Share

BAB 151

Author: Atdriani12
last update Huling Na-update: 2025-09-08 20:00:00

Udara di ruang kerja Adrian dipenuhi aroma kertas tua dan tinta printer. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, sebagian sudah penuh coretan merah dari tangannya. Callista duduk di kursi seberang, matanya mengikuti setiap gerakan Adrian yang sibuk menandai bagian-bagian penting. Sorot matanya tajam, seolah setiap angka, setiap nama yang tertulis bisa mengantar mereka menuju celah yang selama ini tersembunyi.

“Semakin kulihat,” ujar Adrian tanpa mengangkat kepala, “semakin jelas pola yang dia pakai. Dana itu tidak pernah hilang begitu saja. Ada jalur yang sengaja dibentuk untuk memutarnya keluar.”

Callista memeluk map di dadanya, suara lirih keluar, “Kalau semua ini terbongkar, Amelia bisa jatuh. Tapi apa dia akan tinggal diam?”

Adrian berhenti menulis, mengangkat wajah, menatapnya serius. “Dia sudah tidak diam sejak lama, Call. Dia bergerak lebih dulu. Sekarang giliran kita.”

Callista menarik napas panjang, menenangkan degup jantung yang tak te
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 154

    Ruangan penuh dengan kertas, papan tulis dipenuhi alur, dan udara menegang seperti sebelum ledakan. Adrian berdiri di depan meja, memegang map hitam yang kini menjadi pusat segalanya. Callista di sisinya, wajahnya pucat namun sorot matanya tidak goyah. Bramanta duduk di kursi, tubuhnya kaku, sementara Guntur mondar-mandir dengan gelisah.“Besok panggung itu bukan hanya milik kita,” ujar Adrian tegas, menatap satu per satu. “Begitu kita berdiri di depan media, Amelia akan menyiapkan serangannya. Kita harus pastikan bukti ini tidak hanya keluar, tapi juga diterima publik tanpa bisa dibantah.”Guntur berhenti berjalan, menatap Adrian dengan mata yang memantulkan rasa takut. “Aku masih bisa mundur kalau kalian mau. Biarkan aku jadi bayangan di belakang.”“Tidak,” potong Callista cepat. Suaranya bergetar tapi mantap. “Kalau Anda mundur, mereka akan bilang kita tidak punya saksi. Itu yang Amelia tunggu. Kita butuh Anda berdiri bersama kami.”Bramanta me

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 153

    Suara pena yang berlari di atas papan tulis terdengar cepat dan teratur. Adrian menulis daftar nama dan alur strategi, sementara Callista berdiri di sampingnya, mencatat ulang ke dalam buku kecil agar tidak ada detail yang terlewat. Bramanta duduk di kursi, tubuhnya condong ke depan, kedua sikunya bertumpu di lutut, pandangannya tak lepas dari papan.“Kita butuh lokasi yang cukup besar untuk menampung media,” ucap Adrian sambil menekankan garis di bawah kata konferensi pers. “Tapi juga aman. Tidak boleh ada celah Amelia menyusup.”Bramanta mengerutkan kening. “Dia pasti akan coba mengirim orang. Bahkan mungkin menyusup sebagai wartawan.”“Karena itu kita butuh panitia yang bisa dipercaya,” lanjut Adrian. “Aku akan hubungi rekan lamaku di biro hukum. Mereka terbiasa mengurus acara seperti ini.”Callista menulis cepat, lalu menatap Adrian. “Bagaimana dengan undangan? Kalau media yang datang sudah dipengaruhi Amelia, berita bisa dipelintir lagi.”

