Share

6. Ciuman Gila Suamiku

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2024-01-02 17:28:18

"Istriku sayang, inilah yang dinamakan sebuah ciuman."

Richard mengatakan itu, lantas membungkuk dan meraih daguku dengan satu tangan agar aku memandangnya.

Lalu, tanpa ragu sama sekali, dia pun menutupi bibirku dengan bibirnya. Saat aku mencoba menarik wajahku ke belakang, dia langsung menopang bagian belakang kepalaku dengan satu tangan untuk mencegahku melarikan diri.

Tempat tidurnya sedikit bergoyang. Richard melompat ke tempat tidur dalam sekejap, menopang tubuhnya dengan tangannya dan mengunciku di dalamnya.

"Mmmmhh!"

Aku sedikit berteriak saat lidah Richard mulai bergerak-gerak dengan sungguh-sungguh di mulutku.

Mula-mula lidah itu menembus setiap gigi seolah menghitung jumlah gigi di mulutku, lalu masuk lebih dalam dan dengan lembut menggaruk langit-langit mulutku.

Meskipun aku tidak pernah punya pengalaman dengan pria lain, tapi aku yakin. Pria ini, suamiku, adalah pencium yang sangat baik.

Bibir lembutnya yang menyentuh leherku sungguh merangsang, sehingga aku mengalihkan pandangan secara reflek.

Richard segera menyentuh pipiku dan mengarahkan wajahku menghadap ke arahnya.

"Lihat aku, Jeany."

Lidah merah Richard menjilat bibirku, warnanya sama dengan milikku. Penampilannya begitu sensual dan luar biasa sehingga aku memejamkan mata.

"Aku sdah bilang kalau kamu buat harus lihat wajah suamimu, Jeany."

Dia memperingatkan. Suaranya yang tegas membuat aku merinding.

Perlahan aku membuka mataku, dan Richard tersenyum padaku seolah aku telah melakukan pekerjaan dengan baik sebelum menggigit bibir bawahku.

Saat aku tersentak dan tanpa sadar dan membuka mulutku, segumpal daging panas menembus ke dalam sana.

Lidah Richard mengusap lembut bagian dalam mulutku, tidak cepat maupun lambat. Saat dia terus menstimulasiku, perasaan mendesak yang aku tidak tahu sedang terbangun muncul di dalam diriku.

Panas menggenang di perutku dan menyapuku dalam gelombang.

Tanpa diminta, tubuhku melompat dan menekan dada Richard yang kokoh, dan baru setelah aku merasakan daging orang lain menempel di tubuhku, nafsuku sedikit mereda.

"Mm, ahh."

Erangan yang keluar dari sela-sela gigiku, membuat pria yang sedang menciumku itu tersenyum.

Richard menarik diri, tampak puas dengan reaksiku. Aku yang merasa frustasi dengan ciuman yang luar biasa ini, tanpa sadar dengan berani menjambak rambut hitamnya dengan penuh semangat, mendambakan bibir pria itu dengan rakus. Tenggorokanku kering karena air liur yang manis dan hangat.

"Haah, haah, haah."

Aku terus mengeluarkan suara erangan aneh, sementara dadaku rasanya ingin meledak karena sensasi ciuman yang begitu panas.

"Bagus, Jeany. Jangan ditahan," bisik Richard, membelai lembut leherku dengan lidahnya yang panas, sehingga tubuhku gemetar secara reflek. Perasaan aneh membanjiri diriku seperti ektasi.

Ciuman pria ini benar-benar membuat aku gila sehingga membuat aku menginginkan lebih dan lebih.

Richard yang terlihat sangat senang dengan erangan yang keluar dari mulutku, menciumku lebih dalam dan dalam. Lidah kami kembali terjerat dan jantungku berdegup sangat kencang.

Setiap kali kami berciuman, aku seperti kehilangan jiwaku. Apalagi saat berpikir bahwa bagaimana pria yang sangat tampan ini, terlihat begitu menginginkan diriku.

"Rich, ahh."

Ciuman Richard semakin memanas, dia sungguh pencium yang handal.

Saat aku sibuk memikirkan siapa wanita yang sering dicium oleh Richard, tiba-tiba suamiku itu menatap mataku dan melepaskan bibirnya.

"Sepertinya kamu punya waktu untuk memikirkan

hal lain, istriku."

"Apa? Oh!"

Bibirnya nmenyentuh tengkukku. Sensasi yang dia berikan membuat aku menjerit tanpa sadar.

"Tunggu! Tunggu!"

Aku tiba-tiba ingat jika harus mengatakan sesuatu yang sangat penting kepada Richard, jadi aku meraih bahunya dan mendorongnya. Meski begitu, dia menjilat leherku dan akhirnya mulai menggigit dan menghisap.

"Tunggu! Rich... ada yang ingin kukatakan!" seruku lagi.

Ketika aku terus berteriak bahwa aku ingin mengatakan sesuatu, Richard menarik leherku

dengan keras dan menjauh.

"Dalam situasi ini... apa yang ingin kamu katakan, Jeany?"

Aku bisa merasakan suaranya sangat pelan, terlihat terganggu dengan interupsi dariku.

