Share

Bab 2

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 13:41:33

Alex memberi kode pada asistennya untuk segera keluar dari ruangan, membiarkan dia dan Angelica berdua di dalam. William, sang asisten, tampak ragu sejenak, seolah ingin memastikan bahwa atasannya benar-benar ingin menghadapi wanita ini sendirian. Namun, tatapan tajam Alex membuatnya mengangguk cepat.

"Baik, Tuan. Saya permisi," ucapnya pelan, sebelum menutup pintu ruang kerja sang CEO dengan hati-hati.

Suara pintu yang tertutup terdengar begitu nyaring di telinga Angelica, seakan menjadi tanda bahwa kini ia terperangkap dalam situasi yang tak bisa ia hindari. Ia berdiri di hadapan pria yang dulu pernah mencintainya dengan begitu dalam.

Pria yang selama tujuh tahun selalu menatapnya dengan penuh kasih sayang, tapi kini menatapnya dengan dingin, penuh kebencian.

Berani-beraninya perempuan ini kembali datang dalam kehidupan Alex, setelah dia hampir membuat Alex mengakhiri hidupnya. Alex tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Dia hampir gila karena tak berhasil menemukan Angelica.

Angelica menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan gemetar di tubuhnya. Andai saja ada jalan lain untuk mendapatkan uang demi pengobatan buah hatinya, mungkin ia akan memilih tempat lain.

Akan tetapi, jalan seakan tertutup rapat. Takdir membawanya kembali ke pria ini, satu-satunya orang yang bisa membantunya saat ini.

Alex menyandarkan tubuhnya di kursi, tangan kirinya bertaut di atas meja, sementara tangan kanannya mengetuk-ngetukkan jemarinya dengan ritme teratur, seolah sedang menahan amarah yang siap keluar kapan saja.

Namun sialnya, hanya dengan melihat wanita ini saja, sesuatu di bawah sana seakan bergerak dan membuat celananya sempit. "Shiiiiit!" geramnya di dalam hati.

Sejak berpisah dengan Angelica, tak sekalipun Alex dalam keadaan sadar berhubungan dengan perempuan lain. Karena miliknya memang tidak bisa normal lagi.

Tapi entah kenapa melihat Angelica sekarang di hadapannya, sesuatu yang telah lama dianggapnya mati kini justru terasa hidup kembali. Akan tetapi dia kembali fokus pada Angelica. Orang yang paling dia benci dalam hidupnya.

"Aku tidak punya banyak waktu. Katakan apa yang kau inginkan hingga kau berani menginjakkan kakimu lagi di ruang kerjaku?" tanyanya dingin.

Suaranya terdengar tajam, menusuk tepat ke dalam hati Angelica.

Mata Alex menatapnya tanpa belas kasihan, penuh luka yang belum sembuh meski bertahun-tahun telah berlalu. Empat tahun lalu, pria itu kehilangan Angelica dalam kesedihan, ditinggalkan tanpa sepatah kata pun.

Alex sempat berada di titik terendah dalam hidupnya, mencari Angelica ke mana-mana, berharap ada penjelasan yang bisa meredakan amarah dan kesakitannya. Tapi yang ia dapatkan hanya kehampaan, kehilangan yang perlahan membunuhnya.

Dan sekarang, ketika ia akhirnya bisa mengubur semua perasaan itu, takdir justru mempertemukan mereka kembali dengan cara yang paling menyakitkan.

Angelica menelan ludah. Rasanya sulit sekali untuk mengeluarkan suaranya. Tenggorokannya tercekat oleh berbagai perasaan yang berkecamuk di dadanya.

"Alex..." suaranya lirih, hampir tak terdengar. "Aku butuh bantuanmu."

Alex tertawa kecil, bukan tawa bahagia, melainkan tawa sinis yang penuh sindiran. Ia menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, menatap Angelica dengan ekspresi mengejek.

"Bantuan?" ucapnya meremehkan. "Meminta tolong padaku sudah jadi kebiasaanmu, ya? Dan itu belum hilang sampai sekarang?"

Angelica berusaha menahan sesak yang mulai menyusup ke dalam dadanya, semakin kuat dan rasanya sakit sekali.

"Setiap kali kau butuh bantuan, maka kau akan datang padaku. Tapi ketika kau sudah tidak membutuhkan bantuanku, kau pergi begitu saja. Tanpa pamit. Tanpa penjelasan. Seolah aku ini bukan siapa-siapa dalam hidupmu."

Setiap kata yang keluar dari mulut Alex bagaikan belati yang menghujam jantung Angelica.

Debaran jantungnya semakin kencang. Ia tahu telah bersalah pada pria ini. Ia tahu betapa dalam luka yang ia tinggalkan. Tapi saat itu, Angelica tak punya pilihan lain. Ia harus pergi, harus menjauh dari Alex karena keadaan memaksanya.

"Aku minta maaf..." bisiknya, nyaris tak terdengar. "Tapi sekarang, aku benar-benar membutuhkan bantuanmu, Alex."

