LOGINPukul enam pagi, Sera terbangun. Kepalanya pusing, rasa aneh yang semalam ia rasakan berangsur menghilang berganti rasa nyeri di bagian bawah tubuhnya.
Perlahan Sera membuka mata dan langsung terperangah kaget saat melihat sepasang tangan tengah memeluknya dengan erat. Tidak hanya itu saja, Sera melihat wajah tampan pria penolongnya sedang terpulas di sampingnya.
“Apa yang terjadi?” gumam Sera.
Lamat-lamat Sera menyusun semua kejadian tadi malam. Ia yakin jika coklat yang ia makan semalam adalah obat perangsang yang membuat dia bertingkah seaneh ini. Harusnya ia melayani klien sialan itu, tapi bukannya selamat. Ia malah sudah menghabiskan malam panas bersama pria tak dikenal.
Dengan hati-hati Sera mengangkat tangan Axel, kemudian turun dari kasur. Secepat kilat, Sera berpakaian. Ia tidak mau berurusan terlalu dalam. Kalau bisa, ia harus pergi dari sini.
“Sudah mau pergi?”
Sebuah suara serak terdengar dari belakang Sera. Perlahan Sera memutar tubuh dan melihat Axel sudah bangun.
Pria tampan itu berbaring sambil menyanggah kepalanya dengan salah satu tangan menatap Sera tajam.
“Maaf, Tuan. Saya harap yang terjadi semalam dilupakan saja.”
Axel sontak terkejut mendengar ucapan Sera. Pria tampan itu mengernyitkan alis dengan mata menatap penuh tanya.
“Saya yang salah. Saya minta maaf.”
Sera malah berkata seperti itu sambil menundukkan kepala. Axel sontak terkekeh mendengar ucapannya. Ia tergesa bangkit dari kasur, mengenakan celananya dan berjalan menghampiri Sera.
“Minta maaf? Kamu yang kehilangan keperawanan. Mengapa kamu yang minta maaf?”
Sera tidak bisa menjawab. Kalau bukan dia yang mulai, pasti Axel tidak akan melakukan hal ini padanya. Itu sebabnya, Sera minta maaf.
“Siapa namamu? Aku akan tanggung jawab!"
Sera mendongak, membuat mata mereka bertemu. Semalam ia dalam pengaruh obat perangsang sehingga tidak menyadari jika mata pria ini sungguh indah. Hitam pekat, tajam dan bagai pusaran air yang menarik siapa saja yang melihatnya.
“Kamu tidak punya nama?”
Suara Axel kembali terdengar menginterupsi lamunan Sera.
“Eng … saya rasa itu tidak perlu. Saya mohon lupakan semua kejadian malam ini. Saya tidak akan menuntut apa pun.”
Axel terperangah kaget mendengar jawaban Sera. Banyak wanita yang ingin tidur dengannya dan menginginkan tanggung jawabnya. Namun, kenapa wanita ini berbeda?
“Saya permisi dulu.”
Sera langsung membalikkan badan dan berlalu meninggalkan Axel, tapi tangan Axel lebih dulu mencekal lengannya.
“Hei!! Kamu pikir kamu siapa? Seenaknya saja mencampakkan aku!!”
Sera mendelik mendengar ucapan Axel. Kepalanya menggeleng dengan wajah terlihat bingung.
“Saya … saya tidak bermaksud seperti itu. Kejadian tadi malam benar-benar di luar dugaan. Saya … saya dalam pengaruh obat perangsang hingga ---”
“Aku tahu, Nona. Itu sebabnya aku menolongmu semalam, kalau tidak, kamu bisa mati.”
Sera tidak bisa menjawab, hanya mengatupkan rapat bibirnya sambil menatap Axel dengan linglung.
“Kamu ingin aku melupakan kejadian malam ini?” Sera mengangguk.
“Fine, tapi jangan minta tanggung jawabku jika kamu hamil. Asal kamu tahu, aku melakukannya tanpa pengaman semalam.”
Sera terdiam, beberapa kali menelan saliva. Entah mengapa udara tercekat di kerongkongannya. Sebuah senyum smirk terlihat di wajah tampan Axel dan itu membuat Sera ketakutan.
“Pergilah. Ingat ucapanku tadi!! Jangan mencariku jika kamu hamil!!”
Sera menelan ludah sambil menganggukkan kepala berulang. Entah karma apa yang membuatnya terjebak dalam kemalangan seperti ini. Bukannya selamat dari buaya, dia malah jatuh ke kandang macan.
