Share

BAB 74++

Author: Atdriani12
last update Huling Na-update: 2025-08-10 20:10:00

Adrian tidak melepas tatapan itu. Tangan kirinya tetap berada di pinggang Callista, sementara tangan kanannya bergerak perlahan, seperti membaca bahasa tubuh yang sudah ia hafal tapi selalu ingin ia ulangi.

Ciuman mereka kembali dalam—tidak ada jeda, hanya tarikan napas yang cepat dan berat di sela-sela. Callista memejamkan mata, membiarkan sensasi itu menguasainya. Setiap gesekan bibir, setiap tekanan jemari, membawa gelombang yang membuatnya sulit berpikir jernih.

Ia melingkarkan kakinya di pinggang Adrian, membuat jarak mereka semakin hilang. Adrian merespons dengan menariknya lebih dekat, seakan ingin memastikan bahwa tidak ada ruang di antara mereka yang tersisa untuk keraguan.

“Ahh… Adrian…” suaranya bergetar, setengah tertahan, setengah pasrah.

“Aku di sini,” gumamnya di sela kecupan yang mendarat di garis rahang, lalu turun ke leher. Bibirnya bekerja dengan kesabaran yang justru membuat setiap sentuhan terasa semakin membakar.

Tan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 83

    Pintu berat itu tertutup rapat di belakang mereka. Callista melepas jaket, menggantungnya di kursi, lalu berjalan ke tengah ruangan. Ia tidak langsung duduk—matanya menelusuri setiap sudut seolah mencari pegangan di tengah pusaran pikiran yang belum reda.Adrian menaruh kunci di meja, melepas jam tangan, dan menatapnya. “Kamu mau minum dulu?”Gadis itu menggeleng. “Kalau aku minum sekarang, rasanya cuma akan bikin tenggorokanku kering.”Adrian mendekat, menghentikan langkah di hadapan Callista. Ia menyentuh pipinya, jempolnya mengusap lembut di sana. “Kamu masih kepikiran pesan Amelia?”“Bukan cuma itu,” jawab Callista pelan. “Aku lagi mikirin… apa yang dia rencanain setelah kita ketemu. Karena Amelia nggak akan buang tenaga kalau nggak ada yang besar di baliknya.”Adrian mengangguk pelan. “Makanya kita datang dengan kepala dingin. Kita nggak boleh bikin dia lihat kita goyah.”Callista menatapnya lekat-lekat. “Kamu yakin ini ngga

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 82

    “Aku nggak mau kita masuk ke pertemuan itu dalam keadaan marah,” kata Adrian, nada suaranya tegas tapi tenang.Callista duduk di kursi seberang, jemarinya saling menggenggam erat di pangkuan. “Kalau kita ketemu Amelia, kamu yakin dia cuma mau bicara?”Adrian menggeleng pelan. “Dia mau tunjukin kalau dia masih punya kuasa. Dan dia mau kita merasakannya.”Gadis itu mengangkat pandangan. “Kalau dia sengaja lempar tuduhan di depan kamu, aku nggak akan diem.”“Aku tahu,” Adrian mencondongkan tubuh sedikit, meraih tangannya. “Tapi jangan kasih dia senjata. Dia pengen lihat kita kehilangan kendali. Kita nggak akan kasih itu.”Keheningan singkat melintas, tapi bukan hening canggung. Lebih seperti jeda sebelum melangkah ke medan yang mereka tahu penuh jebakan.Di meja di antara mereka, map tebal tergeletak. Isinya bukti-bukti yang selama ini mereka simpan rapi—foto, rekaman, dan transkrip yang bisa membalik keadaan jika Amelia melangkah t

