Share

Terperangkap Dalam Siklus Waktu
Terperangkap Dalam Siklus Waktu
Author: Nuri Atlaan

Kehidupan yang Panjang

Author: Nuri Atlaan
last update Huling Na-update: 2025-08-27 22:58:31

Matahari terbenam sambil meninggalkan cahaya oranye di langit. Semua murid di sekolah sudah diperbolehkan untuk pulang, pelajaran telah usai berlalu. Seorang anak laki-laki yang kala itu masih berusia 15 tahun, masih duduk di bangku kelas 1 SMA sedang mengayuh sepedanya dengan kencang.

Matanya berbinar-binar dengan wajah yang penuh harapan. Ia mendengar berita kemarin dari televisi akan ada sebuah meteor jatuh di dekat kota kecil tercintanya. Maka dari itu anak laki-laki itu mengayuh sepedanya dengan penuh semangat menuju bukit yang tinggi di belakang kotanya.

Anak laki-laki itu bernama Arthur James, dia hanyalah seorang anak laki-laki biasa. Pada malam harinya ia sampai di puncak bukit itu dengan nafas yang masih tersengal-sengal. Ia meletakan sepedanya di samping pohon besar sembari duduk bersandar di pohon itu.

Matanya berbinar-binar dan pantulan bintang di langit terlihat jelas dimatanya. Anak itu bergumam, "Pemandangan di atas sini memang terlihat lebih indah. Daripada cahaya yang berkilauan di tengah kota, kilauan cahaya di langit terlihat sangat indah dan alami."

Anak itu termenung untuk waktu yang lama selagi menunggu tanda-tanda sebuah meteor akan turun. Sebuah garis bercahaya putih terlihat di langit-langit, mata Arthur terbuka lebar, begitu juga dengan mulutnya yang kegirangan. Tapi sepertinya cahaya terang itu mengarah tepat kepadanya dan itu membuat Arthur terkejut.

Arthur tak sempat untuk melarikan diri, karena meteor itu mengarah kepadanya. Cahaya putih memenuhi pandangannya dan begitu silau. Begitu Arthur membuka matanya, ia melihat sosok manusia yang besar yang terlihat sangat berkilau. Dalam pikirannya hanya terbesit satu kata, yaitu 'Dewi'.

Sosok besar yang dia anggap Dewi itu berkata kepadanya, "Arthur James ... hanya orang beruntung saja yang bisa melihatku."

Arthur yang masih menganga lebar bertanya kepada sosok Dewi itu, "Apakah aku sudah mati?" itu adalah kata-kata pertama yang ia tanyakan kepadanya.

Dewi itu membalas pertanyaannya, "Kau belum mati. Keberadaanku disini hanya ingin memberimu pilihan. Kau bisa menolaknya atau menerimanya, hanya itu saja."

Sebuah meteor besar tadi yang mengarah kepadanya tiba-tiba menjadi sesosok Dewi. Hal ini benar-benar di luar akal sehat Arthur, ia masih tidak percaya dengan hal ini. Jadi Arthur hanya mengikuti perkataannya saja karena ia menganggap bahwa saat ini ia sedang bermimpi.

Dengan mata yang tajam dan penuh dengan keyakinan anak itu menjawab, "Pilihan apa yang akan kau tawarkan padaku?"

"Apakah kau menginginkan kekuatan untuk mengulang kehidupanmu kembali?" ujar Dewi itu.

Arthur saat itu kegirangan karena menganggap bahwa hal ini sangat luar biasa. Ia masih berpikir bahwa dirinya sedang berada di dalam sebuah mimpi, mimpi yang sangat luar biasa. Arthur langsung menganggukkan kepalanya tanpa berpikir panjang.

Dewi itu kemudian menjelaskan beberapa hal kepada Arthur, "Pertama, begitu kau mati, kau akan kembali dimana pertama kali kau mendapatkan kekuatan ini. Kedua, tidak ada batas berapa kali kau bisa mengulang kehidupanmu. Ketiga, Ingatan yang kau dapatkan di kehidupan sebelumnya tetap akan tersimpan dalam memorimu."

