Share

Bab 115

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 19:10:33

“Sayang kamu kenapa?” tanya Alex, menghampiri istrinya.

Tapi Angelica menepis tangan suaminya. Ia tidak menjawab. Kakinya terus melangkah turun menuruni anak tangga dengan tatapan lurus ke depan, menatap dua pria yang dulu sangat menyayanginya. Dua sosok yang dulu ia pikir akan selalu menjadi pelindungnya—sebelum akhirnya ia benar-benar terusir dari rumah itu oleh perbuatan ibu tirinya sendiri.

Langkah Angel terhenti tepat di hadapan sang Papa. Bram berdiri di depannya dengan tubuh kaku, wajahnya penuh sesal. Di belakangnya, Davin berdiri, tak bicara, hanya menatap keponakannya dengan tatapan sulit dijelaskan.

"Sayang," panggil Bram dengan suara serak.

Air mata Angel tak terbendung lagi. Semua rasa sakit yang selama ini berusaha ia kubur dalam-dalam kembali muncul ke permukaan. Perihnya terlalu nyata. Ia sudah melewati semuanya sendiri—menahan luka, kesepian, penghinaan, bahkan rasa lapar. Dia duduk diam, tapi air matanya tak pernah berhenti. Setiap malamnya dilalui dengan tangis suny
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Anggun Widiana
ayoo dong up nya yg banyak
goodnovel comment avatar
elma
kok sedikit amat thor..?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 226

    Angelica memasuki ruang ganti yang terletak di sisi kiri kamar utama mereka. Ruang ganti itu cukup luas, terpisah dari area tempat tidur dan dilengkapi dengan lemari-lemari besar yang tersusun rapi dari lantai hingga langit-langit. Di tengahnya terdapat meja kecil dan kursi empuk untuk memudahkan Angelica menyiapkan segala kebutuhan suaminya.Tangannya cekatan melipat pakaian dan memasukkannya satu per satu ke dalam koper besar yang terbuka di atas meja lipat. Di sisi lain, Alex tengah bersiap mengenakan setelan formal, mengecek ponsel dan dokumen yang akan dibawa. Hanya dua jam lagi pesawat mereka berangkat, dan ia serta William harus segera menuju bandara. Urusannya kali ini mendadak, tidak bisa diselesaikan lewat panggilan telepon atau video konferensi, sehingga mau tidak mau ia harus terbang langsung ke luar negeri."Sayang, kamu nggak perlu repot-repot, aku bisa beresin sendiri," ucap Alex sambil membereskan jasnya. Sementara dia tahu istrinya sudah sangat kelelahan mengurus ket

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 225

    Alvaro duduk di bangku taman yang cukup luas. Di sekitarnya, bunga lili dan mawar bermekaran. Aromanya lembut dan tidak menyengat, cukup menenangkan setelah seharian menghadapi tekanan di rumah sakit. Di sampingnya, Michelle duduk diam di atas kursi roda. Wajahnya terlihat kaku, tidak menunjukkan ekspresi ramah sedikit pun. Matanya memandangi bunga-bunga di depan mereka, tapi bukan karena kekaguman. Lebih tepatnya karena heran—atau mungkin curiga.“Dari mana kau tahu kalau aku suka bunga lili dan mawar? Kau cari tahu tentangku, ya? Tak ada kerjaan lain kah di kantor sampai-sampai kau repot-repot mencari tahu soal selera bungaku dan segala tentang hidupku?” tanya Michelle, ketus dan tidak bersahabat.Suaranya jelas tidak bersahabat. Gaya bicaranya pun tetap seperti biasa—angkuh dan sinis. Seolah-olah dia sedang berdiri tegak seperti biasa, padahal kini, dia bahkan harus duduk di kursi roda untuk berpindah tempat. Meski hidupnya sudah banyak berubah, sikapnya belum sepenuhnya menyesuaik