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 152

    Suara kertas yang dibolak-balik memenuhi ruang sempit itu. Adrian duduk di kursi, tubuhnya condong ke depan, matanya tak lepas dari lembaran-lembaran bukti transfer. Callista duduk di sampingnya, kepalanya nyaris menempel di bahu pria itu. Di meja, lampu kecil menyoroti angka-angka yang semakin lama semakin terasa seperti teka-teki besar yang siap dipecahkan.“Kamu lihat tanda tangan ini?” Adrian menunjuk salah satu halaman. “Nama yang dipakai berbeda, tapi garis tangannya sama persis.”Callista memperhatikan dengan seksama. “Itu berarti semua jalur ini berasal dari satu orang. Amelia.”Adrian mengangguk. “Ya. Tapi bukti di atas kertas saja tidak cukup. Kita butuh suara yang menguatkan.”Nama Guntur kembali terlintas di kepala Callista. Auditor yang menyerahkan dokumen itu dengan tangan gemetar. Lelaki yang jelas ketakutan, tapi juga terlihat lega bisa melepas sebagian beban yang ia simpan selama bertahun-tahun.“Kita harus temui Pak Gunt

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 151

    Udara di ruang kerja Adrian dipenuhi aroma kertas tua dan tinta printer. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, sebagian sudah penuh coretan merah dari tangannya. Callista duduk di kursi seberang, matanya mengikuti setiap gerakan Adrian yang sibuk menandai bagian-bagian penting. Sorot matanya tajam, seolah setiap angka, setiap nama yang tertulis bisa mengantar mereka menuju celah yang selama ini tersembunyi.“Semakin kulihat,” ujar Adrian tanpa mengangkat kepala, “semakin jelas pola yang dia pakai. Dana itu tidak pernah hilang begitu saja. Ada jalur yang sengaja dibentuk untuk memutarnya keluar.”Callista memeluk map di dadanya, suara lirih keluar, “Kalau semua ini terbongkar, Amelia bisa jatuh. Tapi apa dia akan tinggal diam?”Adrian berhenti menulis, mengangkat wajah, menatapnya serius. “Dia sudah tidak diam sejak lama, Call. Dia bergerak lebih dulu. Sekarang giliran kita.”Callista menarik napas panjang, menenangkan degup jantung yang tak te

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 156

    Ruang kerja Adrian dipenuhi tumpukan kertas, papan tulis penuh coretan, dan udara berat yang nyaris bisa dipotong dengan pisau. Callista berdiri di sisi meja, tangannya menekan map hitam berisi dokumen. Bramanta menatap jendela dengan wajah muram, sementara Guntur duduk gelisah, kakinya mengetuk lantai tanpa henti. Adrian menutup laptop keras-keras. “Kita tidak bisa hanya bertahan. Serangan Amelia sudah langsung menyasar Callista. Kalau kita diam, dia akan menginjak lebih jauh.” Callista menatapnya, suara lirih tapi jelas, “Aku sanggup. Jangan berhenti hanya karena aku diserang. Biarkan mereka bicara apa saja, selama kita tahu kebenaran.” Bramanta menoleh, alisnya terangkat. “Kau benar-benar kuat, Callista. Tidak banyak orang yang bisa berdiri setelah difitnah begitu.” “Bukan aku yang kuat,” jawab Callista, menatap Adrian. “Tapi karena aku tidak sendirian.” Adrian menyentuh bahunya, lalu kembali menatap Brama

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 150

    Dokumen di meja itu bagai bara api. Lembaran-lembaran transfer dengan nama samaran, jalur rekening asing, semuanya terhampar jelas di hadapan mereka. Callista menatapnya dengan campuran lega sekaligus gentar. Jantungnya berdegup keras, seolah menyadari bahwa di atas kertas itu tersimpan kunci yang bisa membalikkan seluruh permainan—atau menjerumuskan mereka lebih dalam bila salah langkah.Adrian duduk tegak, kedua tangannya menahan map agar tidak bergeser. Sorot matanya tajam, menyapu setiap detail angka seakan mencoba menghafalkan semuanya. Bramanta di seberangnya mengusap wajah, tubuhnya seperti kehilangan tenaga. Seorang profesor yang sudah kenyang pengalaman, kini tampak rapuh karena menyadari betapa besar risiko dari kertas-kertas itu.“Ini… bukti yang mereka cari-cari untuk menjatuhkan Amelia,” gumam Adrian. “Tapi juga bukti yang bisa menghancurkan siapa pun yang membawanya tanpa strategi.”Callista menelan ludah, suaranya bergetar. “Kalau Amelia tah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status