Lanjut Dewi itu menjelaskan kepada Arthur, "Keempat, semua orang yang mengenalmu akan melupakanmu setiap kali kau mengulang kehidupan. Lalu yang terakhir, jika kau sudah bosan, kau bisa membuat orang yang paling kau cintai menjadi orang yang paling ia benci dalam hidupnya."

Arthur sama sekali tak mempedulikan apa yang Dewi itu katakan kepadanya. Karena dia sedang asik menikmati mimpi ini. Seketika sosok Dewi itu meredup dan menghilang dari pandangannya. Arthur mendapati dirinya sedang tertidur bersandari di pohon besar di puncak bukit.

Ia memegangi pipinya dan bergumam, "Yang tadi itu, benar-benar terasa sangat nyata sekali."

Malam hari itu Arthur tidak melihat meteor yang katanya akan jatuh di dekat kotanya. Jadi Arthur segera pulang menuruni bukit menggunakan sepedanya. Arthur sedikit kecewa karena ia sangat berharap bahwa dirinya bisa melihat meteor jatuh dengan matanya sendiri, setidaknya sekali dalam hidupnya.

15 tahun telah berlalu begitu saja, Arthur menjadi sosok yang luar biasa. Ia meraih gelar S2-nya pada usia 23 tahun dan kemudian ia mengumpulkan uang dengan bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai direktur utama. Pada saat usianya yang ketiga puluh, ia menikah dengan seorang wanita impiannya.

Wanita itu bernama, Eleanor Grace. Dia adalah gadis yang Arthur sukai sejak pertama kali masuk SMA. Rambutnya berwarna kecoklatan, lurus, dan memiliki kulit yang putih seputih susu. Kalau ia tersenyum, siapa saja bisa jatuh cinta padanya.

35 tahun telah berlalu begitu cepat, kedua pasangan suami-isteri itu kini hidup dengan bahagia hingga memiliki banyak keturunan. Tapi saat itu juga, saat istrinya berumur 65 tahun, ia meninggalkan Arthur terlebih dahulu. Kepergiannya menimbulkan penderitaan dan luka yang dalam bagi Arthur.

Di depan makam istrinya Arthur sediang menangis terisak-isak. "Grace, aku tidak kuat jika melihatmu pergi lebih dahulu. Kumohon jangan tinggalkan aku pergi, Grace."

Anak dan cucunya menemani Arthur yang sedang terpuruk. Beban di punggungnya sedikit menghilang, tapi itu tidak cukup untuk menghilangkan seluruh penderitaannya karena kehilangan orang yang ia cintai. Setelah kematian istrinya Arthur jadi jarang makan dan banyak melamun dalam hidupnya.

Sampai-sampai Arthur sering sakit-sakitan dan sudah dibawa kedokteran tapi penyakitnya kambuh kembali. Pada akhirnya di usianya yang ke-67 Arthur telah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu juga jiwanya merasa bebas tanpa perlu Menahan kepedihan yang selama ini ia rasakan.

Semuanya telah berakhir dan berlaku begitu cepat, Arthur ingin bertemu dengan istrinya di alam sana. Tapi, kejadian yang mengejutkan dan tak terduga terjadi pada hidupnya. Arthur terkejut dan syok mendapati dirinya sedang duduk bersandar di sebuah pohon besar.

Ia menatap ke sekeliling seraya berkata, "Dimana aku? dan tempat apa ini? rasanya tidak asing,"

Arthur berdiri dan melihat-lihat, sampai ia akhirnya sadar begitu melihat sebuah sepeda miliknya di dekatnya. "Bukankah ini sepeda lamaku? Kenapa ada di sini? Tunggu sebentar, rasanya seperti aku, kembali ke masa lalu!"

Arthur terkejut seakan-akan ia tidak bisa menerima ini bahwa ia telah mengulang kehidupannya. Otaknya tidak bisa merespon seluruh hal yang tidak masuk akal ini. Pada akhirnya Arthur duduk termenung sementara di atas bukit itu untuk mencerna semua yang terjadi pada dirinya saat ini.