Mata Angelica mulai berkaca-kaca. Ia mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan, meskipun ia tahu setiap kata yang ia ucapkan hanya akan semakin membangkitkan kemarahan pria itu.

"Aku tahu aku bersalah. Aku tahu aku pernah membuat kesalahan yang mungkin akan sangat sulit kau maafkan. Tapi kumohon..." Ia menarik napas dalam, berusaha menahan isak yang hampir pecah. "Tolong beri aku pekerjaan. Aku sangat membutuhkan itu."

Angelica menundukkan kepala, menunggu jawaban dari pria yang mungkin menjadi satu-satunya harapannya saat ini.

Melihat Angelica berdiri di hadapannya dengan gugup, tangan meremas roknya, dan mata berkaca-kaca, Alex merasakan kepuasan aneh mengalir di dalam dadanya. Wanita ini, wanita yang dulu pergi tanpa jejak, meninggalkannya dalam kehancuran, kini kembali dengan wajah penuh kepasrahan, meminta belas kasihannya.

Sebuah ide licik mulai terbit di benaknya. Ini kesempatan yang tak akan ia sia-siakan.

Jika dulu Angelica bisa meninggalkannya begitu saja tanpa memikirkan perasaannya, maka sekarang Alex akan memastikan wanita itu merasakan hal yang sama. Tidak, bahkan lebih buruk. Ia akan membuat Angelica menyesal telah datang kepadanya, menyesal telah memohon padanya.

Alex menyilangkan tangan di dada, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai, tatapannya berubah tajam dan penuh perhitungan. Bibirnya melengkung membentuk seringai tipis.

"Kau ingin pekerjaan?" tanyanya mengejek.

Angelica mengangguk cepat. "Iya, aku bersedia melakukan apa pun. Asalkan aku bisa mendapatkan pekerjaan."

Alex mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, berpura-pura berpikir, padahal dalam hati ia sudah memutuskan.

"Apa pun?" ulangnya, matanya meneliti setiap ekspresi di wajah Angelica, menikmati bagaimana wanita itu semakin ketakutan di bawah tatapannya.

Angelica menelan salivanya kelat, tapi tetap mengangguk. "Iya..."

Alex terkekeh pelan. "Baiklah. Aku akan memberimu pekerjaan," sahutnya.

Wajah Angelica sedikit bersinar, seolah beban berat di pundaknya sedikit terangkat. Tapi belum sempat ia bernapas lega, Alex menambahkan sesuatu yang membuat tubuhnya kembali menegang.

"Tapi ada syaratnya."

Angelica menatapnya, bingung sekaligus waspada. "Sya–syarat?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
udah tau g punya kemampuan apa2 selain mengangkang di depan alex, kenapa g kamu manfaatkan sedikit saja rasa cintanya? punya kendala dlm hubungan dan kamu langsung pergi seperti anjing liar yg terusir. apa arti hubungan bertahun2 yg kau jalani dgnya? cuma utk memuaskan syahwatmu? wanita goblok!!!
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
jngan terlalu membenci Lex selidiki dulu apa yang membuat Angel pergi meninggalkan mu tanpa pamit, nanti menyesal lho
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   ICU

    Tangisan santer dari bayi pertama membuat tubuh Alex berkeringat dingin. Suara itu menggema dari dalam ruang bersalin, memecah keheningan yang selama ini menyesakkan dada. Ia berdiri kaku di depan ruang bersalin, tatapannya kosong tapi napasnya memburu cepat."Yang pertama sudah lahir, Nak," ucap sang mama pelan sambil menyeka air matanya. Suaranya gemetar, namun jelas penuh haru.Alex tidak menjawab. Tubuhnya terasa lemas, seolah semua tenaga menguap begitu saja. Lalu suara tangisan kedua menyusul. Oeeeeeee... Oeeeeeee... Tangisan bayi kedua itu terdengar lebih nyaring, membuat jantung Alex seolah meloncat keluar dari dada. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, lalu mengusapnya cepat. Ia tahu, saat itu telah tiba. Anak kembar yang selama ini ditunggu-tunggu akhirnya lahir. Meskipun kelahirannya lebih cepat 1 bulan dari waktu yang seharusnya.Seharusnya tadi dia ikut mendampingi Angelica di dalam. Tapi petugas medis dengan tegas melarang. Bahkan Alvaro, meskipun bukan dokter obgyn,

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Tangisan Pertama

    Alex berjalan mondar-mandir di depan ruang persalinan di rumah sakit miliknya. Ruangan yang ada di lantai paling atas yang khusus digunakan untuk pemilik Rumah Sakit.Berkali-kali ia melirik ke arah pintu ruang persalinan yang masih tertutup rapat, seakan menunggu keajaiban muncul dari balik pintu itu. Napasnya berat, keringat membasahi kening meski tempat itu dingin karena AC.Yang membuatnya makin cemas adalah kenyataan bahwa istrinya dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri. Sejak tadi belum ada satu pun tenaga medis yang keluar memberikan kabar. Waktu berjalan lambat. Sudah hampir satu jam ia menunggu, tapi rasanya seperti satu abad.Mama dan papanya ikut menemaninya di kursi tunggu. Olivia duduk di pangkuan sang kakek, sudah mulai terlihat mengantuk.“Berhentilah mondar-mandir seperti itu, Alex. Apa kau tak lelah? Mama jadi makin pusing melihatnya,” ucap sang Mama dengan suara yang masih terdengar lemah.Wanita paruh baya itu memang masih dalam masa pemulihan pasca s

