Share

Chap 3 Kiss Me

Pukul 6 pagi, suasana di luar kamar hotel Shia sudah terasa segar. Tanpa ragu, Shia keluar dari kamar dan bergegas menuju lift. Tidak berselang lama, pintu lift terbuka, mengungkap pemandangan yang tak terduga.

Ketika Shia memasuki lift, matanya terkejut oleh adegan yang sedang berlangsung di dalamnya. Di sudut kecil itu, sebuah pasangan tengah terlibat dalam momen intim, tanpa sepatah kata pun tentang privasi atau kesopanan. Mata biru Shia melarikan pandangannya, mencoba untuk fokus pada hal lain.

Namun, tak dapat dihindari, Shia harus memutuskan apakah akan mengabaikan kejadian ini atau berhadapan dengan situasi yang cukup menjengkelkan. Dengan sikap yang tetap tenang, Shia memilih untuk tetap masuk ke dalam lift. Ia berdiri di depan pasangan tersebut, merapatkan dirinya ke sudut yang berlawanan arah.

Mungkin karena kehadirannya, mungkin tidak, pasangan itu terus dengan kegiatannya seolah Shia bukanlah bagian dari dunia mereka. Meski demikian, Shia merasa terganggu oleh suara yang kurang pantas mengisi ruang kecil tersebut.

Shia menekan tombol lantai UG. Dia lega ketika melihat tombol 16 sudah ditekan, itu dua lantai dibawah mereka. Artinya dia hanya perlu turun 2 lantai dan membiarkan pasangan gila dibelakangnya keluar.

‘ayolah ini masih pagi buta’ Shia memutarkan bola mata nya, dia menguap dengan suara yang sengaja dibuat sekeras mungkin, berusaha menyamarkan suara decapan kedua bibir yang menyatu dibelakangnya.

Ting. Pintu lift terbuka

Ciuman pasangan dibelakangnya terhenti.

“See you, babe..” Ucap perempuan itu sambil berjalan keluar lift, Shia bisa melihat kerlingan nakal dan menggoda yang wanita itu berikan.

Shia merasa aneh, kenapa perempuan itu keluar sendiri dan meninggalkan kekasihnya didalam lift dengan dirinya. Seharusnya pria itu turun saja mengikuti wanita tadi dan melanjutkan kegiatan mereka, bukannya meninggalkan pria itu dengan Shia hingga membuat gadis itu merasa canggung!

Pintu lift kembali tertutup, suara langkah kaki terdengar mendekati Shia. Kini Shia yakin jika pria itu sudah berdiri dibelakangnya dan mengukung tubuhnya.

Baru saja Shia ingin memaki pria itu, namun suara maskulin pria itu terdengar.

“We meet again, little tigris” Suara berat itu terdengar sangat jelas dibelakangnya. Shia membalik tubuhnya dengan cepat

“KAU!! SEDANG APA KAU DISINI?!” Shia memekik mendorong Dante menjauh.

Ya, pria yang berada satu lift dengannya dan bercumbu dengan seorang wanita itu adalah Dante, pria menyebalkan yang Shia temui kemarin malam.

“Hanya mengantarkan rekanku kembali ketempatnya” Jawab Dante santai, dia menyenderkan tubuhnya pada sisi lift. Mata abu-abu itu menatap Shia lekat, tidak ingin mengalihkan pandangannya dari mata biru yang menarik perhatiannya sejak pertemuan pertama mereka.

“Terkutuk, sudah kubilang jangan sampai kita bertemu lagi, jerk!” Shia menekan tombol lift untuk berhenti satu lantai dibawahnya. Dia tidak peduli jika harus turun dilantai 14. Yang penting baginya tidak berada ditempat yang sama dengan pria berbahaya seperti Dante.

“Sialan, kenapa tidak terbuka!” Shia memaki, lift itu tidak mau berhenti meskipun Shia sudah menekan angka 14

“Kau tidak akan bisa memaksanya berhenti hanya dengan menekan tombol, little tigris” Ucap Dante dengan tawa ringannya. Dia merasa lucu dengan tingkah Shia saat sedang kesal.

“KAU-!!”

Mata biru gelapnya menyipit dengan mulut yang mengeluarkan umpatan itu sungguh menarik perhatian Dante. Dante mulai berpikir, kapan terakhir kali merasakan ketertarikan seperti ini?

12 tahun lalu mungkin, ya benar 12 tahun lalu saat dia bertemu dengan sosok malaikat kecil di sebuah gereja. Dante merasa tertarik dengan mata birunya yang berbinar cerah. Dan kini dia bertemu sesorang dengan mata yang sama, namun ketertarikannya kali ini terasa jauh lebih besar.

