Share

7. Malaikat Penyelamat

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2024-01-02 19:41:47

"Richard di mana?"

Pagi hari, saat aku pergi sarapan, ku tanyakan kepada kepala pelayan di mana Richard, suamiku.

"Tuan Richard tidak pernah sarapan, Nyonya. Dan beliau sekarang telah berangkat lebih awal untuk pergi ke kantor."

Ethan, sang kepala pelayan menjawab.

"Hmm, baiklah."

Itu cukup bagus, toh aku juga belum tentu berani memandang wajah pria itu setelah kejadian semalam. Meski dia langsung pergi dan terlihat marah karena aku membicarakan hal yang merusak moodnya, aku masih merasa malu dengan ciuman kami.

Hari ini aku kembali dibuat kagum dengan pelayanan rumah ini yang seperti hotel bintang lima, makanannya juga sangat enak sehingga aku menghabiskan sarapan dengan hati senang.

"Sesuai perintah dari tuan Richard, mulai hari ini Anda akan pindah dan tinggal di kamar utama, di mana tuan Richard juga tidur di sana."

Ethan mengatakan itu padaku saat aku selesai sarapan, sedangkan aku yang mendengar berita mengejutkan itu, melongo menatap dirinya.

"Hah?"

Ini serius?

Kenapa... kenapa dia malah mengajak aku tinggal bersama di kamarnya? Itu pasti akan menjadi situasi yang canggung, kan? Apalagi setelah ciuman kami tadi malam.

Apa sih yang Richard inginkan?

Ah, benar.

Bukankah sekarang posisiku adalah tawanan? Merupakan pilihan baik untuk menaruhku sedekat mungkin dengannya. Mungkin seperti itu?

Menyadari fakta bahwa aku di sini bukan sebagai pengantin normal pada umumnya, aku menganggukkan kepala dengan tanpa semangat.

"Baiklah, tolong urus semuanya," ucapku pada kepala pelayan. Ethan yang tampak profesional itu mengangguk seolah sudah menunggu.

"Ohya satu lagi. Beliau juga memberi perintah bahwa Anda tidak boleh keluar dari rumah ini tanpa seizinnya. Tapi, jika Anda ingin berkeliling untuk melihat-lihat isi rumah, silakan."

"Baik, terimakasih, Pak," jawabku dengan tulus.

"Panggil saja saya Ethan dengan nyaman, Nyonya."

Ethan menyuruh aku memanggilnya dengan nama, sehingga aku tak ada pilihan selain mengangguk.

"Baik, Ethan."

Setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan, Ethan akhirnya undur diri.

Dalam sekejap, karena ke profesionalan Ethan, aku sudah dipindah ke kamar utama, tepatnya kamar tidur Richard.

"Wah, gila. Kamarnya jauh lebih mewah dari kamarku," ucapku dengan mulut ternganga.

Meski kamar Richard ini didekorasi dengan minimalis, tapi kesan mewah dan elegannya sangat kental, kamar ini benar-benar mengingatkan aku pada pemiliknya.

Saat aku sedang duduk di sofa sambil mengagumi kemewahan kamar Richard, sebuah pesan masuk ke ponselku.

Dari Richard.

[Jangan pernah berani-berani melarikan diri dari rumahku, Jeany. Atau aku akan memotong kakimu sehingga tak bisa berjalan lagi. Ini hukuman untukmu, karena telah menyakitiku di masa lalu.]

Patuh, aku segera menjawab.

[Baik, Rich.]

Tak ada jawaban lagi dari Richard, meski begitu, aku tiba-tiba jadi kesusahan bernapas.

"Huufft, aku selalu merasa tegang setiap berbicara dengannya. Kenapa dia sekarang sangat menakutkan?" desahku, memegang dada yang terasa sesak karena tegang.

"Huuuh, Richard buat orang tidak mood saja."

Aku menggerutu dan berjalan keluar kamar, sudah kehilangan minat mengagumi kamar baruku.

"Ethan, aku sangat bosan di kamar dan ingin berkeliling, bolehkah?" tanyaku pada kepala pelayan.

Ethan segera menyetujui permintaanku dan memanggil Mayes, pengasuh Richard.

"Baiklah, saya akan meminta Mayes menemani Anda, Nyonya."

Setelah Mayes datang, wanita itu dengan sopan membimbing diriku berkeliling rumah Richard yang mewah dan sangat luas.

