Home / Rumah Tangga / Terpaksa menjadi istri dadakan CEO / Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

Share

Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

Author: Cludsydayss
last update Last Updated: 2025-03-11 17:34:17

Malam yang dinanti tiba. Eleanor menatap bayangannya di cermin, sedikit ragu dengan gaun navy elegan yang membalut tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai tergerai, memberi kesan anggun sekaligus santai.

Lana dan Mia yang berdiri di belakangnya langsung bersiul.

“Gila, kalau gue jadi cowok, pasti langsung jatuh cinta,” komentar Lana.

Mia mengangguk. “Nggak nyangka Nathaniel punya selera bagus.”

Eleanor mendengus. “Pasti asistennya yang pilih.”

Lana tertawa. “Tetep aja, kasih dia nilai plus kali ini.”

Eleanor hanya menghela napas sebelum mengambil clutch bag-nya. “Oke, gue berangkat.”

Mia tersenyum lebar. “Jangan lupa ceritain semuanya nanti!”

Begitu keluar rumah, sebuah mobil mewah sudah menunggu. Seorang sopir membukakan pintu.

“Selamat malam, Nona Eleanor. Tuan Nathaniel sudah menunggu di venue.”

Eleanor mengangguk dan masuk. Sesampainya di venue, kilatan kamera langsung menyambutnya. Ia hampir mundur, tapi sopir sudah membukakan pintu. Dengan napas panjang, ia turun dan berjalan masuk.

Di dalam, suasana mewah menyambutnya. Lampu kristal menggantung di langit-langit, dan para tamu berpakaian glamor berinteraksi dengan anggun.

Nathaniel langsung menatapnya, mengamati dari ujung kepala hingga kaki sebelum melangkah mendekat.

“Kau terlihat lebih baik dari yang kuduga.”

Eleanor menyipitkan mata. “Pujian atau sindiran?”

Nathaniel tersenyum tipis. “Pujian. Jangan sensitif.”

Eleanor hanya mendecak, lalu menerima uluran tangannya.

Acara berlangsung lancar, hingga seorang wanita cantik tiba-tiba mendekat dan tersenyum.

“Nathaniel.”

Eleanor langsung merasa ada yang aneh. Wanita itu tinggi, anggun, dan percaya diri.

Nathaniel menatapnya tanpa ekspresi. “Annelise.”

Eleanor mengernyit. Dari cara mereka saling memandang, jelas ada sesuatu.

Annelise melirik Eleanor. “Jadi ini tunanganmu?”

Eleanor tetap tersenyum. “Ya, saya Eleanor.”

Annelise mengangkat alis. “Menarik.”

Nathaniel langsung memotong. “Aku tak menyangka kau datang.”

Annelise tersenyum. “Aku hanya ingin melihat wanita yang bisa membuatmu setuju menikah.”

Eleanor merasakan genggaman Nathaniel mengencang. Dari tatapan pria itu, ia menyadari satu hal—wanita ini seseorang dari masa lalu Nathaniel.

Ketegangan belum reda ketika seorang wanita lain mendekat. Berambut panjang, bergaun merah, dengan aura percaya diri yang kuat.

"Eleanor Laurent, bukan?"

Eleanor menoleh, bingung. “Ya. Kita pernah bertemu?”

Wanita itu tersenyum, lalu melirik Nathaniel. “Belum. Tapi aku mendengar banyak tentangmu.”

Nathaniel menghela napas. “Vanessa.”

Dari nadanya, jelas ia tidak antusias.

Vanessa menyeringai. “Apa? Aku tak bisa menyapa tunanganmu?”

Eleanor menatap Nathaniel dengan kening berkerut. “Siapa dia?”

Nathaniel tetap menatap Vanessa dengan tatapan tajam sebelum menjawab, "Putri dari salah satu pemegang saham terbesar perusahaanku."

Vanessa tertawa kecil. “Oh, Nathaniel, kau membuatku terdengar begitu kaku. Padahal, kita punya hubungan lebih dari sekadar bisnis, bukan?”

Eleanor menautkan alisnya. “Jadi kalian punya… hubungan spesial?”

