Share

Kesalahan Fatal

Author: Nuri Atlaan
last update Last Updated: 2025-09-02 18:59:07

Arthur tidak pernah menyangka atau bahkan ia tidak pernah memikirkan hal seperti ini. Melihat wanita pujaan hatinya menikah dan hidup bahagia dengan pria lain bahkan sampai memiliki anak. Berapa terlukanya hati Arthur melihat hal itu, hingga membuat air mata hampir keluar.

Mata mereka berdua bertemu untuk sesaat, namun dari reaksi Grace sepertinya ia tidak mengenal dirinya. Arthur berniat untuk berbicara dengannya langsung, tapi ia tidak ingin merusak hubungan keluarganya. Terlebih lagi ada anak-anak mereka, jadi Arthur menahan diri dan menunggu kesempatan untuk berbicara.

"Ada apa denganmu, kawan?" tanya Ethan.

Arthur tersenyum dan menjawab, "Tidak ada apa-apa, aku hanya teringat sesuatu."

Kata-katanya tidak mengandung hal apapun. Tapi wajah dan tatapan matanya tidak bisa berbohong. Saat sore hari telah tiba, tiba-tiba saja Grace berjalan sendirian untuk melihat progres rumahnya. Saat itu juga Arthur mengambil kesempatan untuk berbicara kepadanya.

Arthur menghampirinya dengan senyuman tipis yang kehilangan harapan. "Kita bertemu kembali, Grace. Sudah lama ya?" ujar Arthur.

Wajah Grace terlihat kebingungan, "Hmm, maaf. Kamu siapa ya?" tanya Grace.

"Hehe, aku terlihat berbeda ya. Aku Arthur, kita pernah sekelas di satu SMA yang sama." jawab Arthur dengan penuh harapan bahwa ia bisa mengingat dirinya.

Namun Grace masih terlihat kebingungan, seakan-akan dia tidak mengenali Arthur. "Mohon maaf karena aku tidak bisa mengenalmu. Karena sewaktu SMA aku kehilangan ingatanku, jadi maaf jika aku tak mengenalmu."

Mendengar Grace berkata seperti itu membuat Arthur sedih. Ia tak percaya jika Grace telah kehilangan ingatannya, jadi mereka terus mengobrol. Grace menjelaskan bahwa dia kehilangan ingatan sejak kelas satu SMA.

Dokter dan orang tuanya tidak menjelaskan kepadanya apa yang membuatnya kehilangan ingatannya. Saat itu juga Arthur menyadari bahwa yang membuat dia kehilangan ingatan adalah dirinya sendiri. Mungkin saja saat itu Grace trauma berat hingga sel-sel otaknya terdapat kerusakan, dan sebagian memorinya telah hilang.

"Baiklah, kalau begitu aku ingin pergi menemui suamiku lagi. Sampai jumpa." ucap Grace yang kemudian meninggalkan Arthur.

Arthur hanya terdiam merenungkan kembali kesalahan yang ia lakukan. Padahal mereka berdua dahulu begitu dekat, tapi entah kenapa dunia menjadi begitu asing baginya. Impian dan harapan yang dimiliki Arthur, kini sudah tidak lagi berguna.

Semuanya seolah-olah telah lenyap. Arthur sempat berpikir, "Untuk apa aku melanjutkan kehidupan ini jika orang yang aku cintai sudah tidak mengingatku?"

Teman kerjanya, Ethan datang, dan diam-diam dia sudah memperhatikan mereka berdua. Ethan sepertinya mengerti dengan apa yang terjadi di antara Arthur dengan Grace. Ethan menepuk pundak Arthur dan merangkulnya agar membuat hatinya tenang.

"Ethan, apa dari tadi kau memperhatikanku?" tanya Arthur dengan wajah datar yang matanya redup seperti kehilangan harapan.

Ethan memasang wajah iba, "Ya. Maaf jika itu membuatmu tidak nyaman. Tapi mau bagaimanapun juga, jika sesuatu yang bukan takdirmu, maka jangan paksakan itu." ujar Ethan.

Mendengar ucapan Ethan membuat Arthur marah, "Apa yang kau tahu tentangku! Dia bukan takdirku? Aku pernah menikahinya dan aku menjadi orang pertama yang menikahinya!" teriak Arthur yang amarahnya tak terkendali.

