butuh,"

Rena ingin bertanya lagi, tapi lekas di sikut oleh Melisa untuk segera diam. "Udahlah, ayo cerita lagi hal menyenangkan apa aja yang kamu lakukan di luar negeri, Ra. Mana tahu di masa depan kami punya kesempatan ke sana,"

Amora sudah tak mood, ia mengambil tasnya di atas meja. "Sorry... Udah siang, kita lanjutkan lain kali aja ya. Aku ada janji dengan salon langganan..." 

Semua diam membisu. Rena merasa bersalah sudah menyinggung Amora, kalau begitu sama saja ia menyulitkan dirinya sendiri.

"Kamu, Ren. Kok tanya begituan sih, jadi merajuk kan. Kalau gini bisa-bisa dia gak suka sama kota... Bisa-bisa dia hancurin bisnis keluarga kita kalau menyinggung dia."

"Ya mana aku tahu. Kok saya yang di salahkan. Lagi pula gitu aja ngambek, di selingkuhi suaminya baru tahu rasa. Sombog amat jadi orang!!" Rena ikut merasa kesal karena di salahkan oleh teman-temannya yang lain. "Udahlah, gak asik sama kalian. Saya pergi juga pamit lah."

Semua orang juga tahu, menyinggung Amora sama saja mencari Maslah. Hanya saja Rena tak takut, keluarganya juga bukan orang miskin yang mudah di tindak. Lagi pula ia yakin perkataannya tak salah, andai tuan Devan ada di sini dia pasti setuju dengan ucapannya.

Kau terlalu sombong, Amora. Aku ingin lihat bagaimana kalau kubuat ucapanmu menjadi kenyataan!!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 44. (selesai)

    "Kenapa kamu masih mau menuruti ucapan dia? Sarah apa dia mengancam mu?" Jaya datang pagi-pagi sekali, membuat kehebohan di Vila Devan ingin menemui Sarah.Untungnya devan sedang tak di sana, jadi Sarah bisa menemuinya sekarang. Jika tidak ia takut Devan berubah pikiran dan kembali melarang dirinya bertemu dengan anaknya. Sarah gak mau!"Aku kembali karena kemauan ku, Bang. Aku rasa ini yang terbaik,aku gak mau menyusahin kamu. Uang 500 juta bukanlah mudah di cari. Usahamu masih butuh modal yang banyak, Lagi pula om Devan berjanji akan membiarkan ku selalu bersama anakku, ini sudah cukup."Jaya mengeleng. "Tapi bagaimana dengan ku? Sarah, aku mencintaimu. Biar aku membayar hutang mu, setelah itu kita menikah dan hidup bahagia berdua." Pintanya.Sarah menolak. Bersama dengan Jay sekarang bukan waktu yang baik, meskipun uang telah di kembalikan ia tak yakin devan dengan mudah membuat anaknya bersama dengannya. Pria itu kaya, dia bisa berbuat apa saja. Lagi pula mereka berdua masih saumi

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 43

    "Sar? Bagaimana, apa lebih baik?" "Mm... Sakitnya sudah berkurang. Aku gak tahu efek dari operasi sesar seperti ini. Huh... Bikin cemas aja.."Bagaimana tidak. Tiba-tiba bekas lukanya merasa nyeri hebat. Padahal ia hanya mencoba mengangkat air dengan ember tadi, siapa sangka akan jadi begini."Makanya kalau dilarang itu mengerti, Sar. Sakit gini siapa yang rugi, kamu juga kan." Tak lama suster datang lagi untuk Menganti infus. Sarah terpaksa dirawat dua hari kedepan, kata dokternya ada luka yang kembali terbuka. Untungnya tidak parah, hanya butuh penanganan dokter sebentar sampai luka itu menyatu kembali."Bang Jay, gimana kabar anakku disana ya?" "Sudahlah, Sar. Tunggu kamu pilih dulu, setelah itu aku janji akan bawa kamu menemui tuan kaya itu." Sarah menarik nafas lelah, "aku bahkan tidak berani berpikir seperti itu, Bang. Apa dia mau dengan kehadiran ku? Bagaimana kalau Nyonya Amora tak senang dan berbuat hal gila. Aku tidak ingin kemarahannya akan ia balas pada anakku." Jaya

