Home / Romansa / Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam / Jangan Biarkan Dia Pergi!

Share

Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam
Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam
Author: icher

Jangan Biarkan Dia Pergi!

Author: icher
last update Last Updated: 2022-09-06 13:42:44

“Jangan biarkan dia pergi dari kamar ini!” titah Morgan pada Leo.

“Baik, Tuan Muda.” Leo menjawab dengan sangat patuh.

Morgan yang hanya mengenakan jubah tidur berwarna putih dan sendal rumah berwarna senada, berjalan meninggalkan ruangan yang nyatanya adalah sebuah kamar itu. Morgan baru saja melampiaskan kekesalannya pada seorang wanita yang baru saja ia temui tadi pagi dan langsung membuat Morgan merasakan kebencian yang teramat dalam padanya.

Pria bermata biru itu berjalan menuju kamarnya dan kemudian duduk di sebuah kursi pada balkon kamarnya. Ia menyalakan sebatang tembakau yang dibungkus rapi dengan kertas bermerekkan sebuah perusahaan rokok yang terkenal. Dengan kasar, Morgan mengembuskan asap rokoknya itu ke udara dan menatap langit kelam yang saat ini sama seperti suasana hatinya. Gelap tidak bercahaya sedikit pun, dan hening dalam kesendirian.

“Ternyata kau sungguh datang untuk menghukumku, Vallen?” lirih Morgan dan tatapannya menerawang jauh.

Morgan menyebut nama seseorang yang selama ini tersimpan dalam hatinya. Yang tak pernah bisa ia miliki dan tak pernah bisa ia dapatkan. Wanita bernama Vallen, yang selama sepuluh tahun ini sudah mengisi penuh ruang di hati Morgan. Membuatnya menjadi pria yang sangat dingin dan kejam, serta sangat tidak memiliki perasaan sedikit pun.

Padahal, ia adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan ternama dan berada di urutan teratas sebagai perusahaan yang memiliki aset dan saham tertinggi di negara itu. California, tempat Morgan tinggal selama ini dan enggan meninggalkan tempat yang sudah memberikannya sejuta kenangan. Terutama, bersama wanita bernama Vallen yang tadi ia sebutkan dengan nada tertahan dan seperti sedang menahan kepedihan yang dalam.

“Tuan, wanita itu terus saja menjerit dan mengamuk. Dia bahkan berusaha melukai dirinya sendiri,” ucap Leo yang entah sejak kapan berada di belakang Morgan.

“Dasar pelacur sialan! Apa yang dia ributkan?” umpat dan tanya Morgan pada Leo.

“Dia hanya mengatakan dua kalimat, Tuan.”

“Apa itu?”

“Bebaskan aku dan aku bukan Vallen-mu!” jawab Leo menirukan apa yang wanita itu katakan.

Leo sebenarnya sangat takut mengatakan hal ini pada tuannya itu. Namun, setelah sepuluh tahun bekerja pada Morgan, Leo sama sekali tidak pernah membawa satu orang pun wanita ke dalam rumahnya itu. Morgan bahkan tidak pernah terlihat dekat dengan wanita mana pun selama ini. Itu pula sebabnya, Leo sangat terkejut saat tadi Morgan tiba-tiba datang dengan membopong seorang wanita di atas pundaknya dan wanita itu dalam keadaan tidak sadar tentunya.

“Biarkan saja dia! Kalau memang dia mau mati, itu lebih bagus!” ucap Morgan pada akhirnya dan melanjutkan hisapan pada batang gulungan tembakaunya.

“Baik, Tuan.” Leo hanya berani menjawab sebatas itu.

Leo sangat tahu sampai di mana batas kesabaran tuannya. Morgan sudah sangat banyak melenyapkan orang yang ia tidak sukai atau yang berusaha untuk bermain-main dengannya dan bisnisnya. Bahkan, keluarganya sendiri sudah menjadi musuh terbesarnya saat ini. Morgan terlihat sebagai seorang pria yang hidup sebatang kara, padahal ia masih mempunyai keluarga yang utuh. Hanya saja semenjak sepuluh tahun belakangan ini hubungan mereka tidak dalam keadaan baik. Bahkan, Morgan sudah menjebloskan salah satu adik kandungnya ke dalam penjara karena sudah membuatnya marah saat acara peresmian perusahaan barunya yang baru ia buka setahun yang lalu.