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 224

    “Nenek juga dulu duduk di kursi roda. Tapi sekarang nenek sudah bisa jalan. Carlota juga yang merawat nenek.”Michelle tidak langsung menjawab. Ucapan Olivia itu terdengar biasa bagi orang lain, tapi tidak untuk Michelle. Kalimat polos dari anak kecil itu seperti menampar sisi dalam dirinya yang selama ini selalu merasa putus asa. Ia menoleh perlahan, matanya bertemu pandang dengan Alvaro. Pria itu buru-buru mengalihkan wajah sambil meringis. Alvaro tahu, Michelle bisa saja marah hanya karena mendengar perbandingan dari bocah polos yang bahkan tidak tahu apa-apa soal kehidupan Michelle yang penuh luka.“Mana makanan dari Mama buat Aunty, Om?” Olivia mendongak ke arah Alvaro.Alvaro sempat terdiam. Ia nyaris reflek menjawab bahwa makanan itu ia beli di luar, bukan buatan Angelica. Tapi tatapan Olivia membuat tenggorokannya tercekat. Gadis kecil ini sudah memperingatkan sejak di dalam mobil bahwa ia tidak suka berbohong. Dan sekarang Olivia benar-benar menagih kejujuran.“I–ini,” jawab

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 223

    “Selamat pagi, aunty,” sapa Olivia dengan suara polosnya begitu pintu apartemen terbuka.Michelle terdiam. Tangannya yang memegang roda kursi tak bergerak. Ucapan itu terdengar seperti sapaan biasa, tapi rasanya seperti menampar semua sisi dirinya yang selama ini dipenuhi kebencian dan iri. Dia tidak menyangka, anak kecil yang seharusnya membencinya—anak dari wanita yang ingin dia lukai—sekarang berdiri di hadapannya dan memanggilnya dengan sebutan yang begitu hangat.Michelle menelan ludah. Ia ingin marah, ingin membentak, tapi hatinya lebih dulu melemah. Ada yang menyesak di dada, tapi bukan amarah—melainkan rasa bersalah.Olivia masih menggandeng tangan Alvaro. Gadis kecil itu tampak begitu percaya diri, padahal ia belum pernah sekalipun bertemu langsung dengan Michelle. Namun sikapnya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ia malah tersenyum dan melangkah masuk dengan santai.Alvaro tetap berdiri di belakang Olivia, tak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya memperhatikan Miche

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 222

    “Dan dia masih berjuang untuk melanjutkan kuliahnya hingga meraih gelar sarjana. Kalau aku ada di posisinya, dengan fisik yang seperti ini, mungkin aku tidak akan mampu berpikir untuk melanjutkan kuliah. Semua yang dia pikir berjalan dengan lancar ternyata tidak berpihak padanya. Andai saja dia mau menerimaku, mau menjadikanku kakaknya, aku akan sangat bahagia dan aku akan menjaganya dengan baik sampai dia benar-benar sembuh,” ujar Angelica.Angelica sangat marah ketika Mama tirinya tidak memperhatikan Michelle setelah wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia seolah dibuang begitu saja.Ia menyeka sudut matanya yang basah, air mata itu keluar perlahan, seperti beban yang selama ini ia simpan terus menekan dadanya. Ia tidak menangis karena benci, justru karena peduli. Peduli pada seseorang yang terus menolaknya, menganggapnya sebagai ancaman, padahal niat Angelica hanya ingin menjadi keluarga tempat Michelle bersandar.Alex mengusap kepala sang istri. Ia tahu Angelica bukan tipe yang

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 221

    Setelah suasana rumah sedikit tenang dan bayi kembar Angelica terlelap di lantai dua bersama pengasuh masing-masing, ruangan di lantai bawah terasa lebih lengang. Olivia pun memilih tinggal bersama kedua adiknya, bermain-main sebentar sebelum ikut tertidur. Di ruang keluarga, hanya tersisa Angelica, Alex, kedua mertuanya, dan Alvaro. Mereka semua tampak lelah, tapi tidak satu pun dari mereka menunjukkan keinginan untuk beranjak. Topik yang mereka bicarakan masih sama—tentang Michelle.Jujur Angel sangat mengkhawatirkan adik tirinya itu. Meskipun kehadirannya sama sekali tidak pernah diinginkan di hidup Michelle. Tapi Angel tahu, wanita muda itu sejak kecil mudah terhasut. Hanya gara-gara warisan papanya yang tidak ingin dibagi oleh mama tiri Angel, membuat wanita paruh baya itu sejak dulu ingin melenyapkan Angel. Namun Tuhan begitu menyayangi Angel. Dia masih sehat, bahkan saat ini hidup bahagia dengan sang suami serta ketiga anak mereka. Kehidupan yang Angel lalui memang sangat bera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status