Hampir dua minggu kejadian itu berlalu dan perlahan Sera sudah melupakannya. Sera menganggap itu adalah hari sial dalam hidupnya yang tidak akan pernah ia temui lagi. Kini saatnya ia berbahagia.
Hari ini adalah hari yang sudah ditunggu Sera selama ini. Hari dimana pada akhirnya ia resmi menjadi istri Regan Emanuel Longdon. Pria berusia 46 tahun yang sudah lama berhubungan dengannya.
Meski terpaut hampir dua belas tahun dengan Sera, tapi ia tidak mempermasalahkannya. Regan sudah baik kepadanya selama ini. Regan juga yang selalu ada untuk Sera. Regan yang perhatian, pengertian dan punya banyak kelebihan yang membuat Sera nyaman dengannya.
Usai melalui prosesi pemberkatan, pada akhirnya mereka resmi menjadi suami istri. Banyak ucapan selamat berdatangan untuk Sera dan Regan. Sedari tadi senyum Sera terus terkembang menunjukkan kebahagiaannya hari ini.
“Sayang … ada yang ingin aku kenalkan padamu,” ucap Regan.
“Siapa?” tanya Sera penasaran.
“Sebentar, aku panggil dulu.”
Regan berjalan menjauh meninggalkan Sera, kemudian tak lama kembali bersama seorang pria tampan. Kalau dilihat usianya lebih muda dari Regan, wajahnya rupawan dengan rambut ikalnya yang menawan dan mata pekat nan menghanyutkan.
Sera terdiam sesaat, kenapa wajahnya tidak asing?
Perlahan Regan mendekat kemudian berdiri diam di depan Sera.
“Sera Sayang … ini Axel. Dia putra tunggalku.”
Sera membisu mengatupkan rapat bibirnya sambil menatap pria tampan di depannya. Ia tidak salah lihat jika pria yang sedang berdiri di depannya adalah pria yang telah menghabiskan malam panas dengannya saat itu.
Axel tersenyum mengulurkan tangan. Matanya menatap tajam seolah sedang menarik Sera masuk ke dunianya.
Dengan lembut, Axel bersuara, “Wajahmu tidak asing, apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Iya benar, Nona. Ada keperluan apa Anda mencari mereka?” tanya karyawan tersebut kemudian.Sophie menoleh, menatapnya dengan tajam. Wajahnya terlihat tegang dan sangat merah. Ia kesal, kenapa karyawan Axel tidak tahu siapa dia sebenarnya? Apa selama ini Axel dan Regan memang belum memberitahu posisinya di sini?Belum sempat Sophie menjawab, tiba-tiba Jody berjalan menghampiri. Dia mengenal Sophie dan langsung menyapanya.“Nona Sophie, kebetulan sekali bertemu di sini?”Karyawan yang bertanya tadi langsung menoleh ke Jody.“Loh, Anda mengenal Nona ini, Tuan Jody?”Lagi-lagi kalimat itu membuat murka Sophie. Entah mengapa dia merasa tidak diinginkan di sini.Jody yang tadinya berwajah ceria dengan senyum terkembang menyambut Sophie, seketika terdiam. Ia menelan ludah beberapa kali sambil menganggukkan kepala. Sesekali Jody memperhatikan ekspresi Sophie. Wanita cantik itu seperti hendak makan orang sa
Axel terjaga saat sinar mentari menerpa wajahnya melalui tirai balkon kamar Sera. Perlahan ia membuka mata sambil memperhatikan sekitar. Ia ingat jika semalam tidak tidur di kamarnya sendiri.Ia juga ingat jika sempat muntah sebelum tidur dan itu sebabnya saat ini ia terbangun dengan hanya mengenakan boxer saja.Axel mengulum senyum sambil melirik ke sebelahnya. Sudah tidak ada Sera di sana, tapi ia mendengar dengan jelas suara air di kamar mandi.Tak berapa kama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Sera keluar dari sana dengan hanya mengenakan bathrobe.“Kamu sudah bangun?” sapa Sera.Axel tersenyum sambil mengangguk. Tampangnya berantakan, rambutnyan acak-acakan, tapi aroma alkohol tidak tercium dari tubuhnya. Bisa jadi Sera sudah membersihkannya semalam. Axel tidak ingat.“Terima kasih semalam kamu sudah ---”Axel tidak meneruskan kalimtanya, tapi sudah melirik setumpuk baju dengan bekas muntahannya.
