Share

Bab 5

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-02-28 08:48:59

Angelica duduk di kursi berhadapan dengan dokter Aurora, spesialis jantung yang menangani kasus Olivia, sejak pindah ke kota. Tangannya saling meremas di atas paha, berusaha menenangkan diri, tetapi detak jantungnya berdegup begitu kencang. Tatapan serius dokter Aurora membuat napasnya terasa semakin berat.

“Bu Angelica, kondisi Olivia semakin memburuk. Kita harus segera melakukan operasi transplantasi jantung. Untungnya, Olivia sudah masuk dalam daftar penerima donor.”

Angelica menahan napas. Ada secercah harapan di sana. Tetapi… kenapa wajah dokter Aurora masih tampak berat?

“Tapi, Bu Angelica… Anda harus segera menyiapkan biayanya, minimal setengahnya sudah harus segera dibayar.”

Seakan ada batu besar yang menghantam dadanya. Seluruh tubuhnya terasa lemas seketika.

“Be–berapa biayanya, dok?” Angelica terbata.

Dokter menyebutkan perkiraan biaya yang harus disiapkan Angelica.

Dokter Aurora kembali menjelaskan. “Untuk prosedur ini, Anda harus membayar sebagian biayanya terlebih dahulu agar antrian Olivia tidak dialihkan ke pasien lain. Rumah sakit juga membutuhkan konfirmasi pembayaran untuk memastikan kesiapan operasi. Mengenai nominalnya bisa anda tanyakan nanti di bagian administrasi.”

Dunia Angelica seolah hancur berkeping-keping. Sialnya dia tidak punya uang.

Tidak ada tabungan. Tidak ada orang yang bisa dia mintai tolong. Satu-satunya harapannya adalah Alex, dan bahkan pria itu hanya mau menerimanya sebagai pelayan di rumahnya.

“Apa tidak ada cara lain, Dok? Apa saya bisa membayar setelah operasinya? Atau… bisakah saya mengajukan bantuan di rumah sakit ini?” tanya Angelica.

Dokter Aurora menghela napas. “Kami bisa membantu dalam beberapa aspek, tapi biaya utama tetap harus dibayarkan, Bu Angelica. Jika tidak, ada kemungkinan jantung donor yang seharusnya untuk Olivia akan diberikan kepada pasien lain yang sudah lebih siap secara administrasi.”

Kata-kata itu menghantamnya lebih keras dari apa pun.

Tangannya gemetar, menutupi mulutnya yang bergetar hebat. Dia akan kehilangan Olivia jika dia tidak segera mencari uang.

Air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya jatuh begitu saja. Angelica terisak pelan memenuhi ruangan itu. Dia benar-benar sendiri menanggung beban seberat ini.

“Apa benar-benar tidak ada cara lain, dok?” suaranya terdengar parau, putus asa. “Tolong, Dok… saya akan melakukan apa pun. Saya tidak bisa kehilangan anak saya…”

Angelica menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya bergetar membuat dokter Aurora sangat kasihan melihatnya. Sang dokter tahu pasien ini dirujuk dari rumah sakit yang ada di desa, rumah sakit yang tak memiliki peralatan khusus bagi penderitanya.

Dokter Aurora menatapnya dengan empati, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak. “Saya tahu ini sulit, Bu Angelica… Tapi, operasi ini sangat mendesak. Tak ada cara lain lagi, selain membayar setengahnya. Tolong, segerakan pencarian dananya. Kita tidak punya banyak waktu.”

Angelica mengangguk lemah. Dia berdiri dengan langkah gontai, seakan tubuhnya kehilangan tenaga. Saat tangannya hendak meraih gagang pintu, dokter Aurora kembali bersuara.

“Bu Angelica… Olivia anak yang kuat. Saya yakin dia ingin mamanya juga tetap kuat.”

Ucapan itu membuat Angelica menangis lebih keras. Dia harus berjuang. Apapun caranya, dia harus menyelamatkan Olivia. Angelica kembali menuju ke ruang perawatan Olivia.

*****Rumah Alex

"Apa? Satu miliar? Untuk apa uang sebanyak itu?" Alex bertanya dengan suara menggelegar.

Ia tak habis pikir dengan wanita di hadapannya. Baru pertama kali bekerja, Angelica sudah berani meminta pinjaman sebesar itu tanpa alasan yang jelas. Kalau saja bukan karena niatnya membalaskan sakit hati masa lalu, mungkin Alex sudah mengusirnya dari rumah ini.

"A-ada yang harus aku bayar, Alex. Aku janji akan mengembalikannya. Kau boleh memotong gajiku, setiap bulan," jawab Angelica, suaranya bergetar.

Angelica mengabaikan rasa malunya. Hanya Alex satu-satunya orang yang bisa memberinya uang dalam jumlah besar. Meski harus menerima amarah pria itu, dia tidak punya pilihan lain. Nyawa Olivia bergantung padanya.

