Home / Romansa / Terpaut Kasih Sang Billionaire / 7. Ruby dan ikatan tak terlihat

Share

7. Ruby dan ikatan tak terlihat

Author: Kareniavorg
last update Last Updated: 2024-10-17 11:06:02

"Peliharaan?" Sepeninggalnya Claire, Jane mengulangi satu kata itu dengan sedih. "Ternyata bagi tuan Rex aku hanya seekor peliharaan," lanjutnya nelangsa.

Dengan langkah gontai dia berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Dari jarak beberapa langkah dia bisa melihat kalau pintu kamarnya terbuka, sehingga pada detik itu juga dia mengarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahaan. Dia berusaha menetralkan perasaan yang berkecamuk di dadanya dan berusaha memupuk keberaniannya sebelum masuk ke dalam kamarnya itu.

Saat melangkah masuk ke dalam kamar, Jane tertegun di tempatnya untuk beberapa saat saat melihat pemandangan di hadapannya. "Tuan... apa yang telah terjadi pada anda?" cicitnya.

Dia sedikit terkejut melihat keadaan Rex yang kini terbaring di atas tempat tidur dengan keadaan tangan dan kepala yang dibebat perban.

Mendengar pertanyaan dari Jane, perlahan Rex pun membuka matanya dan sedikit bergerak melirik ke arah perempuan muda itu. Lantas ia mun meringis dan merasa kikuk sendiri. "Aku terlibat kecelakaan kecil."

Dengan sedikit iba Jane pun mengambil langkah lebar untuk menghampiri Rex dan duduk di tepian ranjang tepat di samping Rex. "Apa sakit? Maaf karena saya baru pulang di jam segini," sesal Jane merasa tak enak hati.

Rex tersenyum maklum. "Kau menjenguk tunanganmu?"

"Iya tuan." Jane mengangguk mengiyakan.

"Tak apa, aku memakluminya. Tapi lain kali kau bisa mengunjunginya hanya bersamaku," ujarnya lembut tapi anehnya Jane merasa hatinya tertusuk oleh kalimat itu.

Mungkin karena setelah mendengar ungkapan 'peliharaan' yang Claire katakan untuknya, Jane jadi merasa benar-benar terikat dan ucapan Rex kali ini jadi ia definisikan bahwa 'peliharaan memang tak boleh pergi sebebas itu', ia merasa seperti peliharaan yang harus pergi kemana pun bersama tuannya.

"Baik, tuan. Maafkan saya."

"Tak apa." Rex berhenti melirik ke arah Jane dan memilih kembali memejamkan matanya, sebab rasa berdenyut di kepalanya benar-benar membuatnya merasa ngilu tiap kali matanya terbuka.

"Apa ada hal yang anda inginkan, tuan? Makanan atau minuman? Saya akan membawakannya untuk anda."

"Tidak ada. Aku hanya ingin kau berbaring di sampingku dan menemaniku," pintanya yang tentunya terdengar seperti perintah bagi Jane.

Sempat tertegun untuk beberapa detik, Jane pun mengangguk mengiyakan. "Baik, tuan."

Walau ragu dan canggung, Jane bangkit dan pergi menuju sisi lain tempat tidur dan beringsut berbaring tepat di samping Rex. Tak lupa, dia pun menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mereka sampai sebatas dada.

Pada momen itu, tiba-tiba saja Rex bergerak mengubah posisi berbaringnya jadi menghadap Jane. "Kemarilah, biarkan aku memelukmu... Ruby."

Jane tertegun sejenak karena terkejut dan canggung karena Rex memanggilnya dengan nama depannya. Akhirnya tanpa kata, dia pun segera menuruti permintaan Rex. Dia beringsut mendekat pada Rex dan membiarkan pria itu memeluknya.

Seketika itu pula Jane merinding. Pelukan erat dari tangan Rex yang melingkar di pinganggnya, membuatnya tak nyaman. Namun mau bagaimana lagi dia tak dalam situasi bebas melakukan banyak hal sesuka hatinya.

"Ruby," panggil Rex serak.