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 81

    Mobil melaju dalam keheningan. Lampu-lampu jalan bergeser cepat di kaca depan, tapi di dalam kabin, tidak ada suara selain dengung mesin dan napas yang kadang terdengar lebih berat dari biasanya.Adrian memegang setir dengan satu tangan, sementara tangan satunya masih menggenggam tangan Callista di pangkuannya. Genggaman itu tidak sekadar penghubung—itu pernyataan bahwa apa pun yang menunggu di depan, mereka akan menembusnya bersama.Callista memandangi jalan yang seolah tak ada ujung. “Dia nggak bohong waktu bilang nggak akan main setengah-setengah.”“Aku tahu,” jawab Adrian tanpa menoleh. “Dan itu artinya kita juga nggak bisa lagi cuma bertahan. Kita harus nyerang.”Gadis itu menoleh ke arahnya. “Kamu udah punya rencana?”Adrian mengangguk tipis. “Aku udah tahu lubang paling besar di dinding pertahanannya. Tapi butuh waktu buat ngedorongnya sampai runtuh.”“Dan selama itu, dia akan coba bikin kita jatuh duluan,” timpal Callista

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 80

    masih menggenggam tangan Callista ketika ia menutup kembali amplop itu, meletakkannya di meja seolah sedang menaruh batu besar yang akan memulai longsor. Pandangannya tidak bergeser dari mata Callista, seperti sedang mencari kepastian terakhir yang mungkin bisa mengubah segalanya.“Kalau kita jalan, kita harus siap buat semua kemungkinan,” ujarnya pelan. “Termasuk kemungkinan dia nggak datang sendiri.”Callista mengangguk sekali. “Aku udah siap.”Adrian mempelajari wajahnya, mencari tanda ragu, tapi yang ia temukan hanya ketenangan yang keras kepala. Ia menghela napas, lalu meraih jaket yang tergantung di sandaran kursi. “Kita nggak bisa datang dengan tangan kosong.”“Aku tahu.” Callista menatap map tebal yang masih tergeletak di meja. “Kamu mau bawa itu?”Adrian menatap map itu lama. “Nggak. Terlalu dini buat dipakai. Kita cuma bawa sebagian.” Ia mengambil beberapa lembar fotokopi dari dalam map, menyelipkannya ke dalam folder hitam yan

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 79

    Map tebal itu tetap tergeletak di meja. Callista menatapnya seperti menatap pintu yang belum berani ia buka. Di benaknya, ia tahu di dalamnya ada potongan cerita yang bisa mengubah arah perang ini—dan mungkin mengubah cara dunia melihat mereka.Adrian duduk di depannya, punggung sedikit membungkuk, jemarinya saling mengait di atas lutut. “Kalau kamu mau lihat isinya, aku akan buka sekarang.”Gadis itu menggeleng. “Aku nggak mau.”Alis Adrian terangkat. “Kenapa?”“Soalnya kalau aku tahu semua, aku bisa kebawa emosi. Dan aku nggak mau ambil keputusan cuma karena marah.” Callista mengatur napasnya pelan. “Kita udah cukup hati-hati sampai di sini. Jangan rusak cuma karena satu ledakan.”Adrian menatapnya lama, sebelum akhirnya bersandar ke kursi. “Itu yang bikin aku yakin sama kamu.”Kalimat itu membuat Callista menunduk, bibirnya melengkung tipis, meski hatinya tetap berat. Ia tahu perang ini bukan soal siapa yang benar atau salah,

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 78

    Map tebal itu tetap tergeletak di meja. Callista menatapnya seperti menatap pintu yang belum berani ia buka. Di benaknya, ia tahu di dalamnya ada potongan cerita yang bisa mengubah arah perang ini—dan mungkin mengubah cara dunia melihat mereka.Adrian duduk di depannya, punggung sedikit membungkuk, jemarinya saling mengait di atas lutut. “Kalau kamu mau lihat isinya, aku akan buka sekarang.”Gadis itu menggeleng. “Aku nggak mau.”Alis Adrian terangkat. “Kenapa?”“Soalnya kalau aku tahu semua, aku bisa kebawa emosi. Dan aku nggak mau ambil keputusan cuma karena marah.” Callista mengatur napasnya pelan. “Kita udah cukup hati-hati sampai di sini. Jangan rusak cuma karena satu ledakan.”Adrian menatapnya lama, sebelum akhirnya bersandar ke kursi. “Itu yang bikin aku yakin sama kamu.”Kalimat itu membuat Callista menunduk, bibirnya melengkung tipis, meski hatinya tetap berat. Ia tahu perang ini bukan soal siapa yang benar atau salah,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status