Share

Bab 3

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-02-27 17:25:10

Ruang kerja Alex terasa lebih dingin dari biasanya. Atau mungkin hanya Angelica yang merasakannya. Tatapan Alex yang menusuk seakan membekukan udara di sekitarnya.

Angelica mengumpulkan keberaniannya, meski ia tahu jawaban yang akan ia dapatkan mungkin tak akan menyenangkan. "Syarat apa yang kau maksud, Alex?" tanyanya pelan, suaranya sedikit bergetar.

Alex menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai, jemarinya kembali mengetuk-ngetuk meja dengan ritme teratur. "Syaratnya sederhana, Angel. Kau harus patuh pada setiap perintahku. Tidak ada protes, tidak ada keluhan. Dan yang paling penting..." Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Angelica tajam. "Kau harus menandatangani kontrak kerja sama denganku minimal 10 tahun."

Angelica mengerutkan kening. "Se--sepuluh tahun?"

Alex mengangguk. "Jika sebelum kontrak itu berakhir kau memutuskan untuk pergi, maka aku akan melaporkanmu ke kantor polisi."

Darah di wajah Angelica seakan menghilang. "A--Apa maksudmu?"

Alex menyeringai tipis. "Kau pikir aku akan membiarkanmu menghilang lagi setelah kau datang memohon-mohon seperti ini? Tidak, Angel. Kali ini, aku yang memegang kendali. Jika kau berani melanggar perjanjian, aku akan memastikan hidupmu hancur."

Angelica menggigit bibirnya, mencoba mencari celah untuk menolak. Namun, bayangan Olivia yang masih terbaring lemah di rumah sakit membuatnya menelan semua keberatan. Ia tak punya pilihan lain. Ia harus bertahan demi putrinya.

Dengan menahan sesak di dada, ia pun mengangguk. "Baik... Aku akan menandatangani kontraknya."

Mata Alex sedikit menyipit, seolah menikmati kepasrahan Angelica. "Good job. Karena sekarang kau hanya boleh patuh, tanpa protes."

Angelica mencoba menarik napas dalam, lalu bertanya, "Apakah aku benar-benar bisa diterima kembali sebagai tim marketing di Golden Gate Corporation?"

Tawa dingin Alex menggema di ruangan itu. Tawanya penuh ejekan, seakan mendengar sesuatu yang begitu konyol. "Tim marketing? Kau pikir aku akan membiarkanmu kembali ke perusahaanku?" Alex menatapnya dengan sorot menghina. "Kau tidak pantas bekerja di sini lagi, Angel."

Dada Angelica terasa sesak. Ia menggigit bibirnya lebih keras, menahan diri agar tidak menunjukkan betapa hancurnya ia mendengar kata-kata itu.

"Kalau begitu..." Angelica menelan ludahnya. "Pekerjaan apa yang akan kau berikan padaku?"

Ekspresi Alex menjadi lebih tajam. Dengan suara yang begitu tenang, ia berkata, "Kau akan bekerja sebagai pelayan di rumahku."

Dunia Angelica seakan berhenti berputar. Ia menatap pria itu dengan kaget, berharap apa yang ia dengar hanyalah lelucon kejam. Alex tahu Angelica lulusan sarjana. Tapi wajah Alex tetap dingin, tanpa belas kasihan.

"Tidak... Aku bisa bekerja di kantor. Aku bisa berkontribusi seperti dulu. Jika aku bekerja di sini, aku bisa mendapatkan gaji untuk kebutuhanku, Alex," ucapnya penuh permohonan. Jika Angelica kembali bekerja menjadi tim marketing di kantor ini, ia bisa memasarkan properti perusahaan ini, untuk mendapatkan bonus. Angelica butuh uang lebih dari gajinya setiap bulan. Dan hal itu hanya bisa dia dapatkan dengan kembali menjadi marketing di kantor ini.

Namun, Alex menggeleng pelan. "Aku tidak peduli dengan apa yang kau inginkan, Angel. Kau hanya punya satu pilihan, bekerja di rumahku atau pergi tanpa hasil. Tapi ingat, jika kau pergi sekarang, jangan pernah berpikir untuk kembali bisa bertemu denganku."

Semua harga dirinya telah ia kubur sejak memutuskan datang ke tempat ini. Namun, mendengar bahwa satu-satunya pekerjaan yang akan diberikan Alex adalah menjadi pelayan di rumahnya membuatnya merasa semakin diinjak-injak.

“Tapi aku butuh uang lebih dari gajiku tiap bulan, Alex,” lirihnya.

"Uang lebih?" tanya Alex.

Pria itu berdiri lalu berjalan mendekati Angelica, yang kini menatapnya dengan gugup.