Ia mengingat-ingat kembali tentang keindahannya. "Mungkinkah ini adalah kesempatan kedua yang diberikan tuhan kepadaku? Kalau begitu aku harus menjadi diriku yang lebih baik lagi dari kehidupanku yang sebelumnya. Aku akan membuat Grace lebih bahagia dari kehidupan sebelumnya!" ucap Arthur dengan penuh keyakinan.

Malam itu juga dari atas bukit, Arthur melaju dengan kencang membiarkan sepedanya melaju tanpa kendali. "Wohoooooo! ini luar biasa! aku mendapatkan kesempatan keduaku!"

Arthur merasa sangat bahagia, dan berharap besok ia bisa bertemu dengan istrinya kembali di sekolah. Besok adalah hari yang besar baginya dan juga pertemuan yang spesial.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Realita

    Brak! Bruk! Bruak! Felix dan para anak buahnya mengobrak-abrik rumah hantu itu. Banyak orang yang ketakutan dan berlarian segera menjauh dari kekacauan itu. Sementara itu Arthur dan Grace masih terjebak di dalam rumah hantu itu, dengan berharap mereka tidak ketahuan."Bubarkan tempat ini! Aku yakin mereka masih berada di sini!" teriak Felix yang suaranya menggelegar bagaikan guntur.Semua anak buahnya ketakutan dan menurut atas perintah Felix. Mereka merobohkan bangunan dan penyangga rumah hantu ini. Tidak hanya membawa anak buahnya yang dari sekolah saja ternyata ia punya geng berandalan di belakangnya.Grace tampak ketakutan dan tubuhnya bergemetar sampai keringat membasahi wajahnya. Arthur memeluknya dengan erat sambil membelai rambutnya yang panjang. Air mata Grace berkaca-kaca mengetahui bahwa dirinya tidak akan bisa lolos dari Felix.Arthur menatap Grace sambil tersenyum tipis. "Grace, di belakangku ada lubang untuk keluar dari sini. Kau pergilah diam-diam dan biarkan aku yang m

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Jebakan

    Dunia terasa begitu indah dan menenangkan. Bunga-bunga bermekaran di taman menyambut sinar matahari yang datang. langit begitu bewarna, begitu juga dengan dunia ini. Semuanya terlihat begitu luar biasa, sangat sulit untuk diucapkan oleh kata-kata."Ya, aku mau. Arthur!" ucap seorang gadis yang rapuh.Tubuhnya bergemetar lemas bukan karena takut, tapi karena ia bisa merasakan kebebasan. Air matanya mengalir bukan karena sedih, tapi karena bahagia. Pelukan hangat membuatnya hidup kembali, bukan hanya Grace, Arthur juga merasakannya kembali."Terima kasih, karena telah memilihku. Grace. Aku sungguh, sungguh sangat bahagia sekarang." balas seorang laki-laki yang sama rapuhnya dengan gadis yang ia pelukSuaranya yang bergemetar menandakan akhir dari penderitaannya. Matanya yang berbinar-binar menandakan bahwa ia telah dihidupkan kembali. Raut wajahnya yang penuh emosional menandakan bahwa harapannya telah terjadi.Hari itu, dunia yang begitu kelam dan tak berwarna itu. Telah berubah menjad

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Pernyataan

    Besok paginya Arthur memulai hari dengan semangat yang membara. Bukan karena ingin bertemu dengan Grace, atau ingin melanjutkan perkelahiannya dengan Felix. Tetapi ia benar-benar dipenuhi semangat untuk sekolah yang sangat murni. Ia sudah tidak peduli lagi dengan permasalahan yang terjadi. Pikiran Arthur saat ini adalah jalani dan laksanakan. Entah masalah apa yang menimpanya nanti, itu bukan masalah besar. Arthur telah memikirkannya baik-baik dan ia telah memutuskan untuk menjadi orang yang lebih gila. Gila dengan keadaan sadar dan menguntungkan bukan gila yang membawa kerugian. Arthur baru saja sampai di sekolahnya, dan sudah ada Felix bersama dengan anak buahnya yang menghadangnya. Arthur tersenyum dan menyapa mereka, "Pagi! Bagaimana kabar kalian hari ini?" ujar Arthur yang mendekati mereka seolah-olah telah melupakan apa yang terjadi sebelumnya. Semua orang menatapnya dengan heran. "Apa kau sudah gila, Arthur?" tanya Felix sambil menatapnya dengan tajam.Arthur tersenyum le