Semua orang yang ada di sana memperhatikan keributan itu tanpa tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua. Tidak ada yang melerai mereka berdua, semua pekerja yang ada di sana hanya menyaksikan pertengkaran kedua orang itu. Sampai pemilik rumah beserta keluarganya datang menyaksikan hal itu.

"Apa yang kau bicarakan? Apa kau sudah gila, Arthur!" ujar Ethan yang terlihat heran dengan tingkah laku Arthur.

Mata Arthur melotot lebar dan wajahnya begitu merah karena kesal. "Kau tidak tahu apapun tentangku! jadi, jangan berbicara seakan-akan kau mengetahui segalanya!" teriak Arthur.

Ethan terus mencoba menyadarkan temannya dengan berkata, "Sadarkan Arthur! Dia bukan milikmu! Lihatlah kenyataannya! Aku tahu ini menyakitkan, tapi kau harus tenang dulu sekarang."

Arthur sama sekali tidak bisa tenang. Amarah, kebencian, kedengkian, dan semua emosi buruknya telah menyelimuti pikiran dan hatinya. Arthur menatap suaminya Grace, hatinya terbakar dan membuat dirinya kehilangan kendalinya.

Arthur mengambil batang besi bangunan dan berlari ke arah suaminya Grace. Semua orang ingin menghentikan Arthur, tapi mereka semua tidak berani karena takut dengannya. Arthur yang dipenuhi oleh emosi negatif itu menusuk kepala suaminya hingga berlubang.

Kejadian itu membuat suasana menjadi mencengkram. Grace berteriak ketakutan sambil menangis terisak-isak, begitu pula dengan anaknya. Kejadian itu disaksikan oleh banyak orang, dan saat Arthur menjatuhkan batang besi itu, barulah semua orang yang ada di sana menahannya.

"Grace, apa kau mau menikah denganku?" itu adalah kata-kata pertama yang diucapkan oleh Arthur setelah membunuh seseorang.

Grace terjatuh karena kakinya lemas. "Kau, aku ingat siapa kau! Kau adalah seorang pembunuh! Pembunuh! Pembunuh!" teriak Grace.

Kejadian itu membuat Grace kehilangan kontrol atas dirinya. Trauma yang mendalam menyelimuti dirinya hingga menusuk jiwanya. Tidak hanya dirinya saja, tapi juga anak-anak mereka yang menyaksikan hal itu di depan mata mereka secara langsung.

Tak lama Grace mengalami kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Arthur dipukuli oleh orang-orang sebelum akhirnya ia dibawa ke pengadilan. Kejadian ini membuat semua orang yang mengasihani Arthur kehilangan kepercayaannya dan kecewa. Salah satunya adalah Ethan yang sebagai teman dekatnya.

Arthur divonis hukuman mati digantung. Kejahatannya telah menimbulkan kekhawatiran banyak orang. Sebelum waktu penghakiman, Arthur diberi kesempatan terakhir, apakah ada sesuatu yang ingin dia lakukan sebelum menjelang kematiannya.

Satu jam sebelum penghukuman Arthur diberikan. Ethan datang menemuinya, wajahnya terlihat sangat kecewa kepadanya. "Arthur, kukira kita bisa menjadi sahabat yang baik, aku masih ingin tahu banyak tentangmu. Karena saat pertama kali aku melihatmu, kau terlihat begitu sedih dan terpuruk." jelas Ethan.

Arthur menatapnya dengan tatapan kosong. "Kau pasti menyesal telah berteman denganku bukan? Katakan saja! Aku ingin mendengarnya!" jawab Arthur.

"Tidak, aku sama sekali tak menyesal. Karena banyak hal yang bisa dipelajari darimu. Aku hanya kecewa, hanya itu saja yang ingin kukatakan padamu. Terima kasih, Arthur." ucap Ethan yang kemudian dia pergi.

Arthur tidak menyangka bahwa dia masih bisa memaafkannya begitu saja. Padahal dirinya adalah seorang pembunuh, Arthur tak habis pikir bagaimana dia masih bisa memaafkan dirinya. Hati Arthur sedikit tersentuh dengan kata-katanya.