"Mau balikin pakai apa uang sebanyak itu? Batu? Pasir? Berapa lama akan lunas kalau dibayar pakai gajimu?" hina Alex dengan tawa sinis.

Tapi Angelica tak marah. Ia hanya menunduk, menahan luka di hatinya.

"A-aku janji... Aku pasti mengembalikannya, Alex. Aku janji," ulangnya, mencoba meyakinkan.

Alex memperhatikan wajah mantan kekasihnya itu. Dari sorot mata wanita ini, ia bisa melihat betapa putus asanya Angelica. Tapi untuk apa uang sebesar itu?

Hening beberapa detik sebelum Alex akhirnya berbicara.

"Baik, aku akan memberikannya." Ia berhenti sejenak, menatap Angelica dengan seringai dingin. "Tapi, sebagai kompensasi, sebelum uang itu kau kembalikan... setiap malam, kau harus menjadi pemuas hasratku dan bermain dengan liar setiap malam. Artinya kau harus bekerja di rumah ini lebih dari 16 jam tanpa protes."

Mata Angelica membulat.

Tidak! Dia tidak bisa meninggalkan Olivia di rumah sakit sendirian. Tapi dia juga tahu, Alex tidak akan menerima negosiasi.

Satu hari sebelumnya, Angelica sudah menandatangani kontrak kerja yang dibuat Alex. Isinya jelas: dia hanya boleh berhenti jika Alex yang memecatnya. Ia juga wajib bekerja 16 jam setiap hari dengan gaji yang tidak seberapa. Kontrak yang jelas-jelas dibuat untuk memanfaatkan keadaannya yang sedang terpuruk.

Seharusnya, malam ini Angelica sudah pulang. Tapi dia terpaksa bertahan di rumah ini hanya untuk bertemu Alex.

Pukul 23.00, Alex akhirnya tiba di rumah.

Tak ada pilihan lain.

Angelica menutup mata sejenak, menahan isak, sebelum akhirnya berkata, "Baik... Aku mau."

Senyum kemenangan muncul di wajah Alex. Setiap gerakannya penuh dendam.

Angelica harus merasakan sakit yang pernah ia rasakan.

"Sekarang, ikut aku ke kamar," ujarnya dingin.

Jantung Angelica seakan berhenti berdetak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Togatorop Togatorop
seharus nya angel berterus terang sama alex ,alasan dia pergi dr sisi alex
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
di novel juga nggk ada BPJS ya, kasihan Angel mohon" minjem uang sama Alex demi operasi nya Olivia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   ICU

    Tangisan santer dari bayi pertama membuat tubuh Alex berkeringat dingin. Suara itu menggema dari dalam ruang bersalin, memecah keheningan yang selama ini menyesakkan dada. Ia berdiri kaku di depan ruang bersalin, tatapannya kosong tapi napasnya memburu cepat."Yang pertama sudah lahir, Nak," ucap sang mama pelan sambil menyeka air matanya. Suaranya gemetar, namun jelas penuh haru.Alex tidak menjawab. Tubuhnya terasa lemas, seolah semua tenaga menguap begitu saja. Lalu suara tangisan kedua menyusul. Oeeeeeee... Oeeeeeee... Tangisan bayi kedua itu terdengar lebih nyaring, membuat jantung Alex seolah meloncat keluar dari dada. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, lalu mengusapnya cepat. Ia tahu, saat itu telah tiba. Anak kembar yang selama ini ditunggu-tunggu akhirnya lahir. Meskipun kelahirannya lebih cepat 1 bulan dari waktu yang seharusnya.Seharusnya tadi dia ikut mendampingi Angelica di dalam. Tapi petugas medis dengan tegas melarang. Bahkan Alvaro, meskipun bukan dokter obgyn,

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Tangisan Pertama

    Alex berjalan mondar-mandir di depan ruang persalinan di rumah sakit miliknya. Ruangan yang ada di lantai paling atas yang khusus digunakan untuk pemilik Rumah Sakit.Berkali-kali ia melirik ke arah pintu ruang persalinan yang masih tertutup rapat, seakan menunggu keajaiban muncul dari balik pintu itu. Napasnya berat, keringat membasahi kening meski tempat itu dingin karena AC.Yang membuatnya makin cemas adalah kenyataan bahwa istrinya dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri. Sejak tadi belum ada satu pun tenaga medis yang keluar memberikan kabar. Waktu berjalan lambat. Sudah hampir satu jam ia menunggu, tapi rasanya seperti satu abad.Mama dan papanya ikut menemaninya di kursi tunggu. Olivia duduk di pangkuan sang kakek, sudah mulai terlihat mengantuk.“Berhentilah mondar-mandir seperti itu, Alex. Apa kau tak lelah? Mama jadi makin pusing melihatnya,” ucap sang Mama dengan suara yang masih terdengar lemah.Wanita paruh baya itu memang masih dalam masa pemulihan pasca s