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 42

    Untuk berucap saja Malik sudah tak mampu. Ia sungguh malu setelah mendengar ucapan dokter tadi. Bagaimana bisa putranya yang telah ia besarkan dengan penuh kasih sayang bisa menjadi seperti ini. Sungguh picik sekali dia sebagai wanita tega membunuh anaknya sendiri hanya demi tubuh yang indah."Ayah benar-benar malu, Bun. Bagaimana bisa....ya tuhan. Kenapa dia bisa begitu kejam."Mayang yang telah mendengar penjelasan tentang putrinya tak henti menangis. Sebagai seorang ibu ia merasa sakit hati dengan melakukan putrinya sendiri, tapi sebagai ibunya tentu saja ia masih mencoba membela sang putri."Yah, lebih baik kita tanyakan dulu padanya. Dia pasti punya alasan melakukan itu," Melihat mertuanya masih mencoba membela putri mereka, Devan menjadi tak tertarik lagi. Ada hal penting yang lebih ingin ia lakukan, jadi ia segera berdiri "Ayah, Bunda. Dokter bilang Amora harus melakukan operasi secepatnya, jika tidak akan sangat muruk untuk dia. Masalah ini aku rasa kalian lebih baik yang m

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 41

    Gila! Ini benar-benar gila. Bagaimana ia tidak bisa tahu ini semua pernah terjadi, dan ia seperti orang bodoh mempercayai Istrinya selama ini. apa sebegitu tak ingin Amora mengandung anaknya?"Aborsi? Kureta? Gila!! Ini hanya mimpi, sial!" Meskipun ia mencoba menolak, tapi ucapan dokter tadi sudah cukup membuat ia mau gila. Bagaimana bisa istri yang ia percayai selam ini pernah hamil? Apalagi sampai mengugurkan kandungannya, ia benar-benar tak bisa percaya."Devan, ada apa dengan mu, nak? Kenapa menarik rambutmu seperti itu?" Ratna sangat cemas melihat kelakuan putranya yang aneh. Ada apa?"Dokter bilang apa? Kenapa kamu jadi begini hah?" Tanya Ratna lagi. Tapi devan masih bungkam dengan mata yang telah memerah."Devan jawab Mama! Kamu kenapa sih, kok kamu aneh begini. Dan Amora... Apa kata dokter?"Devan tak tahu harus menjelaskan bagaimana. Air matanya berjatuhan, untuk pertama kalinya ia menangis setelah dewasa seperti ini. Ternyata kebohongan Amora benar-benar melukai harga dir

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 40

    "Apa kamu bilang? Kenapa bisa pergi!!" Devan mencengkram erat pegangannya di meja, bagaimana bisa dia tiba-tiba hilang.Lama ini mendengar balasan orang di luar sana. Devan meremas ponselnya kuat, sial! Kenapa jadi begini."Tolong kamu Carikan dia!" Perintah Devan. Tidak sekarang. Ia dan bayinya masih membutuhkan gadis itu, jika dia pergi lalu ia pergi kemana. Sedangkan keluarga tak punya, ayahnya pun tak peduli dengan kehidupan gadis itu Tiba-tiba devan merasa cemas. Sarah sendirian di dunia ini, apalagi ia sedang sakit pasca operasi melahirkan malah pergi sendirian. "Ini salahku, seharusnya aku pergi ke rumah sakit setiap hari menjaganya. Ya Allah, apa yang terjadi pada gadis itu?"Devan lekas meningalkan kantor. Ia ingin menuju rumah sakit dan mencari sendiri keberadaan Istrinya. Untung-untung jika ia mendapatkan jejak, meskipun gadis itu tak mau kembali ia akan tetap memaksa.****"Apa? Dia sudah pergi?" Amora tidak bisa tidak bahagia mendengar kabar ini. "Kalau begitu bagus. K

  • Terpaksa jadi pelakor (Tamat)   Bab 39

    Bagaikan bunga yang telah layu semua meningalkan dirinya. Sarah membuka mata pertama kali, ia berharap pertama kali yang ia lihat adalah Devan sang suami, tapi siapa sangka malah Jaya yang tengah tertidur di sampingnya.Saat ia ingat bergerak pria itu terbangun lebih dulu, ia terlihat bahagia mendapati Sarah telah bangun."Ya Allah... Kamu udah bangun. Tunggu sebentar, biar ku panggilkan dokter sekarang." Sarah menatap miris. Tak percaya malah mantan kekasihnya yang menjaganya, sedangkan suaminya dimana?"Dimana suamiku?"Jaya membeku saat suara kecil Sarah menanyai keberadaan suaminya. Ia harus jawab apa?Sedangkan Devan sudah beberapa hari tak datang ke sini menjaga Istrinya. Pria itu sepertinya masih terlalu sibuk dengan bayinya, sampai melupakan Sarah begitu saja."Kenapa kamu tak menjawab? Ahhh.... Kenapa perutku sakit sekali!!" Sarah merteriak perih saat merasakan perutnya sakit bercampur ngilu. "Astaghfirullah... Jangan gerak dulu, Sar. Luka operasi mu belum sembuh, tunggu do

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status