Share

BAB 123

Penulis: Atdriani12
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-26 20:30:00

Adrian masih memeluk Callista ketika tangannya meraih map di meja. Map itu sempat ia singkirkan semalam, tapi kini ia letakkan di pangkuannya. Callista mengangkat kepala, menatapnya dengan alis sedikit terangkat.

“Kamu mau bawa itu?” tanyanya.

“Kalau Amelia mau main terbuka, aku bawa semua yang bisa jadi kartu kita.” Adrian menepuk map itu pelan, lalu memiringkan kepala menatapnya. “Kamu yakin mau ikut?”

Callista menegakkan tubuhnya, duduk bersila menghadap pria itu. “Aku udah bilang, ini perang kita. Kalau aku nggak ada di sana, aku bakal nyesel.”

Adrian tersenyum tipis. “Kalau gitu, kita nggak akan cuma datang. Kita akan pulang dengan sesuatu.”

Mereka berdiri hampir bersamaan. Callista meraih jaket tipisnya, sementara Adrian menutup map itu rapat dan menyelipkannya ke dalam tas kerja. Gerakan mereka minim bicara, tapi setiap tatapan saling memastikan: mereka tahu apa yang sedang mereka hadapi.

Adrian membuka pintu, dan udara lu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 140

    “Kalau benar Amelia yang kirim pesan itu, berarti dia udah siap hadapi kita langsung,” kata Callista, suaranya mantap meski jemarinya saling menggenggam erat di pangkuan.Adrian duduk di depannya, bahunya sedikit menegang. Tatapan tajam pria itu menempel pada amplop kosong yang tergeletak di meja. “Dia nggak akan pernah kirim pesan sejelas ini tanpa tujuan. Pertemuan itu bukan undangan, tapi jebakan.”Callista mencondongkan tubuh. “Dan kamu tetap mau datang?”“Ya,” jawab Adrian tanpa ragu. “Tapi kita yang tentuin caranya, bukan dia.”Ada hening yang menggantung di antara mereka, seolah setiap detik mengandung kemungkinan yang bisa mengubah arah semuanya. Callista tahu, Adrian bukan tipe orang yang main-main dengan keputusan seperti ini. Jika ia sudah bilang akan datang, berarti pria itu sudah siap menanggung semua risikonya.“Aku ikut,” kata Callista tegas.Adrian menoleh cepat, matanya sedikit menyipit. “Aku nggak mau kamu jadi

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 139++

    “Aku masih nggak percaya kalau kita benar-benar ada di titik ini,” ucap Callista pelan, suaranya terdengar seperti bisikan yang hanya dimaksudkan untuk Adrian. Adrian menatapnya, lalu menyentuh pipi gadis itu dengan lembut. “Kita ada di sini bukan karena kebetulan. Kita ada di sini karena kita mutusin buat nggak tunduk.” Callista menahan tatapannya, mencoba menyerap keyakinan yang selalu dipancarkan pria itu. Ada sesuatu dalam cara Adrian berbicara—datar tapi penuh kepastian—yang membuatnya merasa mereka selalu punya peluang, bahkan ketika jalan tampak buntu. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu, langkah mereka berikutnya akan membawa konsekuensi yang tidak bisa lagi ditarik kembali. “Aku kepikiran satu hal,” ucap Callista setelah hening cukup lama. “Kalau Amelia udah siapin semua ini dari awal, berarti dia juga udah prediksi langkah-langkah kita. Kita nggak bisa main normal. Kita harus bikin dia salah baca kita.”