Hangat napas pria itu ketika memanggilnya membelai kulit leher dan daun telinga Jane, membuatnya kian merinding. Namun, anehnya aroma harum yang menguar dari tubuh Rex yang kini mendekapnya, membuat Jane merasa tenang.

Aroma maskulin yang harum dan... Jane menyukainya. Sebab Jane tak pernah menemukan aroma parfum seperti ini di siapapun yang pernah Jane temui.

"Iya tuan."

"Apa tunanganmu terbaring di rumah sakit sejak dulu sekali? maksudku apa kalian bertunangan saat keadaannya sedang tak sakit?"

"Tidak, tuan. Tunanganku baru sakit selama 2 tahun ini karena kecelakaan yang menimpanya," jawab Jane menjelaskan dengan tenang.

"Begitukah."

Jane diam.

"Apa menyenangkan hidup berdua dengan seseorang yang kau cintai dan mencintaimu?" Rex sedikit mengurai pelukannya untuk melihat bagaimana ekspresi Jane ketika memberikan jawaban atas pertanyaannya itu.

Sementara Jane tersenyum lembut. Membayangkan sosok Dante yang begitu teduh dan penyayang membuatnya benar-benar merasa jadi perempuan paling beruntung di dunia ini.

"Iya sangat menyenangkan."

Di kedua mata Jane, Rex bisa melihat perasaan cinta Jane yang meletup-letup. Membuatnya tersenyum kecut. "Aku sangat iri padamu dan tunanganmu itu, sebab aku jatuh cinta sendirian. Claire tak akan pernah mencintaiku dan tak akan bisa. Bahkan dalam beberapa tahun pernikahan kami, dia menganggapku sahabat dan hanya kolega untuk memenuhi tujuannya."

Jane diam mendengarkan, tak berani memberikan komentar apapun pada cerita Rex.

"Saat kau berpelukan dengan tunanganmu bagaimana perasaanmu, kau merasa hangat atau justru merasa kosong dan hampa?"

Kali ini pikiran Jane melayang jauh ke waktu dimana Dante masih sangat sehat. Momen-momen manis yang mereka lalui tentu sedikit banyak diwarnai dengan pelukan hangat.

Tanpa sadar, lagi-lagii Jane pun mengulas senyuman di wajahnya. Dan hal itu pun tak luput dari pandangan Rex.

"Yang saya rasakan adalah perasaan hangat, nyaman dan perasaan aman yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tak ada perasaan hampa sama sekali. Mungkin karena Dante adalah pria yang saya cintai dan satu-satunya keluarga yang saya punya."

"Apa artinya jika pelukan itu terasa hampa dan biasa saja, itu artinya tak ada perasaan cinta apapun di antara kedua orang yang berpelukan itu?"

"Mungkin saja. Karena jika saling mencintai, rasanya terlalu mustahil merasa hampa atau bahkan biasa saja."

"Aku mengerti." Rex pun kembali merengkuh Jane ke dalam pelukannya, kali ini kian erat dari sebelumnya. Pada momen itu dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jane dan menghidu aroma tubuh perempuan itu dalam-dalam.

***

"Anda tampak kesal nyonya," ujar supir pribadi Rex yang kini menyetir mobil Claire untuk mengantarkannya pulang.

"Aku? Tidak sama sekali."

"Wajah anda menunjukan kekesalan yang begitu jelas. Apa ini karena tadi saat diperjalanan pulang selepas dari rumah sakit tiba-tiba saja tuan Milagro meminta diantarkan ke mansion mendiang ibunya alih alih pulang ke mansion anda?"

"Jadi kau berpikir aku kesal karena merasa cemburu pada perempuan yang Rex pelihara?"

"Apa perkiraan saya salah?"

Claire tertawa sumbang. "Kau pikir aku cemburu pada perempuan itu? Tentu saja tidak. Aku tak peduli sekalipun Rex jatuh cinta padanya, kau lupa kalau aku tak akan mungkin punya perasaan seperti itu pada Rex atau pria manapun. Lagipula untuk apa merasa kesal, itu justru menguntungkanku, aku hanya butuh objek untuk memudahkanku mewujudkan tujuanku."