Vanessa tersenyum penuh arti. “Bisa dibilang begitu. Kami punya sejarah.”

Eleanor melirik Nathaniel. Pria itu tetap ekspresi datar, tapi rahangnya mengencang.

"Sejarah tak selalu penting," ujar Nathaniel akhirnya.

Vanessa terkekeh. "Selalu dingin dan berjarak, ya? Itu yang membuatmu menarik."

Eleanor mulai tidak nyaman. Kenapa setiap wanita yang mendekati Nathaniel punya masa lalu dengannya?

Vanessa menatapnya. "Kita mungkin akan sering bertemu nanti, Eleanor. Kuharap kita bisa akrab."

Eleanor tersenyum tipis. “Tentu. Aku juga penasaran sejauh apa sejarah kalian.”

Vanessa tertawa kecil sebelum pergi, meninggalkan Eleanor dengan banyak tanda tanya.

Eleanor menoleh ke Nathaniel. “Oke, aku nggak bisa membiarkan ini begitu saja. Siapa dia sebenarnya?”

Nathaniel menyesap sampanyenya sebelum menjawab. "Seseorang yang tak perlu kau pikirkan."

Eleanor mendengus. “Astaga, Nathaniel! Ini sudah dua wanita dalam satu malam!”

Nathaniel menatapnya malas. “Kau terlalu banyak berpikir.”

Eleanor melipat tangan di dada. "Atau mungkin kau yang menyimpan terlalu banyak rahasia?"

Nathaniel menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum samar. "Bukankah itu yang membuatku menarik?"

Eleanor hampir ingin melempar gelas sampanye ke arahnya.

Saat acara berakhir, Eleanor dan Nathaniel berjalan keluar. Namun, sebelum masuk mobil, Eleanor melihat sesuatu—Annelise dan Vanessa berbicara dengan ekspresi serius.

Ia mencoba mengamati, tapi Nathaniel menyentuh lengannya. "Jangan pedulikan mereka."

Eleanor menatapnya curiga. "Kenapa? Takut aku tahu sesuatu yang seharusnya tidak kuketahui?"

Nathaniel tidak menjawab, tapi sorot matanya semakin membuat Eleanor curiga.

Saat mobil mulai melaju, Eleanor menyadari satu hal—ia benar-benar tidak tahu apa-apa tentang pria yang kini menjadi tunangannya.

Dan itu… sedikit mengganggunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

    Eleanor berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat, tapi pikirannya masih berkecamuk. Pertanyaan Nathaniel tadi terus terngiang di kepalanya. Apa kau mulai merasa nyaman denganku? Ia mendesah pelan, berusaha menepis perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh lengah. Namun, bayangan tatapan serius Nathaniel dan nada suaranya yang berbeda dari biasanya tetap melekat dalam benaknya. Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi, Eleanor turun kembali ke ruang tamu. Nathaniel masih di sana, berdiri dengan kemeja putihnya yang sudah tertata rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Saat pria itu melihatnya, ia mengangkat alis. "Kau mau ke butik hari ini?" Eleanor mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku urus." Nathaniel menatapnya sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa mengantarmu." Eleanor terkejut, lalu buru-bu

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 43 – Kebingungan yang Makin Jelas

    Setelah perjalanan yang terasa lebih lama dari seharusnya, mobil akhirnya berhenti di depan butik Eleanor. Wanita itu buru-buru membuka pintu dan keluar, seolah ingin segera menjauh dari aura mengganggu yang ditimbulkan oleh kehadiran Nathaniel di sisinya. Nathaniel menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. "Aku jemput nanti?" Eleanor menoleh sekilas, mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi pada akhirnya hanya mengangguk kecil. "Terserah." Nathaniel tersenyum tipis mendengar jawaban itu. "Baiklah, sampai nanti." Tanpa menunggu lebih lama, Eleanor segera masuk ke dalam butiknya. Ia merasa perlu menenangkan pikirannya sebelum emosinya semakin kacau. Namun, begitu ia melangkah masuk, seorang pegawainya, Lisa, langsung menyambut dengan tatapan penuh selidik. "Kak Eleanor... tadi aku lihat bos besar nganterin kakak?" tanyanya dengan nada penasaran. Eleanor menghela napas panjang. "Jangan

