공유

Beraksi

작가: Nuri Atlaan
last update 최신 업데이트: 2025-09-12 22:11:53

Dunia begitu gelap, sunyi, dan sangat dingin. Perlahan-lahan penderitaan melahap segalanya perlahan-lahan dari Arthur, bahkan rasa takut. Kematian, bukan lagi sesuatu yang begitu menakutkan, kematian terasa seperti dongeng.

Arthur membuka matanya kembali, namun kali ini ia tidak terbangun di langit malam yang penuh dengan bintang. Tapi langit-langit bangunan yang kumuh. Arthur terkejut dan segera bangun sambil melihat ke sekitar.

Banyak orang yang menatapnya dengan wajah heran. Wajah Oscar terlihat seperti gugup dan seperti orang yang merasa bersalah. Sementara itu, Noah yang berada di depannya menatapnya dengan wajah kecewa dan matanya yang berkaca-kaca.

Hanya ada satu kalimat pada pikiran Arthur saat ini. "Apakah lagi-lagi aku telah membuat seseorang kecewa padaku?" tanya Arthur dalam batinnya.

Tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat nyeri, sebuah perban yang tebal mengikat kepalanya. Beberapa perban juga telah menutupi tubuhnya yang terasa nyeri. Arthur menjadi merasa bersal
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Menerobos Maju

    Esok harinya, Arthur bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia berangkat bersama dengan Liam ke sekolah, karena malamnya mereka berjanjian untuk berangkat bersama. Saat mereka sedang bersepeda bersama, Arthur mengatakan sesuatu kepada Liam. "Hei, Liam. Apa kau yakin tidak mengenal seseorang yang bernama Nathaniel Thomas?" tanya Arthur untuk memastikan kembali. Liam menatapnya dengan heran dan dia mencoba mengingat-ingat kembali. "Aku yakin, aku sama sekali tidak mengenalnya. Bahkan mendengar namanya saja belum pernah. Apakah kau memiliki masalah dengan orang itu? Beritahu aku jika kau sedang dalam masalah." ujar Liam yang khawatir. Arthur menjawabnya dengan santai, "Tidak, tidak. Aku tidak memiliki masalah dengan siapapun saat ini." ucap Arthur. Rasa penasaran itu telah larut dalam pikiran Arthur dan membuatnya terus mengingatnya. Ia hanya berharap bahwa dia hanyalah orang biasa. Rasa kewaspadaan Arthur terhadap orang-orang yang ia temui semakin besar. Ini semua ia rancang

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Menjadi Netral

    Jam istirahat telah tiba, murid-murid di kelasnya keluar dan menertawakan Arthur yang masih berdiri di luar. Sampai akhirnya Liam datang, wajahnya terlihat sedang menahan diri untuk tidak tertawa. Wajahnya terlihat menjengkelkan sekali, kalau ingin tertawa maka tertawalah Arthur pergi meninggalkan Liam ke kantin. "Hei tunggu, jangan marah padaku karena tak bisa menahan tawa. Lagi pula berani sekali kau berkata seperti itu kepada pak Edward." ujar Liam yang mengikutinya. Arthur menghembuskan nafasnya dan bergerutu, "Aku berharap dia memberikan soalan yang paling sulit kepadaku dan bukannya menyeretku keluar. Telingaku masih sakit tahu!" ketus Arthur. Liam hampir tertawa mendengarnya. "Uh, benar sekali. Telingamu masih sangat merah." balas Liam. Mereka ke kantin bersama dan membeli makan untuk makan siang. Setelah itu mereka mengobrol seperti biasa layaknya seorang pelajar. Arthur benar-benar sangat menikmati kehidupan di masa-masa sekolahnya kembali. Meskipun di depannya ada