Sementara itu di waktu yang sama, terlihat Axel duduk menyendiri di sudut sebuah bar. Ada beberapa botol minuman dan gelas yang sudah kosong tergeletak di atas meja tepat di depannya.Pria tampan itu duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya. Kedua tangannya terentang sepanjang sofa dengan salah satu tangan memegang gelas berisi minuman. Tatapan matanya kosong dengan bibir yang sangat merah.Visual Axel yang menawan tentu saja langsung menarik perhatian beberapa pengunjung di sana. Seorang wanita cantik nan seksi datang menghampiri dan langsung duduk di samping Axel.“Hai, Ganteng!! Mau aku temani?” sapa manis wanita seksi itu.Axel tidak bereaksi tapi matanya sudah menyapu wanita yang duduk di sampingnya. Rambutnya pirang dengan make up yang tebal. Ia mengenakan of shoulder blus dengan rok yang super ketat. Tak ayal paha mulusnya langsung terekspos saat duduk menyilang kaki.Wanita itu tersenyum saat melihat Axel tertarik padanya. Perlahan tangannya terulur mengelus paha Axel.“Aku
“Sesuai amanat Mama dan nenekmu, jika kamu menolak perjodohan ini. Maka, kamu harus melepaskan semua fasilitas dari keluarga ini,” ujar Regan.Axel hanya diam. Ia sudah tahu soal hal ini, tapi meski begitu Axel berharap keinginannya terwujud.“Perusahaan, mobil, apartemen, hak waris bahkan namamu akan dicoret dari keluarga ini. Apa itu yang kamu inginkan, Axel?”Belum ada jawaban dari Axel. Ia hanya diam menggigit gigi sambil menatap tajam Regan. Banyak amarah dan kekesalan yang sedang ditahan oleh Axel.Regan tersenyum saat melihat reaksinya.“Papa tahu kamu marah, tapi itulah yang diinginkan keluarga kita. Nenek dan mamamu sudah mengatur perjodohan ini, Xel. Apa kamu tega menghancurkan impian mereka?”“Papa yakin kamu sangat menyayangi mamamu dan tahu bagaimana cara menunjukkan pengabdianmu sebagai anak. Ya … meskipun sekarang mamamu tidak dapat menyaksikannya, tapi Papa yakin ia pasti senang di alam sana.”Axel membisu, kepalanya menunduk dengan wajah sayu. Dia selalu melankolis jik
Regan tercengang kaget mendengar jawaban Axel. Ia memang tidak akrab dengan Axel, tapi Regan juga tidak menduga Axel akan berkata seperti ini.Tanpa menunggu jawaban dari Regan, Axel sudah mengakhiri panggilannya. Regan menghela napas panjang sambil meraup wajahnya.“Aku tidak akan membiarkan perjodohan ini batal. Axel harus menikah dengan Sophie!!!” tandas Regan.Di waktu yang sama, Sera tampak sibuk dengan aktivitasnya. Ia fokus mengerjakan semua tugas yang diminta Axel tadi. Saking sibuknya, ia bahkan tidak menyadari saat Axel menyelinap masuk melalui connecting door.“Kamu marah padaku?” Tiba-tiba suara Axel mengusik keheningan Sera.Sera menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke Axel.“Untuk apa aku marah?” Bukannya menjawab, Sera malah balik bertanya.Axel menghela napas, berjalan mendekat kemudian duduk di meja menghadap Sera.“Aku tidak suka dia. Bahkan aku sudah meminta Nenek membatalkan perjodohanku dengannya. Namun, belum sempat mengambil keputusan Nenek sudah sakit seperti
“Apa??” tanya Axel.Pria tampan itu terkejut begitu mendengar jawaban Sophie. Sophie tersenyum sambil menggerakkan tubuhnya dengan gemulai.“Aku rasa Om Regan ingin kita bekerja sama, Xel. Bukankah nantinya kita akan jadi pasangan.”Mata Axel membola dan gegas bangkit dari duduknya. Sesekali ia melirik Sera yang duduk diam di depannya.“Aku gak butuh bantuanmu. Semua divisi di sini terisi semua. Lantas kamu mau di bagian apa?”Sophie berdecak turun dari meja, berjalan gemulai mendekat ke Axel. Lalu tanpa malu, Sophie langsung merengkuh pinggul Axel dan memeluknya.“Kamu kan bosnya, Babe. Apa tidak bisa memberi aku posisi di sini?”Axel berdecak, memalingkan wajah sambil mendorong tubuh Sophie menjauh. Terlihat sekali kalau dia tidak nyaman dengan ulah Sophie. Sera masih bergeming di posisinya. Ia sendiri tidak tahu mengapa kakinya tiba-tiba membeku dan tak bisa digerakkan.“Tante Sera saja bisa kamu beri posisi penting. Kenapa aku tidak, Babe? Aku kan calon istrimu.”Axel mendorong So