"I—iya..."

"Kau boleh mengambil pekerjaan sampingan di rumahku untuk mendapatkan uang lebih banyak lagi," ucapnya, kini berdiri persis di depan Angelica.

Mata Angelica berbinar. "Pekerjaan apa itu, Alex?" tanya Angelica.

"Menjadi budak nafsuku. Aku akan membayarmu setiap kali kau berhasil memuaskanku, layaknya wanita penghibur," bisiknya tepat di samping telinga Angelica, membuat tubuh wanita itu meremang.

"Tapi, Alex—"

"Sssst. Jangan berisik. Kau hanya boleh menjawab, mau atau tidak. Karena kau memang pantas menjadi wanita penghibur," balas Alex tajam.

Tapi lagi-lagi, ia tak punya pilihan lain. Demi Olivia, ia harus menerima semua penghinaan ini.

Dengan suara hampir tak terdengar, Angelica akhirnya berkata, "Aku terima."

“Sekarang pergilah, tinggalkan nomor ponselmu pada William. Tunggu kami yang akan menghubungimu, dan satu lagi,” Alex menatap Angelica dari ujung rambut sampai ujung kaki, “jangan pernah menginjakkan kakimu lagi di kantorku kecuali aku yang memintamu datang. Kau hanya pantas menjadi seorang pelayan!”

Hati Angelica, seperti diremas tangan tak kasat mata. Sakit dan perih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau memang wanita goblok yg cuma bisa mengandalkan selangkangkangan. susah ya sedikit utk berterus terang. cerita sampah yg cuma mengajarkan utk tidak punya harga diri. betul2 sampah dan g bermartabat utk wanita
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
ya Allah,Lex kejam banget kmu terhadap Angel kmu jadikan pelayan dan budak nafsu mu sungguh terlalu kau
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Happy Ending

    “Iya, kali ini hadiah dari kami berdua,” ucap Alex.Tak lama kemudian, kedua orang tua Alex bergabung di ruang tamu. Nyonya Maximus langsung mengambil Noah dari gendongan Angelica, sedangkan Tuan Maximus mengangkat Nathan ke pangkuannya. Dua bayi itu memang tidak akan ikut dalam perjalanan menuju hadiah yang sudah disiapkan Alex dan Angelica untuk Alvaro dan Michelle.“Tapi kami kan sudah dapat hadiah dari om dan tante. Nggak usah Alex kasih apa-apa lagi,” kata Alvaro, menatap saudara sepupunya itu.“Hadiah dari om dan tante itu nggak ada hubungannya sama hadiah yang mau diberikan Alex. Kalau om dan tante kasih hadiah untuk keponakan, kalau Alex dan Angel kasih hadiah untuk pengantin baru. Nggak boleh nolak rezeki, loh,” ujar Nyonya Maximus sambil tersenyum.“Ya udah deh kalau gitu kami pasrah,” jawab Alvaro.Mereka semua tertawa kecil.“Ayo kita langsung berangkat, pakai dua mobil saja, ya. Soalnya nanti Olivia mau mampir beli seragam sekolah,” ucap Alex sambil menyerahkan Nathan pad

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 262

    “Tapi Olivia beneran punya kado istimewa loh buat Aunty dan Om dokter,” ucapnya sumringah sambil tersenyum lebar.Ucapan itu langsung membuat semua orang di ruang tamu menoleh ke arahnya. Olivia kemudian melirik ke arah Noah, yang dalam pelukan sang mama sambil memegang sebuah amplop berwarna putih.“Mana, Noah? Kakak minta amplopnya dong,” ucap Olivia sambil mengulurkan tangan ke arah sang adik.Noah hanya menatap sekilas lalu menggumam tak jelas, khas bayi berusia 10 bulan yang belum bisa berbicara lancar. Entah gumamannya itu tanda setuju atau menolak, tapi jelas sekali dari gerak tubuhnya, dia seperti enggan memberikan amplop tersebut.Olivia mengerucutkan bibirnya, pura-pura merajuk. “Nanti kakak nggak ajak main ya kalau nakal,” ucapnya sambil menatap adiknya. Meski begitu, suaranya tetap lembut. Bagaimanapun, Olivia sangat menyayangi Noah dan Nathan seperti menyayangi mama dan papanya sendiri.Noah tetap memeluk amplop itu erat, sampai akhirnya Angelica yang membantu. “Noah, kas