Sebuah pintu di depannya terbuka lebar. Seorang wanita menggunakan baju pasien masuk sambil dibantu oleh seorang perawat disampingnya. Ia melihat Grace yang terlihat seperti kehilangan akal sehatnya.

"Grace? Apa yang terjadi padamu?" tanya Arthur dengan nafas yang berat.

Perawat yang membantunya berjalan berkata kepadanya, "Otaknya mengalami kerusakan parah. Beliau menjadi tidak bisa menggunakan otaknya dengan baik, hingga akhirnya menjadi seperti ini."

Betapa hancurnya hati Arthur melihat wanita pujaannya menjadi seperti itu karena dirinya. Arthur menangis dengan kencang dan menyesali semua perbuatannya. Tapi semua penyesalan itu kini sudah tidak ada lagi gunanya. Arthur telah melakukan kesalahan yang fatal kepada dirinya, keluarganya, temannya, dan juga cintanya.

Sebuah tali tambang diikat ke leher Arthur, dan waktu penghukuman telah tiba. Arthur berjalan menaiki tangga dan berdiri di tepi. Para petugas yang memberi hukuman Arthur kemudian mendorongnya hingga akhirnya Arthur tersangkut dan tercekik lalu meninggal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Realita

    Brak! Bruk! Bruak! Felix dan para anak buahnya mengobrak-abrik rumah hantu itu. Banyak orang yang ketakutan dan berlarian segera menjauh dari kekacauan itu. Sementara itu Arthur dan Grace masih terjebak di dalam rumah hantu itu, dengan berharap mereka tidak ketahuan."Bubarkan tempat ini! Aku yakin mereka masih berada di sini!" teriak Felix yang suaranya menggelegar bagaikan guntur.Semua anak buahnya ketakutan dan menurut atas perintah Felix. Mereka merobohkan bangunan dan penyangga rumah hantu ini. Tidak hanya membawa anak buahnya yang dari sekolah saja ternyata ia punya geng berandalan di belakangnya.Grace tampak ketakutan dan tubuhnya bergemetar sampai keringat membasahi wajahnya. Arthur memeluknya dengan erat sambil membelai rambutnya yang panjang. Air mata Grace berkaca-kaca mengetahui bahwa dirinya tidak akan bisa lolos dari Felix.Arthur menatap Grace sambil tersenyum tipis. "Grace, di belakangku ada lubang untuk keluar dari sini. Kau pergilah diam-diam dan biarkan aku yang m

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Jebakan

    Dunia terasa begitu indah dan menenangkan. Bunga-bunga bermekaran di taman menyambut sinar matahari yang datang. langit begitu bewarna, begitu juga dengan dunia ini. Semuanya terlihat begitu luar biasa, sangat sulit untuk diucapkan oleh kata-kata."Ya, aku mau. Arthur!" ucap seorang gadis yang rapuh.Tubuhnya bergemetar lemas bukan karena takut, tapi karena ia bisa merasakan kebebasan. Air matanya mengalir bukan karena sedih, tapi karena bahagia. Pelukan hangat membuatnya hidup kembali, bukan hanya Grace, Arthur juga merasakannya kembali."Terima kasih, karena telah memilihku. Grace. Aku sungguh, sungguh sangat bahagia sekarang." balas seorang laki-laki yang sama rapuhnya dengan gadis yang ia pelukSuaranya yang bergemetar menandakan akhir dari penderitaannya. Matanya yang berbinar-binar menandakan bahwa ia telah dihidupkan kembali. Raut wajahnya yang penuh emosional menandakan bahwa harapannya telah terjadi.Hari itu, dunia yang begitu kelam dan tak berwarna itu. Telah berubah menjad

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Pernyataan

    Besok paginya Arthur memulai hari dengan semangat yang membara. Bukan karena ingin bertemu dengan Grace, atau ingin melanjutkan perkelahiannya dengan Felix. Tetapi ia benar-benar dipenuhi semangat untuk sekolah yang sangat murni. Ia sudah tidak peduli lagi dengan permasalahan yang terjadi. Pikiran Arthur saat ini adalah jalani dan laksanakan. Entah masalah apa yang menimpanya nanti, itu bukan masalah besar. Arthur telah memikirkannya baik-baik dan ia telah memutuskan untuk menjadi orang yang lebih gila. Gila dengan keadaan sadar dan menguntungkan bukan gila yang membawa kerugian. Arthur baru saja sampai di sekolahnya, dan sudah ada Felix bersama dengan anak buahnya yang menghadangnya. Arthur tersenyum dan menyapa mereka, "Pagi! Bagaimana kabar kalian hari ini?" ujar Arthur yang mendekati mereka seolah-olah telah melupakan apa yang terjadi sebelumnya. Semua orang menatapnya dengan heran. "Apa kau sudah gila, Arthur?" tanya Felix sambil menatapnya dengan tajam.Arthur tersenyum le