"Wow, ini benar-benar istana," gumamku dengan ekspresi terpesona.

Mayes tersenyum melihat reaksiku dan menjelaskan setiap fungsi salah tempat-tempat yang aku tunjuk.

Di rumah mewah ini, hanya Ethan, Mayes dan koki serta asistennya yang tinggal menginap. Pelayan lain biasanya datang di pagi hari dan pulang sore hari. Itu karena Richard tidak terlalu suka ada banyak orang di rumahnya.

Capek berkeliling, aku memutuskan untuk istirahat di salah satu taman rumah Richard yang indah. Di sana ada sebuah gazebo yang nyaman sehingga aku bisa duduk duduk dengan santai.

"Ini aneh."

Aku yang mulai menyadari ke absurd an sikap Richard, termenung sendiri.

Richard jelas-jelas bilang bahwa dia akan memenjarakanku, tapi menaruhku di rumahnya yang super mewah, rasanya seperti tidak dipenjara, bukan?

"Bodohnya aku. Ternyata semenyenangkan ini dipenjara. Pokoknya aku harus terus berbuat baik ke Richard dan berakting bahwa aku mencintai dirinya, sehingga aju bisa terus menikmati kenyamanan ini," ucapku, penuh tekad.

Aku menyeringai senang saat ingat betapa sopan dan baiknya para pelayan di sini, sehingga aku ingin terus hidup seperti sekarang, di mana tak perlu lagi bersusah payah mencari uang demi kehidupanku yang menyedihkan.

"Aku harus berakting lebih baik lagi nanti, demi hidup yang sangat nyaman ini."

Aku tertawa sendiri, memikirkan akting seperti apa yang harus kulakukan, supaya membuat Richard luluh dan percaya bahwa aku mulai jatuh cinta padanya.

"Cita-citaku untuk hidup hanya dengan makan dan tidur sepertinya tercapai hari ini."

Aku memandang langit dengan ekspresi puas. Ini benar-benar kehidupan seperti di syurga. Aku memakai gaun cantik, berdandan cantik dan tidak perlu bekerja.

"Dia melakukan semua ini tanpa paksaan dariku, jadi harus menikmatinya saja, kan?" ucapku dengan tawa senang, saat sadar bahwa kurungan yang dimaksud Richard ternyata senyaman ini.

Richard kemarin bilang bahwa dia akan mengurungku di rumahnya dan berkata bahwa ini hukuman untukku. Namun, kini aku sendiri sebenarnya bingung, apa yang dilakukan Richard ini merupakan hukuman atau apa?

"Dia bilang ini hukuman dan penjara? Penjara apa yang senyaman ini? Aku mau terus dipenjara kalau seperti ini," ucapku, lagi-lagi tertawa terbahak-bahak, seperti orang gila.

Bagaimana aku tidak senang.

Itu karena, pada kenyataannya bukankah Richard ternyata memperlakukanku dengan sangat baik?

Aku diberi tempat tinggal mewah, pakaian bagus dan makanan yang enak. Semua kebutuhanku terpenuhi dengan baik dan aku bahkan tak perlu melakukan apa pun di sini.

"Ini seperti... perlakuan kepada orang yang dia cintai. Benar, kan?"

Memikirkan Richard yang sekarang ternyata masih mencintaiku, pipiku merona merah.

Dulu dia memang bukan tipe ku, tapi sekarang, dengan tubuhnya yang indah dan wajahnya yang begitu jantan. Bagaimana aku tidak terpesona?

Dia yang sekarang terlihat kejam, tapi aku justru tertarik pada sisi Richard yang seperti ini.

Pipiku kembali merona saat membayangkan bagaimana kami melakukan malam pertama. Dengan tubuh Richard yang seperti itu, malam pertama kami... pasti akan penuh gairah, bukankah begitu?

Saat sedang asyik memikirkan tubuh Richard yang seksi, Mayes, wanita paruh baya yang memperkenalkan diri sebagai pengasuh Richard, tiba-tiba datang dengan troli penuh makanan ringan serta minuman.

"Nyonya, ini cemilan siang untuk Anda. Koki rumah ini khusus membuatkan ini untuk Anda karena Anda terlihat tidak semangat pagi ini," ucap Mayes seraya menghidangkan semua makanan itu di meja depanku.