Meski begitu, bibirnya kembali mendekat dan menyentuh leherku sehingga tubuhku rasanya mendingin karena stimulasi.

Richard sepertinya sama denganku, dari gerakannya yang tak sabar, aku yakin dia sedang terangsang karena ciuman kami ini.

Meski begitu, aku harus tetap mengatakan ini demi keselamatan jiwaku.

"Janjimu. jangan lupa. Kamu harus menepati janjimu untuk tidak langsung membunuhku setelah kita menikah, Rich."

Segera setelah aku selesai berbicara, mata suamiku yang tampan itu, yang awalnya dipenuhi panas, mendingin dengan cepat.

Gemetar, aku sedikit menghindari memandangnya agar tidak terlihat kalau tidak terlalu peduli dengan situasi Richard sekarang.

Aku harus mendapatkan janji itu, demi mengamankan masa depanku!

Bagaimana jika setelah dia puas menciumku, dia langsung membunuhku? Itu sangat menakutkan.

"Jeany."

Richard yang beberapa saat lalu mundur dengan ekspresi terganggu, kini mendekatkan wajahnya dan menatap mataku dengan dingin.

"Kalau kamu melakukan tugasmu dengan baik sebagai istriku, aku tidak akan berkata apa-apa lagi."

Mendengar kata-kata Richard itu, aku memandangnya dalam diam, lega.

Untuk saat ini, bendera kematian yang menakutkan itu telah menjauh dariku.

"Tadi sudah cukup bagiku untuk merasa puas."

Mendengar kata-katanya yang ambigu, aku bertanya dengan kebingungan.

"Maksudnya itu apa—"

"Jangan bicara lagi, Jeany."

Richard memotong dengan dingin, dia hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan, seolah menolak untuk berbicara lebi jauh.

Apa yang membuat dia cukup puas? Apakah itu ciuman kami tadi?

Meski aku masih kebingungan, Richard sepertinya tak berniat memberi tahu lebih jauh.

"Aku rasa aku tidak akan bisa mengendalikan diri jika tetap di sini," ucapnya tiba-tiba.

Richard mengatakan itu dan menutup mulutku dengan bibirnya sendiri tanpa harus membuka mulutku lagi.

Itu adalah ciuman yang sangat intens dan

mengerikan, sangat berbeda dari ciuman

sebelumnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
LenHa Bundanya Furqon
terlalu bertele² ...
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
jenny jangan cerewet...kau harus bisa mengendalikan hati Richard...agar dia tak semena² padamu
goodnovel comment avatar
Pauline Phong
betul2 seronoknya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   659.

    Lyodra berdiri di balkon, wajahnya pucat. Foto-foto Shane, ancaman yang menekan, dan ultimatum Jamie terus menyesakkan dadanya. Saat pintu terbuka, Jamie masuk dengan tatapan tajam. “Aku sudah cukup, Ly,” ucapnya tegas. “Aku tahu semua permainan Shane. Tapi yang paling penting—aku harus tahu… kamu ada di pihak siapa? Aku atau dia?” Lyodra tercekat. “Jamie… kamu tahu jawabannya. Aku memilih kamu, aku selalu memilih kamu. Aku hanya takut kalau—” Jamie menghentikannya dengan langkah cepat, meraih bahunya. “Tidak ada ‘kalau’, Ly. Kalau kamu masih diam, kalau kamu masih biarkan dia mengaturmu, kita berdua hancur. Aku tidak akan mundur.” Air mata Lyodra jatuh. “Aku hanya tidak ingin kehilanganmu…” “Kamu tidak akan kehilangan aku. Yang akan kita singkirkan adalah Shane.” Jamie menarik Lyodra dalam pelukan, lalu menatapnya dengan api di mata. “Mulai malam ini, aku melawan balik. Bukan hanya untukku, tapi untuk kita.” Bab Konfrontasi Hari itu, ruang rapat besar dipenuhi para

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   658.

    Malam itu kantor pusat Alexandro Corp terasa dingin. Lampu-lampu masih menyala meski sudah lewat jam kerja. Jamie berjalan cepat menuju ruang rapat utama, wajahnya dingin, rahang mengeras. Di tangannya ada berkas—bukti transaksi keuangan yang akhirnya membuka semua tabir Shane. Di ruangan itu, Shane sudah menunggu dengan senyum penuh kepalsuan. Jupiter duduk di sampingnya, terlihat tegang, tetapi masih berusaha menutupi dengan sikap tenang. Jamie menghentikan langkahnya, berdiri di ujung meja panjang. “Akhirnya permainan kalian terbongkar,” ucapnya dingin. Shane menepuk-nepuk meja, seolah masih punya kendali. “Kau pikir bisa menang hanya dengan selembar kertas, Jamie?” suaranya licin. “Semua orang di perusahaan ini tahu aku lebih berpengalaman darimu. Dan Lyodra… dia sudah cukup sering menemuiku. Kau yakin masih bisa mempercayainya?” Jamie mengepalkan tangan, tapi tetap menatap tajam. “Berhenti bawa-bawa namanya. Kau yang menyeret Lyodra ke dalam permainan kotormu.” Jupiter a

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   657.