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 138

    Napas Callista mulai stabil, tapi tubuhnya masih diselimuti sisa hangat dari pelukan Adrian. Ia tidak bergerak, hanya membiarkan kepalanya tetap di dada pria itu. Suara detak jantung Adrian yang tenang menjadi pengingat bahwa di sini, ia aman.Namun di balik rasa aman itu, pikirannya tetap berjalan. Perang belum selesai. Mereka hanya mengambil jeda—dan jeda ini akan segera berakhir.“Aku nggak mau cuma bertahan, Adrian,” suaranya pelan tapi tegas. “Kita harus mulai nyerang.”Adrian membuka mata, menatap langit-langit sebentar sebelum menurunkan pandangan ke Callista. “Aku tahu. Dan aku udah siapin beberapa langkah. Tapi aku mau kamu dengar semuanya sebelum kita mulai.”Callista mengangkat wajah, mata mereka bertemu. “Oke. Katakan.”Adrian duduk, menarik Callista untuk duduk bersandar di pahanya. Tangannya masih memeluk pinggang gadis itu, memastikan kedekatan itu tetap terjaga. “Pertama, kita manfaatin jaringan yang kita punya di luar med

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 137

    Begitu pintu baja itu kembali terkunci, suasana ruangan seperti tertutup rapat dari dunia luar. Tidak ada lagi suara mesin mobil, teriakan, atau ketukan mengancam. Hanya ada napas mereka berdua—masih sedikit berat karena ketegangan yang barusan terjadi.Callista berdiri mematung, pandangannya tertuju pada meja yang dipenuhi map. Tapi tubuhnya tidak lagi tegang seperti tadi. Kini, ada rasa lega bercampur adrenalin yang belum sepenuhnya reda.Adrian berjalan mendekat perlahan. “Mereka nggak akan balik malam ini,” ucapnya, suaranya rendah tapi penuh keyakinan. “Kita aman… untuk sekarang.”Callista menoleh, dan baru saat itu menyadari betapa dekatnya Adrian berdiri. Cahaya lampu membuat rahang pria itu terlihat tegas, matanya masih menyimpan sisa amarah sekaligus ketenangan yang ia ciptakan untuk melindunginya.“Aku nggak tahu kalau aman itu rasanya kayak gini,” gumam Callista.“Kayak gimana?” tanya Adrian sambil mendekatkan wajahnya.

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 136

    Ketukan keras menghantam pintu depan, tidak seperti ketukan normal yang mereka kenal. Callista yang sedang merapikan map di meja langsung menegakkan badan. Adrian, yang berdiri di dekat jendela, menoleh cepat.“Jangan buka dulu,” katanya singkat.Namun ketukan itu datang lagi, lebih keras, disertai suara seseorang dari luar. “Adrian! Gue tahu lo di dalam! Buka pintunya!”Callista mengenali suara itu—bukan Amelia, tapi salah satu orang kepercayaannya. Lelaki berperawakan besar, bersuara kasar, sering terlihat mendampingi Amelia di acara-acara penting.Adrian melirik Callista, memberi isyarat untuk menjauh dari pintu. Ia sendiri berjalan mendekat, tapi tidak langsung membuka. “Apa maumu?” teriaknya dari balik pintu.“Gue cuma mau ngobrol,” balas suara itu, nada suaranya jelas menyimpan ancaman. “Ngobrol soal orang yang lo temuin tadi.”Callista merasakan darahnya berdesir. Mereka sudah tahu.Adrian tetap tenang. “Kalau mau

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 135

    Suara pintu pagar otomatis tertutup pelan terdengar seperti gema pendek di telinga Callista. Ia berdiri di dekat jendela rumah kedua Adrian, memandangi halaman yang sengaja dibiarkan remang. Mobil hitam berhenti tepat di depan, lampunya padam begitu mesin dimatikan. Adrian berdiri di belakangnya, tubuhnya tegak, bahunya tegang. “Itu dia?” tanyanya pelan. Callista hanya mengangguk. Napasnya sedikit berat. Meski sudah berkali-kali berhadapan dengan situasi genting, kali ini terasa berbeda—karena orang yang akan datang membawa potongan kunci untuk menghancurkan Amelia sepenuhnya. Ketukan pintu tiga kali, cepat dan berirama. Adrian berjalan membukanya, dan di ambang pintu berdiri seorang pria berusia pertengahan empat puluhan. Wajahnya lelah, matanya tajam tapi gelisah, dan ia menggenggam tas selempang yang tampak berat. “Kalian Adrian dan Callista?” suaranya rendah, seperti takut dinding ikut mendengar. “Masuk,”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status