"Ah? Terima kasih banyak, Mayes. Tidak perlu repot-repot."

Sungkan karena diperlakukan dengan sangat sopan, aku menjawab malu-malu.

Mayes tersenyum dan berbicara.

"Nyonya, apa Anda tahu? Kami semua yang ada di sini, sangat senang dengan kehadiran Anda."

"Hm?"

Aku memandang Mayes dengan kebingungan.

Apa ini tiba-tiba?

Rasanya seperti... dia akan mengatakan sesuatu yang buruk setelah semua pujian manis?

"Saya tidak berbohong, Nyonya. Anda seperti malaikat penyelamat bagi kami," ucap Mayes lagi, yang membuat keningku semakin berkerut.

Apa sebenarnya maksud ucapan pelayan Richard ini, dia benar-benar memuji, atau sedang menyindir?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Khoirul
Benarkah? Aku tidak percaya dg perkataan mayes
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
kehadiranmu mungkin membuat mood Richard baik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   659.

    Lyodra berdiri di balkon, wajahnya pucat. Foto-foto Shane, ancaman yang menekan, dan ultimatum Jamie terus menyesakkan dadanya. Saat pintu terbuka, Jamie masuk dengan tatapan tajam. “Aku sudah cukup, Ly,” ucapnya tegas. “Aku tahu semua permainan Shane. Tapi yang paling penting—aku harus tahu… kamu ada di pihak siapa? Aku atau dia?” Lyodra tercekat. “Jamie… kamu tahu jawabannya. Aku memilih kamu, aku selalu memilih kamu. Aku hanya takut kalau—” Jamie menghentikannya dengan langkah cepat, meraih bahunya. “Tidak ada ‘kalau’, Ly. Kalau kamu masih diam, kalau kamu masih biarkan dia mengaturmu, kita berdua hancur. Aku tidak akan mundur.” Air mata Lyodra jatuh. “Aku hanya tidak ingin kehilanganmu…” “Kamu tidak akan kehilangan aku. Yang akan kita singkirkan adalah Shane.” Jamie menarik Lyodra dalam pelukan, lalu menatapnya dengan api di mata. “Mulai malam ini, aku melawan balik. Bukan hanya untukku, tapi untuk kita.” Bab Konfrontasi Hari itu, ruang rapat besar dipenuhi para

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   658.

    Malam itu kantor pusat Alexandro Corp terasa dingin. Lampu-lampu masih menyala meski sudah lewat jam kerja. Jamie berjalan cepat menuju ruang rapat utama, wajahnya dingin, rahang mengeras. Di tangannya ada berkas—bukti transaksi keuangan yang akhirnya membuka semua tabir Shane. Di ruangan itu, Shane sudah menunggu dengan senyum penuh kepalsuan. Jupiter duduk di sampingnya, terlihat tegang, tetapi masih berusaha menutupi dengan sikap tenang. Jamie menghentikan langkahnya, berdiri di ujung meja panjang. “Akhirnya permainan kalian terbongkar,” ucapnya dingin. Shane menepuk-nepuk meja, seolah masih punya kendali. “Kau pikir bisa menang hanya dengan selembar kertas, Jamie?” suaranya licin. “Semua orang di perusahaan ini tahu aku lebih berpengalaman darimu. Dan Lyodra… dia sudah cukup sering menemuiku. Kau yakin masih bisa mempercayainya?” Jamie mengepalkan tangan, tapi tetap menatap tajam. “Berhenti bawa-bawa namanya. Kau yang menyeret Lyodra ke dalam permainan kotormu.” Jupiter a

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   657.

    Lyodra berdiri terpaku di ruang kerjanya yang sunyi. Ponselnya bergetar berkali-kali, layar menampilkan pesan baru dari nomor asing. Dengan jemari gemetar, ia membuka pesan itu. [Pesan masuk: Kau terlihat sangat panas malam itu, Ly. Jamie pasti bangga punya tunangan yang bisa seperti ini di mobil dengan pria lain. Tapi bagaimana kalau aku sebarkan foto ini ke media? Atau langsung ke keluarganya?] Lyodra menutup mulut dengan tangan. Napasnya tercekat. Foto-foto itu… dirinya bersama Jamie di dalam mobil, basah oleh gairah yang nyaris melampaui batas. Sudut foto diambil dari jauh, tapi cukup jelas menunjukkan wajah mereka. "Shane…" gumamnya, tubuhnya melemas. Belum sempat ia membalas, ponselnya kembali bergetar. [Kau tahu apa yang kuinginkan, Ly. Datang temui aku malam ini. Jangan biarkan Jamie tahu. Atau aku akan pastikan fotomu jadi viral.] Lyodra menunduk, matanya berair. Ia memikirkan Jamie—tuan yang begitu dingin, keras, sekaligus pria yang membuatnya jatuh cinta tanpa bisa m