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   ICU

    Pekikan Alex menggema keras di tengah keramaian. Tangan kirinya mencengkeram kuat lengan istrinya, menarik Angelica sekuat tenaga menjauh dari lintasan mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ban mobil itu berdecit panjang, lalu terdengar suara benturan keras. Kendaraan tersebut menabrak pembatas jalan dan langsung terguling beberapa kali sebelum berhenti dalam posisi terbalik.Angelica masih terdiam. Napasnya cepat dan tak beraturan, tubuhnya gemetar hebat. Matanya tak lepas dari pemandangan di depannya—mobil yang kini hancur di bagian depan, asap mulai mengepul dari bawah bodi kendaraan, dan kerumunan orang mulai mendekat. Suaminya, yang melindungi dirinya sejak detik pertama, terduduk lemas di sampingnya.Darah mengalir pelan dari pelipis Alex. Benturan keras yang mengenai bagian dahinya akibat terbentur pembatas jalan mulai tampak jelas. Angelica langsung menoleh, kedua tangannya bergetar saat menyentuh wajah Alex.“Sa–sayang… kamu terluka…” suaranya nyaris tercekat.Alex menga

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Kecelakaan

    Beberapa bulan Kemudian. Semua cara sudah dicoba Michelle. Termasuk mencari orang pintar untuk mengikat Alex dengan cara yang tak masuk akal, tapi dia tetap melakukannya. Katanya, ini guna-guna pengikat hati. Ia bahkan mengeluarkan uang cukup banyak hanya untuk menjalankan semua yang diminta orang itu. Mulai dari ritual, membaca nama ibu, menanam benda aneh di halaman kantor, sampai menaruh sesuatu di ruang kerja Alex dan dia harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar seseorang melakukannya. Tapi hasilnya? Tidak ada yang berubah.Alex tetap tidak peduli.Sikap Alex juga makin jelas. Jangankan simpati, menoleh ke arah Michelle pun sudah tidak sudi bila dengan sengaja Michelle membuntuti pria itu. Semua upaya Michelle seperti membentur dinding. Dan yang membuatnya makin kesal, Alex justru semakin terlihat bahagia bersama Angelica. Foto-foto keluarga yang tersebar di media sosial, ucapan selamat dari kolega bisnis, bahkan berita mengenai jelang kelahiran anak kembar mereka. Semua i

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Keputusan Akhir

    Setelah Alex tiba di kantor, suasana kantor pusat Golden Gate Corporation masih terlihat normal. Para staf sibuk membuka email, dan sebagian lainnya sedang menyusun agenda meeting harian. Namun suasana itu perlahan berubah ketika Alex tiba di kantornya dengan wajah masam. Aura CEO dingin terlihat jelas. Bahkan tak ada yang berani menyapanya.Begitu turun dari lift eksekutif, Alex langsung menuju ruangannya tanpa banyak bicara. Wajahnya datar. Para staf yang biasa menyapanya dengan ramah hanya bisa saling menatap heran, menyadari ada sesuatu yang berbeda pagi ini.Begitu masuk ke ruang kerja, Alex memanggil kepala bagian HRD dan beberapa staf lain yang bisa membantu karena William masih cuti."Segera keluarkan sertifikat magang untuk seluruh mahasiswa yang ditempatkan di perusahaan ini," ucap Alex tegas sambil membuka laptopnya. "Semuanya. Hari ini juga. Mereka berhenti magang mulai hari ini."Kepala bagian HRD yang berdiri di depan meja Alex sempat terdiam. "Tapi, Tuan, masa magang

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Balasan Tak Terduga

    Tepat pukul 08.30, Alex tiba di kampus tempat Michelle berkuliah. Sebuah institusi pendidikan tinggi ternama di kota New Capitol. Kampus ini memiliki gedung utama yang besar, dengan arsitektur modern yang menggabungkan kaca dan logam, menjulang lima lantai dengan area resepsionis yang luas. Beberapa mahasiswa tampak hilir mudik, sebagian mengenakan jas laboratorium, sebagian lainnya membawa map presentasi, menunjukkan suasana akademis yang hidup dan profesional.Alex datang menggunakan mobil dinas perusahaan, ditemani oleh sopir pribadinya. Setelah turun, ia berjalan menuju lobi gedung rektorat dengan langkah tegap. Setibanya di meja resepsionis, seorang staf administrasi wanita segera menyapanya dengan ramah.“Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?”Mereka juga mengenali orang yang datang saat ini. Selain sebagai partner dengan kampus itu, Alex juga sering memberi materi bisnis di kampus tersebut. Berbagi pengalamannya sebagai pengusaha sukses pada para mahasiswa.“Saya ad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status