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Mainan Kodok

    “Apa ini?” tanya Alvaro, sedikit terkejut saat melihat Olivia mendorong troli besar memasuki rumah. Di atas troli itu ada sebuah box berukuran besar, dibungkus rapi dan dililit pita.Alvaro dan Michelle baru saja datang pagi itu, tepat pukul 10.00, sesuai janji mereka dua hari setelah pesta pernikahan. Rumah Alex menjadi tempat berkumpulnya keluarga pagi itu. Begitu sampai, mereka langsung disambut dengan pemandangan Olivia yang sudah menunggu sambil mendorong troli sendirian, wajahnya semangat bukan main.“Karena Om Dokter sekarang sudah jadi direktur di rumah sakitnya Olivia, sekarang giliran Olivia dong kasih kado buat Om Dokter dan Aunty. Ini spesial dari Olivia, loh. Sebagai pemilik rumah sakit,” ucap Olivia bangga, tangannya bertolak pinggang seolah sedang pidato di depan karyawan.Alvaro tidak bisa menahan tawa. Michelle juga ikut tertawa sambil mengelus perutnya yang mulai membesar.“Ya ampun. Pengen banget deh nanti anaknya Aunty seusia Olivia sudah punya rumah sakit,” kata M

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 260

    Setelah sesi sambutan dari kedua keluarga selesai, MC kembali naik ke atas panggung untuk mengumumkan acara selanjutnya. Musik kembali diperdengarkan, kali ini lebih ceria, mengisi suasana agar tetap hidup.“Selanjutnya, kita akan memasuki sesi foto bersama keluarga inti dan para tamu undangan. Kami mohon kepada keluarga besar kedua mempelai untuk naik ke panggung terlebih dahulu,” ucap MC pria dengan suara mantap.Para tamu langsung bergerak rapi. Panitia acara dengan cepat mengarahkan siapa yang harus naik lebih dulu, siapa yang menunggu giliran, dan siapa yang perlu duduk dulu agar semuanya tertib. Kamera dari tim dokumentasi sudah disiapkan sejak tadi. Cahaya dari lampu studio menyala di sekitar pelaminan, mengarahkan fokus pada kedua mempelai yang berdiri di tengah.Keluarga mempelai pria naik terlebih dahulu. Beberapa orang tua, saudara kandung, dan kerabat dekat langsung menuju panggung dengan antusias. Mereka tersenyum lebar, memeluk Michelle dan memuji betapa anggunnya ia har

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 259

    Suasana ballroom hari itu penuh dengan suara percakapan para tamu yang sedang duduk sambil menanti. Beberapa dari mereka terlihat asyik mengobrol ringan, sementara lainnya sibuk dengan ponsel, mengambil foto suasana. Musik latar tetap mengalun pelan dari sudut ruangan, namun terdengar jelas. Semuanya sedang menunggu satu momen penting: masuknya pengantin utama.Tiba-tiba, terdengar suara dari panggung utama. Seorang pria dan wanita berdiri di sana, mengenakan busana formal yang serasi. Mereka adalah MC acara resepsi pernikahan Michelle dan Alvaro. Suara mereka terdengar bersahabat namun tegas, menyapa seluruh tamu dengan ucapan terima kasih karena telah hadir.“Bapak, Ibu, dan seluruh tamu undangan yang kami hormati... Sekarang, kita sampai pada momen yang telah kita tunggu-tunggu bersama,” ujar MC pria, disambut senyuman rekannya.“Pasangan pengantin kita hari ini telah sah menjadi suami istri sejak pagi tadi. Mereka telah mengucapkan janji suci, dan kini, saatnya mereka hadir di ten

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 258

    “Ya Tuhan. Kenapa mereka secantik ini?” Naura sangat kagum. Pun dengan Davin. Mereka mulai mengambil kamera mengabadikan momen itu. Sementara di meja lain, tuan dan nyonya Maximus sampai meneteskan air mata. Ini gadis kecil yang dulu hampir ia celakai. Ini gadis kecil yang dulu ia tolak kehadirannya. Dan sekarang justru gadis inilah sumber kebahagiaan mereka berdua. “Pa, yang paling Mama sesali dalam hidup adalah, ketika Mama menjadi wanita yang jahat dan menolak anak yang dikandung oleh Angelica. Bahkan Mama hampir menjadi nenek yang sangat jahat dan hampir menghilangkan nyawa cucu kita,” ucap Nyonya Maximus.“Jangan diingat lagi, Ma. Kita sudah berhasil melewati semuanya. Dan sekarang kita hanya perlu bahagia persamaan dan cucu-cucu kita.”Mata mereka terus menatap ke arah pintu keluar. Olivia sudah terlihat dari pandangan mereka.Saat semua tamu telah duduk dengan rapi dan musik pengiring berubah menjadi irama lembut yang lebih sakral, suasana ballroom seketika menjadi hening. Se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status