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   656

    Malam itu kantor Jamie terasa lebih sunyi daripada biasanya. Lampu di ruangan CEO hanya menyisakan temaram, sementara pria itu duduk di kursinya dengan wajah keras. Jemarinya mengetuk meja, irama pelan yang menandakan pikirannya sedang bekerja keras. “Jadi kau yakin, semua jejak itu mengarah pada Shane?” Jamie menatap tajam salah satu staf kepercayaannya yang melapor lewat dokumen di tangannya. “Ya, Tuan. Kami menemukan pola yang sama, foto-foto yang disebarkan berasal dari sumber yang selalu kembali ke jalur Shane. Dan ada indikasi Jupiter dilibatkan, meski tidak sepenuhnya sadar.” Jamie menghela napas panjang. Matanya meredup, amarah dan kecewa bercampur jadi satu. Ly. Gadis itu sudah cukup menderita, tapi sekarang malah dijadikan umpan. Jamie menegakkan tubuh, sorot matanya berubah dingin. “Kalau begitu… kita tidak lagi hanya bertahan. Saatnya menyerang.” --- Di sisi lain, Lyodra duduk di kamarnya. Ponselnya kembali bergetar—nama Shane muncul di layar. Tangannya gemetar, tapi

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   655.

    Langkah Jamie terdengar berat menghentak lantai marmer saat ia masuk ke ruang rapat pribadi yang kosong di lantai atas. Satu tangan memegang ponsel, satu lagi terkepal erat di saku. Matanya hitam, dingin, penuh bara yang siap meledak. Shane sudah menunggunya di sana. Duduk santai dengan setelan jas abu-abu muda, seolah ruangan itu adalah miliknya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, senyum yang bagi Jamie lebih menusuk daripada seribu kata. “Jamie,” Shane membuka suara, tenang, seperti ular yang menggeser tubuhnya di antara rerumputan. “Cepat juga kamu datang. Aku kira kamu sibuk memanjakan tunangan cantikmu itu.” Jamie menahan napas, dadanya naik turun cepat. “Berhenti mutar-mutar. Apa maksudmu mengirim foto itu padaku?” Shane terkekeh ringan. “Oh, jadi kamu terima ya? Bagus. Aku hanya… peduli. Bukankah wajar kalau sahabat memperingatkan sahabatnya?” Jamie menghempaskan ponselnya ke meja, layar masih menyala dengan foto Lyodra dan Jupiter. “Kamu sebut ini peduli? Ini fitnah, Shane

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   654.

    “Ly… kamu serius? Kamu diam-diam ketemu Jupiter tanpa bilang apa-apa ke aku?” Suara Jamie pecah, rendah namun penuh bara. Lyodra membeku, kedua tangannya bergetar memegang tas kerjanya. “Aku… aku cuma—” “Cuma apa?” Jamie mendekat, wajahnya begitu dekat sampai Lyodra bisa merasakan hembusan napasnya. Mata hitam itu berkilat tajam, campuran luka dan cemburu yang tak tertahan. “Cuma ingin membuatku terlihat seperti orang bodoh? Atau cuma ingin memberi celah pada Shane untuk menertawakan kita?” “Aku nggak berniat menyakitimu, Jamie!” suara Lyodra pecah, hampir berbisik. “Aku hanya bingung… aku tertekan. Shane… dia—” Jamie langsung meraih bahunya, menahan tubuhnya agar tak bergeser. “Shane apa? Katakan.” Tatapan Lyodra bergetar. Ada rahasia yang menyesakkan dada, ada ancaman foto-foto Shane yang terus menghantuinya. Tapi kata-kata itu terhenti di tenggorokannya. “Aku nggak bisa,” lirihnya. Jamie terkekeh dingin, nyaris menyakitkan. “Nggak bisa atau nggak mau? Bedanya tipis, Ly.” K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status