Leo pergi dari kamar Morgan dan membiarkan pria itu sendirian lagi. Tidak banyak kata yang Morgan ucapkan saat tubuhnya perlahan bangkit dari tempat duduknya. Morgan membuang batang rokok yang masih separoh dihisapnya it uke lantai dan menginjaknya dengan kasar serta menggesek-gesekkan kakinya di atas puntungan rokok itu.

“Dasar wanita! Selalu saja merepotkan dan tidak bisa membuatku tenang sebentar saja!” geram Morgan dan mulai mengayunkan langkahnya keluar kamar.

Morgan kembali menyusuri lorong rumahnya dan membuka pintu kamar yang tadi sudah ia tinggalkan. Di depan kamar itu tentu saja sudah ada Leo yang berdiri dengan raut wajah datar, meski hatinya merasa sedikit cemas dengan keadaan gadis yang ada di dalam kamar tersebut. Pasalnya, baru saja Leo mendengar pecahan kaca dan tiba-tiba saja suara wanita yang sedari tadi tak berhentinya berteriak itu mendadak diam setelah sebuah jeritan panjang yang menyayat hati.

“Dasar wanita murahan tidak tahu diri kau! Beraninya kau mencoba untuk mati setelah membuatku menjadi hidup tapi serasa seperti sudah mati?” Hardik Morgan pada wanita yang kini sudah tergeletak di lantai dengan berlumuran darah, dan luka sayat di pergelangan tangannya.

"Leo!" pekik Morgan memanggil ajudan kepercayaannya itu.

"Ya, Tuan Muda,” jawab Leo dengan setengah berlari menghampiri Morgan.

Leo berusaha tetap tenang setelah melihat keadaan wanita di depannya itu, meski ia akui sempat terkejut dengan pemandangan tragi situ.

“Apa yang kau lakukan dengan berdiri di sana? Cepat angkat tubuh wanita sial ini dan segera bawa ke kamarku. Panggil Dokter Bram untuk segera datang ke sini!” Suara titah dan amarah Morgan terdengar sangat memekakkan telinga dan menyakitkan jantung. Tapi itu sudah menjadi hal biasa bagi Leo dan sudah menjadi makanan sehari-harinya selama sepuluh tahun belakangan ini.

“Baik, Tuan Muda.” Leo menjawab dan mendekati wanita yang sepertinya masih setengah sadar itu.

Saat Leo baru saja akan menyentuh tubuh wanita itu untuk mengangkatnya, tangannya langsung ditepis oleh Morgan dengan kasar dan tubuhnya bahkan digeser secara kasar pula oleh majikannya itu. Leo sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada tuannya itu.

“Minggir kau! Jangan berani kau menyentuh wanita ini!” ucap Morgan dengan kasar dan langsung mengambil alih tugas yang tadi ia titahkan pada Leo.

Dengan sedikit melongo, Leo menyaksikan bahwa Morgan sudah menggendog tubuh wanita itu dengan kedua tangannya dan berjalan menuju ke kamarnya. Leo tidak mau mendapatkan masalah lagi dan langsung saja menghubungi Dokter Bram dan memintanya segera datang ke kediaman Morgan Scorheart itu. Setelah melakukan tugas itu, Leo mengikuti Morgan yang pasti sudah sampai di kamarnya saat ini. dari ambang pintu dapat Leo liat bahwa Morgan sedang membalut luka di pergelangan tangan wanita itu dengan kaus dalam yang biasa ia kenakan.

Wanita itu sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan Leo menyadari baru pertama kali ini Morgan terlihat begitu sangat membenci seorang wanita dan sangat peduli secara bersamaan. Leo melihat Morgan yang merawat luka wanita itu dengan sangat hati-hati dan tidak terlihat sisi kejam yang tadi baru saja ia keluarkan dan tunjukkan pada wanita yang dibawanya pulang itu.

“Tuan, sebenarnya apa yang terjadi dan siapa Nona Muda ini?” tanya Leo dengan sedikit lancang setelah memberanikan diri untuk bertanya pada Morgan.

Mendengar pertanyaan Leo, tatapan membunuh dari Morgan menyala dengan sangat jelas dan menatap pada Leo. Tentu saja Leo merasa sedikit bergidik ngeri dan langsung menunduk takut di hadapan Morgan. Ia menyadari kalau pertanyaannya sudah membangkitkan setan kemarahan dalam diri Morgan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Akhir Yang Bahagia

    “Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Di Bawah Ancaman

    Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Tidak Kuizinkan!

    “Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Leo Sekarat

    Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Cleo Kembali

    “Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Dooor!

    Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Bunga Beracun

    Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Meninggalkanmu!

    “Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …

  • Terpenjara Cinta Sang CEO Kejam   Bibi Jane

    “Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status