Supir pribadi Rex itu pun mengangguk mengerti. "Syukurlah kalau anda merasa demikian. Karena jika anda punya perasaan pada tuan Milagro, itu akan menyakitkan. Sebab antara pria dan wanita yang sudah melakukan hubungan intim, pasti selalu ada ikatan tak terlihat."

"Ikatan macam apa itu yang kau maksud?"

"Ikatan yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Jika anda tahu, sepasang suami istri selalu punya firasat pada satu sama lain jika salah satu di antara mereka mengalami sesuatu yang buruk, berselingkuh dan lain-lain. Dan yang mendasari hal itu adalah ikatan tak terlihat selepas terjadinya penyatuan yang intens dan didasari hasrat."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    42. Perasaan Janin

    "Sini biar aku bantu pakaikan," ujar Rex memintaJane untuk duduk pada tepian tempat tidur sedangkan dirinya mengambil flat shoes dan memakaikannya pada kaki Jane dengan hati-hati."Perutku masih belum sebesar itu sampai mengganggu aktivitasku, Rex. Kamu tak perlu melakukan hal itu untukku," tegur Jane hati-hati karena merasa tak enak hati pada Rex yang kini berlutut di hadapannya untuk sekadar memasangkan sandal."Tak masalah, aku akan terus melakukan ini demi menjagamu dan anak kita." Dengan senyum hangat di wajahnya lalu bangkit berdiri untuk menggandeng tangan Jane dan mengajaknya segera pergi.Pada akhirnya, Jane hanya bisa menghela napas dan tak lagi berkomentar apapun tentang sikap protektif Rex terhadapnya, sekalipun beberapa menit kemudian Rex kembali bersikap berlebihan dengan menuntun Jane menuruni tangga seolah-olah Jane adalah balita yang sedang belajar berjalan."Lakukan pelan-pelan, Ruby... aku tak ingin kau terjatuh." Tegur Rex sembari deng

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    41. Pria baik

    "Minumlah dan nikmati sarapanmu dengan nyaman. Kalau kau ingin makan sesuatu yang lain untuk makan malam, kau bisa mengatakannya padaku. Sepulang kerja aku akan membelikannya untukmu," ucap Rex seraya menaruh segelas susu khusus ibu hamil itu di hadapan Jane. Sejenak Jane menatap segelas susu hangat itu lalu kemudian beralih menatap Rex dengan tak enak hati. "Rex... kau sudah sangat sibuk dan lelah oleh urusan pekerjaan, kenapa repot-repot membuatkan susu untukku?" Rex mengangkat bahunya ringan lalu kemudian duduk di seberang Jane dan bertopang dagu menatap Jane lekat-lekat dengan senyuman hangat yang selalu merekah di wajahnya. "Aku tidak merasa kerepotan sama sekali. Mulai dari sekarang aku akan menyiapkan susu hangat dan juga vitamin untukmu," ujarnya enteng. "Kalau pun aku mengatakan untuk jangan melakukannya, kamu pasti akan tetap melakukannya kan?" Senyum di wajah Rex semakin merekah. "Tepat sekali. Karena waktuku bersamamu hanya sebentar, aku tak akan menyia-nyiakan satu

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    40. Aku hanya punya ragamu

    Jane merasakan Rex tak membalas ciumannya, sehingga dia mengernyit dan perlahan membuka matanya yang kemudian langsung bertatapan tepat dengan kedua mata elang Rex yang tengah menatapnya begitu intens pada jarak yang sedekat itu.Dia pun menyudahi ciuman itu dan menatap Rex dengan wajah bingung. "Apa kamu tak menyukainya?"Alih-alih memberikan jawaban, Rex justru tersenyum lebar dan beralih menangkup wajah Jane lalu kemudian memiringkan wajahnya dan mulai mencium Jane lebih intens dan lebih dalam. Lidahnya merangsek masuk, bermain dengan lidah Jane dan beberapa kali melumat dan menggigit bibir Jane dengan gemas."Aku ingin lebih dari sekedar ciuman, Ruby." Rex berucap dengan suara berat.Dari kedua mata Rex, Jane melihat api gairah yang menyala-nyala, walaupun tatapannya saat itu menatap ke arah Jane dengan sayu. Kemudian, Jane pun membuka dua kancing bagian atas dari kemeja longgar yang saat ini dipakainya dan dia pun merentangkan kedua tangannya."Lakukan saja jika anda menginginka