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Ketenangan Batin

    Beberapa Minggu telah berlalu sejak paman Max menanyakan kebenaran tentang kekuatan Arthur. Sejak saat itu juga paman Max tidak pernah datang untuk menjenguk Arthur lagi. Kondisi Arthur sudah cukup baik saat ini, dan dokter sudah memperbolehkan untuk pulang, dan melakukan perawatan sederhana di rumah. Arthur sudah memiliki nomor telepon paman Max, dan mereka sudah terbiasa mengobrol melalui media sosial. Akhir-akhir ini paman Max sedang sibuk mengurusi masalah bisnisnya yang sedang jatuh. Tak hanya itu, terkadang ia membagikan foto saat sedang membantu merawat anak-anak yatim piatu di panti asuhan. Dia benar-benar orang yang sangat baik, kedatangannya membuat hati dan pikiran Arthur jauh lebih jernih. Tapi rasa penasaran Arthur tentang siapa dia, masih belum diketahui. Meskipun terlihat begitu familiar, sosoknya tidak menimbulkan kekhawatiran atau orang yang berbahaya bagi Arthur. Arthur terus termenung di meja makan bersama dengan kedua orang tuanya. "Apa yang sedang ada di dal

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Max Henry

    Pancaran cahaya yang begitu menyilaukan masuk ke dalam mata Arthur. Ia membuka matanya dan mendapati dirinya terbangun di sebuah ruangan kosong yang serba putih. Arthur tidak mengerti kenapa dirinya berada di tempat seperti ini, sampai akhirnya seseorang datang dan membuatnya tahu mengapa ia berada di tempat yang asing itu. Arthur menurunkan pandangannya di hadapan orang itu. "Sudah cukup. Aku tidak mau lagi melihat omong kosong ini. Kau hanya akan menyakitiku, Grace." ucap Arthur yang seketika air matanya mengalir deras. Grace ingin memeluknya, namun Arthur segera menepis tangannya dan menjauh darinya. "Arthur, kau tidak seperti Arthur yang aku kenal. Ada apa denganmu?" tanya Grace. Arthur menatapnya dengan sorot mata yang penuh arti. "Kau, bukanlah Grace! Sudahi semua omong kosong ini! Aku tidak ingin lagi berhalusinasi atau berada di dunia mimpi denganmu! Kau tahu sendiri bahwa aku ingin bersamamu hanya di dunia nyata! Kenapa kau terus datang di pikiranku dan mengacaukan segalan

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Kegilaan

    Pemandangan klasik berupa langit malam yang penuh dengan bintang muncul lagi di hadapannya. Kali ini, ia tak melihat bahwa langit malam yang penuh dengan bintang itu indah. Ia melihatnya sebagai kegagalan, baik gagal dalam meraih impian, gagal sebagai teman, gagal sebagai seorang anak, bahkan gagal sebagai seorang manusia. Pikirannya terasa sangat begitu berat, begitu juga dengan napasnya. Arthur memutuskan untuk berdiam diri merenungkan kesalahannya sambil bersandar di pohon besar. Dirinya mengingat-ingat kembali betapa bodohnya dirinya di kehidupan yang lalu. Tanpa sadar matanya bergelimang air mata, "Aku takut. Aku takut untuk menghadapinya lagi! Aku takut aku mengulang kesalahan yang sama! Aku takut kalau akan gagal lagi! Aku benar-benar takut!" ujar Arthur yang berteriak-teriak sendiri hingga tubuhnya bergemetaran. Setelahnya menyadari percobaan bunuh dirinya tidak memenuhi harapan untuk mati dan tak kembali hidup. Arthur merasa lelah, keputusasaannya semakin besar. Ia terge

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Kegagalan

    Malam penghakiman telah tiba, ketiga orang itu bersujud di hadapan Arthur. Mereka memohon-mohon kepada Arthur demi keselamatan nyawa mereka. Mereka bergemetar ketakutan, kecuali Frederick Noah, dia tidak bersujud melainkan melotot seperti orang yang marah besar pada Arthur. Arthur menatapnya balik, "Aku sudah menduga ini. Tidak semudah itu bagi kalian u ditangkap oleh polisi. Sudahi saja peranmu sebagai tulang punggung dan hentikan sandiwara permainan keluarga ini, Noah." ujar Arthur yang menodongkan senjatanya ke kepalanya. Noah tidak gentar dan itu membuat Arthur semakin kesal. DOR! Arthur menembak kepala Oscar hingga berlubang dan mati dihadapan mereka. Tubuh Noah bergemetar, tapi ia tetap menatap Arthur dengan berani, sementara Bella segera memeluk Oscar sambil menangis. Perasaan Bella bercampur aduk antara marah dan sedih. "Apa yang telah kau lakukan! Huhu, kenapa kau membantai keluarga kami! Dasar monster!" teriak Bella. Tanpa basa-basi Arthur menembak Bella, DOR! Tapi t

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status