Share

Bab 2 • Morning Kiss

Penulis: Rae_1243
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-04 17:59:09

Pukul 02:37

Di sebuah jalan raya di pinggir kota yang sepi, terlihat sebuah mobil Ferrari Aperta berwarna hitam yang terguling.

Mobil termahal yang hanya ada 200 unit saja itu sekarang dalam keadaan ringsek. Salah satu sisinya rusak parah dan di atas aspal tercetak bekas terseret.

Di dalamnya, terlihat Killian yang terkulai di balik kemudi dengan darah meleleh.

"A—apa dia sudah ...."

Ansia keluar dari mobil dan berdiri gemetar. Bukan disebabkan dinginnya hembusan angin malam, meski saat ini dia memang hanya mengenakan kimono tidur yang tipis, tapi karena kondisi Killian.

"Dd—dia nggak bergerak sama sekali," bisiknya dengan nada menggetar. "Dia ... masih hidup 'kan?"

Kedua tangannya saling meremas dengan wajah ketakutan. Penampilan Ansia saat ini memang berantakan, tapi dia masih terlihat menarik.

"Ayo cepat kita pergi," ajak Dion, menghampirinya dengan langkah tertatih.

"Tt—tapi ...."

"Ans, ini kesempatan terakhir sebelum orang-orangnya datang dan menangkap kita."

Ansia terdiam, menyadari kebenaran ucapan Dion. Namun masih ada ragu di hatinya untuk meninggalkan Killian begitu saja.

"Ayo!" ujar Dion lagi, menarik Ansia pergi.

Menoleh sekali lagi, Ansia akhirnya menurut. Mobilnya melaju pergi, meninggalkan Killian di jalanan sepi begitu saja.

Tidak lama kemudian, Killian mengerang. Tubuhnya perlahan bergerak, kedua netra berwarna hitam itu pun mulai terbuka. Di antara kepala yang berdenyut sakit dan nyeri yang mendera sekujur tubuh, Killian berusaha mengumpulkan kesadaran.

Namun di saat yang sama ada sorotan tajam cahaya menimpanya, disertai suara derum mesin dan decitan ban. Saat berikutnya, terdengar suara benturan keras ketika Ferrari Aperto yang terguling itu ditabrak.

•••

07:32

Adelaide, Australia

Sinar matahari pagi menerobos masuk ke sebuah kamar tidur. Sehelai tirai berwarna biru muda melambai, tertiup angin dari jendela yang sedikit terbuka.

Di atas ranjang dengan kelambu berwarna senada, sang pemilik kamar menggeliat perlahan. Sepasang matanya lalu terbuka, menampilkan warna abu yang jernih.

"Aila! Bangun, Sayang." Terdengar seruan dari luar kamar disertai ketukan pintu.

Dengan malas Aila beranjak bangun. Dia berjengit saat menyadari ada tangan yang melingkar di perutnya.

"Noah!" serunya kaget. "Kenapa kamu tidur di sebelahku? Kapan kamu masuk? Siapa yang mengijinkanmu? Lalu—"

"Morning kiss, Princess," potong Noah, langsung mencium kening Aila. "Setidaknya, berikan aku kesempatan untuk menjawab."

Mendengus, wajah Aila cemberut memandang kekasihnya. Wajah Noah Albern termasuk tampan meski berkesan kalem. Rambutnya berwarna tembaga dengan sepasang warna bermata biru. Dengan sikap ramah dan murah senyumnya, membuat lelaki itu terlihat memikat.

"Aku tadi berniat membangunkanmu. Tante Lusi juga sudah memberi ijin kok," terang Noah, menarik Aila agar duduk di pangkuannya. "Lihat, sudah jam berapa sekarang?"

"Oh!" Aila berseru, memandang jam beker yang ada di atas nakasnya.

"Apa kamu bermimpi buruk?" tanya Noah, menyandarkan dagu di pundak Aila. "Dari tadi kamu mengerang, menyebut nama Ansia. Bukankah dia adik kembarmu?"

Aila mengangguk. "Perasaanku nggak enak, aku merasa seolah Ansia sedang berada dalam masalah besar."

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Kalian 'kan, sudah lama nggak bertemu, bisa jadi kamu merindukannya."

Menghela napas berat, Aila hanya diam. Memang, sudah empat belas tahun lebih mereka nyaris tidak bertemu. Bahkan sekedar bertukar kabar pun tidak karena Ansia sudah tidak pernah lagi membalas telepon maupun chat darinya sejak lima tahun terakhir.