Dante tertawa geli, Shia kembali menekan angka 16 namun sayangnya lift itu tetap tidak berhenti. Hingga tawa Dante pecah saat Shia menekan semua angka dengan brutal.

Helaan nafas Shia membuat Dante mendekat, kembali mengukung tubuh wanita itu dengan tubuh kekarnya.

“sebenarnya apa maumu bastard!” Shia mendesis, dia yakin jika semua ini diatur oleh Dante

“Kiss me” Ucap Dante ringan. Shia tertawa tak percaya

“Kurasa kau benar-benar sakit jiwa atau mungkin kau maniak ciuman, tapi maaf saja aku tidak berniat membiarkan bibirku bersentuhan dengan bekas orang lain. Kau tau jajanan murahan mengandung banyak virus” Sindir Shia

“Lidahmu tajam juga. Sepertinya kau lebih suka terjebak bersamaku selamanya daripada menciumku” Dante kembali melangkah mundur dengan sudut bibir yang terangkat

“Apa maksudmu?” Tanya Shia

Dante melirikkan matanya pada pintu lift. Shia mengikuti pandangan Dante. Lift itu telah berhenti dilantai UG, lantai tujuan Shia namun pintu itu masih tidak terbuka meskipun Shia sudah menekan tombol buka pada lift.

“Shit! Kau benar-benar menyebalkan. Buka pintu ini!” Shia menatap Dante dengan kesal

“One kisses and I will let you go”

“Never!”

Tolak Shia, dia menekan tombol darurat pada lift. Suara operator seolah menjadi harapan untuk Shia

“Help me please. Aku terjebak didalam lift, pintunya macet, tidak bisa terbuka”

“Lift anda berada dilantai berapa, nona?” Suara seorang pria terdengar

“UG” Jawab Shia, matanya melirik Dante dengan bibir yang mengulas senyum penuh kemenangan

Namun sayangnya senyum itu tidak bertahan lama ketika suara operator itu justru mendadak putus dan menghilang.

“Hello..”

“Hei, tolong aku, aku terjebak bersama pria gila yang akan membunuhku!”

Tidak ada jawaban. Shia memukul tombol itu dengan keras “God, I hope you go to the hell!”

“Kutukanmu terlalu berlebihan little tigris”

“Diam kau! Berhenti menyebutku seperti itu!” Shia menunjuk Dante, rasa kesalnya membuat Shia lupa jika Dante dapat membunuhnya dalam hitungan detik. “Hotel mewah macam apa yang membiarkan tamunya terjebak didalam lift!”

“Hotel ini milikku, jika punya masalah katakan saja padaku” Ucap Dante dengan senyum lebar, Shia memutar bola matanya malas. Dia sudah menebak jika pria itu pasti memiliki kuasa atas hotel ini, dari setelan yang dikenakannya saja Shia yakin jika dia bukan pria sembarangan.

“Kau ini sebenarnya siapa? Aku tidak pernah melihatmu dalam acara bisnis sebelumnya” Tanya Shia. dia berharap pria itu akan berbaik hati membuka pintu lift tanpa sebuah ciuman seperti permintaannya

“Dante, cukup ingat nama itu. Jadi bisa kau menciumku sekarang?” Ucapnya dengan seringain tipis

Oke, Shia akui jika Dante tampan. Namun dari tampang dan gaya bahkan tingkahnya Shia sangat yakin jika dia adalah seorang player.

Terlebih dia baru saja membuktikannya sendiri. dengan mata kepalanya sendiri, Dante berciuman dengan seorang wanita di dalam sebuah lift. Hell, dia berharap semoga pria itu mendapat karma atas segala tingkah menjijikannya.

“Berapa usiamu?” tanya Shia, dia cukup penasaran dengan satu hal ini

“35. Kenapa?” Tanya Dante membuat Shia melotot, dia tau jika pria itu lebih dewasa tapi Shia tidak mengira jika usia pria 35 tahun padahal tampangnya seperti pria yang berada akhir 20an.

“Maaf tapi aku tidak ingin mencari masalah dengan mencium pria yang hampir seusia pamanku” Balas Shia

“jadi kau keberatan mencium pria yang berusia 16 tahun lebih tau darimu little tigris” Lanjut Dante dengan senyum miring.

“Kau tau usiaku..” Shia bergumam

“Hmm, hanya memastikan jika aku tidak terlibat dengan anak dibawah umur”

Shia berdecih, sepertinya dia tidak memiliki cara lain untuk keluar selain mengabulkan keinginan pria itu.

“Bisa bersihkan bibirmu, aku tidak ingin menyentuh bekas orang lain” Ucap Shia malas

“Aku ingin kau yang membersihkannya, dengan bibirmu” Ucap Dante santai, dia bahkan tidak bergeming ketika netra biru itu membola.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bintang
asli, akal2an tu cowok bisa aja. gemes gw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status