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Kehidupan

    Setelah kejadian besar itu, Arthur segera pulang ke rumah dan berniat menyembunyikan tubuhnya yang kesakitan. Arthur sudah membicarakannya kepada Liam agar tidak mengadu kepada orang tua Arthur. Meskipun penampilannya seperti telah dipukili orang hingga babak belur, Arthur sudah menyiapkan akal-akalannya agar menghindari kekhawatiran orang tuanya. Arthur pulang ke rumah diam-diam tanpa membuat suara. "Arthur? Ada apa dengan wajahmu?" tanya ibunya. Arthur tersenyum dan berkata, "Bukan apa-apa Bu, tadi aku hanya terjatuh di tangga. Semuanya baik-baik saja, jadi jangan khawatir. Putramu sudah besar dan bisa mengurus diri." ucap Arthur dengan nada suara yang lembut. Ibunya mengelus-elus kepalanya, dan sebenarnya itu terasa sakit. Tapi Arthur menutupi rasa sakit itu dengan tersenyum lebar kepada ibunya. Ibunya menerima alasannya dan membiarkan Arthur lewat. Arthur berbaring di kasurnya dengan lega. Rasa nyeri di bagian yang di pukul Felix masih terasa begitu menyakitkan, terutama d

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Perkelahian

    Terjadi perkelahian yang hebat di kelas. Seorang berandalan yang berpengalaman dengan seorang murid biasa yang tak memiliki kemampuan bertarung. Perkelahian mereka terlihat tidak seimbang, anak berandalan itu terlihat lebih unggul dalam bertarung. Buagh! Duagh! Felix melayangkan tinju beratnya yang menghantam wajah Arthur. Arthur mencoba untuk bertahan dan menginjakkan kakinya dengan kuat agar tidak terjatuh. Pertarungan ini memang sudah tidak seimbang dari awal, kondisi Arthur sudah babak belur sekarang. Felix tersenyum menyeringai. "Kau masih belum aku hajar ya?" oceh Felix. Arthur tersenyum lebar dan berkata, "Setidaknya aku dapat mendaratkan beberapa pukulan padamu." ujar Arthur. Benar, Arthur yang tak memiliki kemampuan membela diri itu tidak sepenuhnya kalah telak oleh Felix. Melalui berbagai pengalaman hidup yang sudah ia jalani, dan juga adrenalin yang membara. Membuat Arthur menjadi sosok yang sangat gila, lebih gila dari pada dirinya di kehidupan sebelumnya. Felix

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Menerobos Maju

    Esok harinya, Arthur bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia berangkat bersama dengan Liam ke sekolah, karena malamnya mereka berjanjian untuk berangkat bersama. Saat mereka sedang bersepeda bersama, Arthur mengatakan sesuatu kepada Liam. "Hei, Liam. Apa kau yakin tidak mengenal seseorang yang bernama Nathaniel Thomas?" tanya Arthur untuk memastikan kembali. Liam menatapnya dengan heran dan dia mencoba mengingat-ingat kembali. "Aku yakin, aku sama sekali tidak mengenalnya. Bahkan mendengar namanya saja belum pernah. Apakah kau memiliki masalah dengan orang itu? Beritahu aku jika kau sedang dalam masalah." ujar Liam yang khawatir. Arthur menjawabnya dengan santai, "Tidak, tidak. Aku tidak memiliki masalah dengan siapapun saat ini." ucap Arthur. Rasa penasaran itu telah larut dalam pikiran Arthur dan membuatnya terus mengingatnya. Ia hanya berharap bahwa dia hanyalah orang biasa. Rasa kewaspadaan Arthur terhadap orang-orang yang ia temui semakin besar. Ini semua ia rancang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status