"Apa kamu ingin pulang ke Indonesia? Saat ini kita 'kan, sedang liburan semester. Mau aku temani?" tawar Noah, kali ini menyibakkan rambut Aila lalu mengendusi lehernya.

Aila menggigit bibir, menahan geli, lalu menggeleng. Pulang ke Indonesia adalah pilihan terakhir baginya dan sebisa mungkin gadis itu ingin menghindarinya.

"Akh, Noah," desah Aila saat Noah menyesap kulit lehernya, membuat perempuan bermata abu itu pun mendongak dan bersandar di bahu Noah. "Geli."

"Aku suka baumu, Princess," bisik Noah, menggigit dan menjilat sekilas daun telinga Aila.

Aila menggigit bibir saat tangan Noah menyusup masuk ke piyama dan mengelus-elus perut ratanya. Sebelah tangan Noah juga perlahan membuka satu persatu kancing piama Aila

"Noah," desah Aila, merasakan sentuhan Noah yang perlahan, tapi terasa semakin intim. "Sudah, Noah."

"Sst. Jangan berisik, Princess. Nikmati saja."

Noah lalu membalik tubuhnya, membuat mereka duduk berhadapan. Dengan tatapan saling mengunci, Noah melepas sisa kancing piyama Aila. Tangannya sudah berada di tali bra, berniat menariknya turun, saat pintu kamar gadis itu tiba-tiba terbuka.

"Aila! Ada telepon dari Risa, ibumu," seru Lusi sambil menerobos masuk. "Katanya semalam Ansia kecelakaan. Jadi— Oh!"

Butuh waktu beberapa detik bagi Lusi untuk memahami situasi di mana Aila dan Noah mendadak panik dan berserabutan menjauh.

Wajah Aila seketika kecut, menyadari badai kemarahan yang harus dihadapinya.

•••

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
terkereeeeed
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
Mampir ya Karya receh Istri yang Tak Dirindukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   See You Again

    Halo, Semua. Apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat & bahagia. Hari ini, akhirnya cerita Aila dan Killian pun berakhir. Terima kasih atas satu tahun yang begitu mengagumkan. Terima kasih juga karena sudah berkenan mengikuti cerita ini sampai akhir. Saya menyadari bahwa novel ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan saya meminta maaf atas segala hal yang tidak memuaskan. Semoga kita bisa bertemu lagi!

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - End • Still, Not The End

    Orion menoleh. Bocah lelaki yang biasanya begitu pendiam itu pun seketika memasang wajah ceria, lantas berlari-lari sambil berseru riang, "Mom!" "Halo, Sayang," sahut Aila, yang juga memburu menyambut putranya dengan kedua tangan terkembang, lalu memeluknya. "Maaf karena Mommy terlambat." "Tidak apa-apa, Mom. Oh, apa Mom tahu kalau Rigel tadi terjatuh dari pohon?" Sepertinya predikat pendiam Orion pun menghilang seketika, sebab anak itu sekarang berceloteh dengan begitu bersemangat. "Oh, ya? Benarkah? Kenapa sampai bisa begit—" "Itu karena tadi ada anak kucing, lalu dia—" "Mommy!" Tidak mau berlama-lama sampai Aila mengomelinya, Rigel langsung memeluk Aila dan sengaja sedikit menggeser posisi Orion agar sedikit menjauh. "Kenapa Mommy lama sekali, sih? Apa Mommy tahu, kalau sewaktu tidak ada Mommy, Kak Lills selalu mengomeliku habis-habisan?" Tersenyum, Aila lantas menepuk-nepuk kepala kedua putra kembarnya. Setelah itu, dia mengulurkan tangan, meminta agar Liliana mendekat. Se