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   ICU

    Pekikan Alex menggema keras di tengah keramaian. Tangan kirinya mencengkeram kuat lengan istrinya, menarik Angelica sekuat tenaga menjauh dari lintasan mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ban mobil itu berdecit panjang, lalu terdengar suara benturan keras. Kendaraan tersebut menabrak pembatas jalan dan langsung terguling beberapa kali sebelum berhenti dalam posisi terbalik.Angelica masih terdiam. Napasnya cepat dan tak beraturan, tubuhnya gemetar hebat. Matanya tak lepas dari pemandangan di depannya—mobil yang kini hancur di bagian depan, asap mulai mengepul dari bawah bodi kendaraan, dan kerumunan orang mulai mendekat. Suaminya, yang melindungi dirinya sejak detik pertama, terduduk lemas di sampingnya.Darah mengalir pelan dari pelipis Alex. Benturan keras yang mengenai bagian dahinya akibat terbentur pembatas jalan mulai tampak jelas. Angelica langsung menoleh, kedua tangannya bergetar saat menyentuh wajah Alex.“Sa–sayang… kamu terluka…” suaranya nyaris tercekat.Alex menga

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Kecelakaan

    Beberapa bulan Kemudian. Semua cara sudah dicoba Michelle. Termasuk mencari orang pintar untuk mengikat Alex dengan cara yang tak masuk akal, tapi dia tetap melakukannya. Katanya, ini guna-guna pengikat hati. Ia bahkan mengeluarkan uang cukup banyak hanya untuk menjalankan semua yang diminta orang itu. Mulai dari ritual, membaca nama ibu, menanam benda aneh di halaman kantor, sampai menaruh sesuatu di ruang kerja Alex dan dia harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar seseorang melakukannya. Tapi hasilnya? Tidak ada yang berubah.Alex tetap tidak peduli.Sikap Alex juga makin jelas. Jangankan simpati, menoleh ke arah Michelle pun sudah tidak sudi bila dengan sengaja Michelle membuntuti pria itu. Semua upaya Michelle seperti membentur dinding. Dan yang membuatnya makin kesal, Alex justru semakin terlihat bahagia bersama Angelica. Foto-foto keluarga yang tersebar di media sosial, ucapan selamat dari kolega bisnis, bahkan berita mengenai jelang kelahiran anak kembar mereka. Semua i

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Keputusan Akhir

    Setelah Alex tiba di kantor, suasana kantor pusat Golden Gate Corporation masih terlihat normal. Para staf sibuk membuka email, dan sebagian lainnya sedang menyusun agenda meeting harian. Namun suasana itu perlahan berubah ketika Alex tiba di kantornya dengan wajah masam. Aura CEO dingin terlihat jelas. Bahkan tak ada yang berani menyapanya.Begitu turun dari lift eksekutif, Alex langsung menuju ruangannya tanpa banyak bicara. Wajahnya datar. Para staf yang biasa menyapanya dengan ramah hanya bisa saling menatap heran, menyadari ada sesuatu yang berbeda pagi ini.Begitu masuk ke ruang kerja, Alex memanggil kepala bagian HRD dan beberapa staf lain yang bisa membantu karena William masih cuti."Segera keluarkan sertifikat magang untuk seluruh mahasiswa yang ditempatkan di perusahaan ini," ucap Alex tegas sambil membuka laptopnya. "Semuanya. Hari ini juga. Mereka berhenti magang mulai hari ini."Kepala bagian HRD yang berdiri di depan meja Alex sempat terdiam. "Tapi, Tuan, masa magang

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Balasan Tak Terduga

    Tepat pukul 08.30, Alex tiba di kampus tempat Michelle berkuliah. Sebuah institusi pendidikan tinggi ternama di kota New Capitol. Kampus ini memiliki gedung utama yang besar, dengan arsitektur modern yang menggabungkan kaca dan logam, menjulang lima lantai dengan area resepsionis yang luas. Beberapa mahasiswa tampak hilir mudik, sebagian mengenakan jas laboratorium, sebagian lainnya membawa map presentasi, menunjukkan suasana akademis yang hidup dan profesional.Alex datang menggunakan mobil dinas perusahaan, ditemani oleh sopir pribadinya. Setelah turun, ia berjalan menuju lobi gedung rektorat dengan langkah tegap. Setibanya di meja resepsionis, seorang staf administrasi wanita segera menyapanya dengan ramah.“Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?”Mereka juga mengenali orang yang datang saat ini. Selain sebagai partner dengan kampus itu, Alex juga sering memberi materi bisnis di kampus tersebut. Berbagi pengalamannya sebagai pengusaha sukses pada para mahasiswa.“Saya ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status