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    39. Aku ingin pulang padamu

    "Aku pulang," ujar Rex mengabarkan kepulangannya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari keberadaan Jane. Lalu kemudian dia tersenyum ketika melihat Jane yang berjalan ke arahnya sambil mengulas senyuman yang sama."Kamu pasti sangat lelah, biar aku bantu meletakan jas dan tas kerjamu." Jane dengan ramah berbicara pada Rex, hendak meraih jas dan tas kerja pria itu, tapi sebelum tangannya menggapai kedua benda itu Rex sudah maju satu langkah dan lebih dulu meligkarkan tangannya untuk memeluk tubuh mungil Jane erat-erat."Senang akhirnya bisa kembali pulang kemari. Hari ini aku merasa sangat lelah," ucapnya sembari menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jane. Hal itu membuat Jane merasa merinding beberapa kali ketika hangat napas Rex membelai lehernya."Kalau begitu ayo ke kamarmu, aku akan minta maid untuk menyiapkan air hangat."Untuk beberapa saat tak ada respon dari Rex, sampai kemudian terdengar helaan napas panjang dari Rex diiring

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    38. Cintai aku sekali lagi

    "Anda memanggil saya?" tanya seorang manager pemasaran yang kebingungan karena tiba-tiba saja dipanggil ke ruangan Rex. "Maaf tuan Milagro, apa saya membuat kesalahan?" lanjutnya risau.Rex menggelengkan kepalanya dan menatap karyawannya itu dengan serius. "Tidak sama sekali. Aku memanggilmu karena urusan lain," ujarnya."Urusan lain?""Aku dengar kau sudah menikah cukup lama dan punya 2 orang anak. Bisakah kau memberitahuku apa saja persiapan yang harus dilakukan calon ayah semasa kehamilan istri?"Karyawan itu sempat terperangah setelah mendengar pertanyaan tak terduga itu. Sejenak dia merasa gugup untuk menjawab, butuh beberapa detik baginya untuk bisa memikirkan jawabannya sampai akhirnya bisa berani dan percaya diri untuk berbicara serius dengan Rex."Saat pertama kali tahu akan jadi seorang ayah, saya lebih dulu mempersiapkan biaya untuk melahirkan nanti tapi karena anda sepertinya tidak perlu menyiapkannya anda bisa mengabaikan bagian ini. Kemudian saya mulai membeli perlengka

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    37. Pemilik hati Jane

    "Tuan memberikan izin pada anda untuk pergi keluar rumah walau tanpa pendampingan dari tuan," ujar Elma menyampaikan pesan yang sebelumnya Rex katakan di telepon.Mendengar itu, Jane pun mengangguk mengerti. Dia tak mengatakan apapun, tak bertanya kenapa Rex tak datang ataupun ke mana perginya Rex, dia hanya diam dan membiarkan Elma membantunya berpakaian dan menata rambutnya sampai rapi.Setelah selesai dengan tugasnya Elma pamit pergi, sedangkan Jane menatap pantulan dirinya di cermin meja rias. Dia menatap lekat-lekat pantulan dirinya dengan tatapan datar ketika menyadari wajah sampai ujung kakinya benar-benar membengkak karena pertambahan berat badan yang cukup banyak di masa awal kehamilannya ini."Perutku akan segera membesar dan tak bisa disembunyikan lagi. Apa yang harus aku lakukan saat hal itu terjadi? bagaimana caranya aku bisa menemui Dante?" ujar Jane sedih.Dia menghela napas berat beberapa kali, sebelum kemudian bangkit dan bersiap-siap untuk pergi mengunjungi Dante di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status