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - End • Orion and Rigel

    "Kills, apa yang kamu lakukan?""Sst, Queen. Aku sedang berusaha mendengarkan anak kita. Kira-kira mereka sedang apa, ya, di dalam perutmu?"Aila tertawa. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk menempelkan telinga di perut Aila. Sambil mengelus-elus dan menciumi perut istrinya, Killian terus saja berbisik dan tertawa bahagia ketika mendapatkan tendangan kecil sebagai balasan."Kills, sudah dong.""Sebentar lagi saja, Queen. Lihat, anak kita gerakannya begitu aktif.""Kamu, sih, senang melihatnya, tapi aku yang merasakan nyeri."Killian terdiam seketika, lalu buru-buru berbisik, "Sayang, kalian kalau menendang jangan terlalu kuat. Kasihan Mommy. Tuh, lihat. Kalau nanti Mommy sampai ngambek terus Daddy tidak diberi jatah, bagaimana?"Aila membelalak. Dengan wajah memerah dia lantas menjewer suaminya itu."Queen, aduh. Sakit. Lepaskan, Queen. Memangnya, aku salah apa?""Salah apa, katamu? Ya Tuhan, Kills. Apa yang baru saja kamu katakan kepada anak-anak kita, ha?"

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 99 • If You're Leaving ....

    Bukankah kehamilan Aila masih menginjak usia tujuh bulan? Killian memang bukan seorang dokter, tapi dia tahu betapa seriusnya situasi saat ini. "Dokter Aiden!" seru seorang dokter laki-laki yang datang berlari-lari menyambut, sesampainya mereka di bagian IRD (Instalasi Rawat Darurat). "Bagaimana status pasien?" "Dokter Cedric, selamat malam! Pasien mengalami preterm PROM (Premature Rupture of Membrane)." "Berapa usia kandungannya?" "Tiga puluh satu minggu." Killian masih sempat menangkap ekspresi tegang yang sekilas melintas di wajah dokter Cedric dan ada perasaan tidak enak yang seketika dia rasakan. "Aiden! Katakan padaku. Apakah ini buruk?" tanyanya, dengan nada panik yang bisa tertangkap jelas dalam suaranya. Dia mencengkeram kemeja Aiden dan menahan dokter muda itu ketika akan menyusul Aila, yang sudah dibawa masuk ke ruang perawatan terlebih dulu oleh dokter Cedric. Ada beberapa detik yang dilewatkan Aiden untuk terdiam. "Begini, Ian. Akan ada beberapa prosedur yang tid

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 98 • Not Today

    Keadaan menjadi semakin baik. Mereka mungkin saja menggerutu, merasa kesal dan kalau bisa, maka akan memilih untuk pergi saja. Namun, nyatanya tidak. Meski dengan perasaan tidak puas, nyatanya tidak ada seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya. Entah mengapa, seolah ada sesuatu yang membuat mereka untuk tetap bertahan di tempatnya masing-masing. Ah, bukan. Bukan sesuatu, tapi lebih tepatnya mungkin adalah ... seseorang. "Lihat. Bukankah kalau begini, jadi lebih menyenangkan?" ujar Aila dengan wajah ceria, seolah tidak menyadari apa pun. "Lills, kamu juga suka kan?" Liliana segera mengangguk-angguk, membuat kedua pipinya yang menggemaskan pun terlihat naik turun dengan lucunya. Lalu, dengan penuh semangat dia berseru, "Suka, Mommy! Kalau Mommy suka, Lills juga suka!" Berakhir sudah. Meski masih belum yakin sepenuhnya, tapi mereka seolah memiliki perasaan bahwa dengan ucapan kedua Ibu dan anak itu maka sebuah keputusan telah diambil. Mereka akan makan malam bersama dalam sa

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 97 • Sister

    Ada berbagai macam hal tidak jelas yang silih berganti mengisi mimpi Aila.Seorang perempuan yang berbalik lantas keluar dari sebuah tempat yang seperti ruang kantor; seorang lelaki yang tengah dipeluk oleh perempuan lain, tapi sepasang mata birunya terus memandang ke arah perempuan pertama yang tadi pergi; selembar kertas yang sepertinya berisi hasil pemeriksaan rumah sakit yang disertai oleh sebuah testpack; sebuah tempat yang begitu ramai yang tampaknya adalah bandara dan perempuan yang pertama tadi tengah berjalan menyeret sebuah koper, sembari menunduk dan mengelus-elus perutnya.Tunggu, apakah dia sedang menangis? Ah, iya. Perempuan itu memang sedang menangis.Sebab, kemudian ada sepasang lelaki dan perempuan berusia separuh baya yang lantas menghampiri dan memeluknya, berusaha menenangkan serta menghiburnya. Ketiga orang tersebut lantas berjalan di garbarata, menuju pintu sebuah pesawat dengan posisi perempuan tadi berjalan paling akhir.Lalu, sesaat sebelum melewati kedua pram

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status