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 40 – Kebiasaan Baru

    Pagi di apartemen terasa lebih tenang dari biasanya. Eleanor terbangun sedikit lebih awal dari alarmnya, matanya masih setengah terpejam saat ia menyadari suasana di sekelilingnya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ini bukan kamarnya di rumah lama, melainkan apartemen tempat ia tinggal bersama Nathaniel.Ia menghela napas pelan sebelum turun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, Eleanor keluar dari kamar, sedikit terkejut saat melihat Nathaniel sudah berada di dapur, mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.Pria itu sedang menuangkan kopi ke dalam cangkirnya sendiri, lalu melirik sekilas ke arah Eleanor. “Pagi.”Eleanor berjalan mendekat. “Kau bangun lebih awal.”Nathaniel menyesap kopinya sebelum menjawab. “Aku memang selalu bangun pagi.”Eleanor mengangguk pelan. Ia sempat melirik meja makan dan menemukan satu cangkir tambahan di sana. “Kau buatkan kopi untukku juga?”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 41 – Perasaan yang Mulai Mengusik

    Malam semakin larut, tetapi Eleanor masih belum bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mengingat bagaimana Nathaniel mulai berubah. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu, dalam caranya berbicara, yang terasa berbeda.Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan napas pelan. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, dan itu membuatnya frustrasi.“Apa aku terlalu banyak berpikir?” gumamnya pelan.Namun, meskipun ia mencoba mengabaikannya, kenyataan bahwa Nathaniel tidak lagi terasa seperti pria dingin yang dulu ia kenal tetap menghantuinya.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamarnya. Eleanor menoleh, sedikit terkejut.“Eleanor,” suara Nathaniel terdengar dari luar. “Kau masih bangun?”Eleanor ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Iya, ada apa?”Nathaniel tidak langsung menjawab. Ada jeda singkat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 38 – Perasaan yang Makin Sulit Dibantah

    Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan menerobos tirai kamar. Eleanor menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya masih setengah terpejam. Ia merasa hangat, lebih nyaman dari biasanya.Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, ia menyadari sesuatu—ada lengan kuat yang melingkar di pinggangnya.Jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Dengan hati-hati, ia menoleh dan menemukan dirinya berada dalam pelukan Nathaniel.Lelaki itu masih tertidur, napasnya teratur, dan wajahnya tampak lebih tenang dari biasanya. Biasanya, Nathaniel selalu menjaga jarak darinya. Tapi sekarang…Eleanor menelan ludah, tidak yakin harus berbuat apa. Ia mencoba bergerak pelan agar tidak membangunkannya, tetapi saat ia sedikit bergeser, cengkeraman lengan Nathaniel justru mengerat."Jangan gerak," suara Nathaniel terdengar, serak dan dalam.Eleanor membeku. "Kau sudah bangun?"Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum akhi

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 37 – Kebersamaan yang Mengusik

    Eleanor masih terdiam di tempatnya, merasakan hembusan angin malam yang menyapu wajahnya. Perkataan Nathaniel barusan membuatnya kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka pria itu akan mengatakannya secara langsung seperti itu.Nathaniel tetap berdiri di hadapannya, menunggu reaksi. Tapi Eleanor hanya mengalihkan pandangan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba tidak teratur."Apa kau selalu mengatakan hal seperti itu kepada semua wanita?" tanya Eleanor akhirnya, berusaha terdengar santai.Nathaniel menatapnya tanpa ekspresi. "Tidak."Jawaban singkat itu justru semakin mengganggunya. Eleanor berdeham pelan, mencoba mengembalikan kontrol atas emosinya. Ia tidak boleh terbawa suasana."Kau terlalu percaya diri, Nathaniel," katanya, berusaha tersenyum sinis. "Aku tidak merasa terganggu."Nathaniel tidak langsung membalas. Ia hanya mengamati Eleanor dengan mata tajamnya, seolah membaca setiap kebohongan kecil dalam kata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status