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Kehidupan

    Setelah kejadian besar itu, Arthur segera pulang ke rumah dan berniat menyembunyikan tubuhnya yang kesakitan. Arthur sudah membicarakannya kepada Liam agar tidak mengadu kepada orang tua Arthur. Meskipun penampilannya seperti telah dipukili orang hingga babak belur, Arthur sudah menyiapkan akal-akalannya agar menghindari kekhawatiran orang tuanya. Arthur pulang ke rumah diam-diam tanpa membuat suara. "Arthur? Ada apa dengan wajahmu?" tanya ibunya. Arthur tersenyum dan berkata, "Bukan apa-apa Bu, tadi aku hanya terjatuh di tangga. Semuanya baik-baik saja, jadi jangan khawatir. Putramu sudah besar dan bisa mengurus diri." ucap Arthur dengan nada suara yang lembut. Ibunya mengelus-elus kepalanya, dan sebenarnya itu terasa sakit. Tapi Arthur menutupi rasa sakit itu dengan tersenyum lebar kepada ibunya. Ibunya menerima alasannya dan membiarkan Arthur lewat. Arthur berbaring di kasurnya dengan lega. Rasa nyeri di bagian yang di pukul Felix masih terasa begitu menyakitkan, terutama d

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Perkelahian

    Terjadi perkelahian yang hebat di kelas. Seorang berandalan yang berpengalaman dengan seorang murid biasa yang tak memiliki kemampuan bertarung. Perkelahian mereka terlihat tidak seimbang, anak berandalan itu terlihat lebih unggul dalam bertarung. Buagh! Duagh! Felix melayangkan tinju beratnya yang menghantam wajah Arthur. Arthur mencoba untuk bertahan dan menginjakkan kakinya dengan kuat agar tidak terjatuh. Pertarungan ini memang sudah tidak seimbang dari awal, kondisi Arthur sudah babak belur sekarang. Felix tersenyum menyeringai. "Kau masih belum aku hajar ya?" oceh Felix. Arthur tersenyum lebar dan berkata, "Setidaknya aku dapat mendaratkan beberapa pukulan padamu." ujar Arthur. Benar, Arthur yang tak memiliki kemampuan membela diri itu tidak sepenuhnya kalah telak oleh Felix. Melalui berbagai pengalaman hidup yang sudah ia jalani, dan juga adrenalin yang membara. Membuat Arthur menjadi sosok yang sangat gila, lebih gila dari pada dirinya di kehidupan sebelumnya. Felix

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Menerobos Maju

    Esok harinya, Arthur bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia berangkat bersama dengan Liam ke sekolah, karena malamnya mereka berjanjian untuk berangkat bersama. Saat mereka sedang bersepeda bersama, Arthur mengatakan sesuatu kepada Liam. "Hei, Liam. Apa kau yakin tidak mengenal seseorang yang bernama Nathaniel Thomas?" tanya Arthur untuk memastikan kembali. Liam menatapnya dengan heran dan dia mencoba mengingat-ingat kembali. "Aku yakin, aku sama sekali tidak mengenalnya. Bahkan mendengar namanya saja belum pernah. Apakah kau memiliki masalah dengan orang itu? Beritahu aku jika kau sedang dalam masalah." ujar Liam yang khawatir. Arthur menjawabnya dengan santai, "Tidak, tidak. Aku tidak memiliki masalah dengan siapapun saat ini." ucap Arthur. Rasa penasaran itu telah larut dalam pikiran Arthur dan membuatnya terus mengingatnya. Ia hanya berharap bahwa dia hanyalah orang biasa. Rasa kewaspadaan Arthur terhadap orang-orang yang ia temui semakin besar. Ini semua ia rancang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status