    Lyodra berdiri terpaku di ruang kerjanya yang sunyi. Ponselnya bergetar berkali-kali, layar menampilkan pesan baru dari nomor asing. Dengan jemari gemetar, ia membuka pesan itu. [Pesan masuk: Kau terlihat sangat panas malam itu, Ly. Jamie pasti bangga punya tunangan yang bisa seperti ini di mobil dengan pria lain. Tapi bagaimana kalau aku sebarkan foto ini ke media? Atau langsung ke keluarganya?] Lyodra menutup mulut dengan tangan. Napasnya tercekat. Foto-foto itu… dirinya bersama Jamie di dalam mobil, basah oleh gairah yang nyaris melampaui batas. Sudut foto diambil dari jauh, tapi cukup jelas menunjukkan wajah mereka. "Shane…" gumamnya, tubuhnya melemas. Belum sempat ia membalas, ponselnya kembali bergetar. [Kau tahu apa yang kuinginkan, Ly. Datang temui aku malam ini. Jangan biarkan Jamie tahu. Atau aku akan pastikan fotomu jadi viral.] Lyodra menunduk, matanya berair. Ia memikirkan Jamie—tuan yang begitu dingin, keras, sekaligus pria yang membuatnya jatuh cinta tanpa bisa m

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   656

    Malam itu kantor Jamie terasa lebih sunyi daripada biasanya. Lampu di ruangan CEO hanya menyisakan temaram, sementara pria itu duduk di kursinya dengan wajah keras. Jemarinya mengetuk meja, irama pelan yang menandakan pikirannya sedang bekerja keras. “Jadi kau yakin, semua jejak itu mengarah pada Shane?” Jamie menatap tajam salah satu staf kepercayaannya yang melapor lewat dokumen di tangannya. “Ya, Tuan. Kami menemukan pola yang sama, foto-foto yang disebarkan berasal dari sumber yang selalu kembali ke jalur Shane. Dan ada indikasi Jupiter dilibatkan, meski tidak sepenuhnya sadar.” Jamie menghela napas panjang. Matanya meredup, amarah dan kecewa bercampur jadi satu. Ly. Gadis itu sudah cukup menderita, tapi sekarang malah dijadikan umpan. Jamie menegakkan tubuh, sorot matanya berubah dingin. “Kalau begitu… kita tidak lagi hanya bertahan. Saatnya menyerang.” --- Di sisi lain, Lyodra duduk di kamarnya. Ponselnya kembali bergetar—nama Shane muncul di layar. Tangannya gemetar, tapi

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   655.

    Langkah Jamie terdengar berat menghentak lantai marmer saat ia masuk ke ruang rapat pribadi yang kosong di lantai atas. Satu tangan memegang ponsel, satu lagi terkepal erat di saku. Matanya hitam, dingin, penuh bara yang siap meledak. Shane sudah menunggunya di sana. Duduk santai dengan setelan jas abu-abu muda, seolah ruangan itu adalah miliknya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, senyum yang bagi Jamie lebih menusuk daripada seribu kata. “Jamie,” Shane membuka suara, tenang, seperti ular yang menggeser tubuhnya di antara rerumputan. “Cepat juga kamu datang. Aku kira kamu sibuk memanjakan tunangan cantikmu itu.” Jamie menahan napas, dadanya naik turun cepat. “Berhenti mutar-mutar. Apa maksudmu mengirim foto itu padaku?” Shane terkekeh ringan. “Oh, jadi kamu terima ya? Bagus. Aku hanya… peduli. Bukankah wajar kalau sahabat memperingatkan sahabatnya?” Jamie menghempaskan ponselnya ke meja, layar masih menyala dengan foto Lyodra dan Jupiter. “Kamu sebut ini peduli? Ini fitnah, Shane

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   654.

    “Ly… kamu serius? Kamu diam-diam ketemu Jupiter tanpa bilang apa-apa ke aku?” Suara Jamie pecah, rendah namun penuh bara. Lyodra membeku, kedua tangannya bergetar memegang tas kerjanya. “Aku… aku cuma—” “Cuma apa?” Jamie mendekat, wajahnya begitu dekat sampai Lyodra bisa merasakan hembusan napasnya. Mata hitam itu berkilat tajam, campuran luka dan cemburu yang tak tertahan. “Cuma ingin membuatku terlihat seperti orang bodoh? Atau cuma ingin memberi celah pada Shane untuk menertawakan kita?” “Aku nggak berniat menyakitimu, Jamie!” suara Lyodra pecah, hampir berbisik. “Aku hanya bingung… aku tertekan. Shane… dia—” Jamie langsung meraih bahunya, menahan tubuhnya agar tak bergeser. “Shane apa? Katakan.” Tatapan Lyodra bergetar. Ada rahasia yang menyesakkan dada, ada ancaman foto-foto Shane yang terus menghantuinya. Tapi kata-kata itu terhenti di tenggorokannya. “Aku nggak bisa,” lirihnya. Jamie terkekeh dingin, nyaris menyakitkan. “Nggak bisa atau nggak mau? Bedanya tipis, Ly.” K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status