“Eng … aku rasa tidak. Aku baru ini melihatmu,” jawab Sera.
Ia langsung menyambut uluran tangan Axel dan secepat kilat menariknya kembali. Axel hanya diam dan sama sekali tidak mempermasalahkannya. Apalagi setelah itu banyak tamu yang menghampiri Sera dan Regan hendak memberi selamat.
Axel mundur dengan teratur dan memilih duduk di salah satu kursi. Ia hanya diam memperhatikan Sera sambil menikmati minuman yang disajikan.
“Rasanya aku tidak salah. Dia wanita di malam itu,” gumam Axel.
Mata pekatnya terus mengawasi gerik Sera dan tentu saja Sera jadi tidak nyaman. Padahal sepanjang acara, Sera merasa bahagia, tapi setelah kedatangan Axel dan perkenalannya tadi membuat Sera ketakutan.
Bagaimana jika Axel mengatakan ke Regan kalau telah terjadi sesuatu pada mereka malam itu? Apa jadinya Sera jika Regan marah dan membatalkan pernikahannya?
Beberapa kali Sera menghela napas untuk melepas ketegangannya dan itu diketahui oleh Regan.
“Sera Sayang … kenapa? Kamu lelah?”
Sera tersenyum sambil menggeleng saat Regan menggenggam tangannya. Ia suka pria ini. Dia begitu lembut memperlakukannya.
“Enggak. Aku hanya sedikit gugup.”
Regan terkekeh mendengar jawaban Sera.
“Sayang … prosesinya sudah selesai. Mengapa kamu masih gugup? Apa kamu sedang memikirkan malam pertama?”
Seketika Sera terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Ia lupa kalau nanti malam ia harus melakukan prosesi sakral itu. Apa jadinya jika Regan tahu dia sudah tidak perawan?
Memang untuk sebagian orang hal itu tidak masalah, tapi Sera salah satu wanita yang masih berpikiran konvesional tentang hal tersebut. Ia benar-benar takut jika Regan marah padanya.
“Kamu terlihat tegang, Sayang. Bagaimana kalau kita dansa?”
Regan langsung mengulurkan tangan mengajak Sera untuk turun berdansa. Tak ayal semua tamu bersorak-sorai menyambut mereka turun ke lantai dansa. Ini adalah salah satu prosesi penting dalam pesta pernikahan.
Kedua mempelai turun ke lantai dansa mengawali dansa pertama mereka yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tamu undangan yang hadir. Sera tersenyum gembira dan sedikit melupakan ketegangannya usai berdansa dengan Regan.
Harusnya ia tidak ambil pusing dengan kehadiran Axel. Toh, dia sudah melupakan kejadian malam itu. Namun, ketenangan Sera hanya sesaat.
Tiba-tiba Axel mendekati mereka dan berkata, “Pa, boleh aku berdansa dengan mama baruku?”
Regan terkekeh kemudian mengangguk. “Tentu, Axel. Lain kali cari panggilan yang tepat untuk Sera.”
Axel mengangguk, kemudian membungkukkan badan di depan Sera memberi salam seperti layaknya sikap orang hendak berdansa. Perlahan Axel mengulurkan tangan meminta tangan Sera. Mau tidak mau Sera menyambut tangannya kemudian mereka tampak asyik berdansa.
“Jadi namamu Sera?” tanya Axel.
Sera tidak menjawab, hanya berdehem disertai lirikan matanya. Axel mengulum senyum mendengar jawabannya.
“Apa kamu sudah lama tinggal di kota ini?”
Sekali lagi Sera tidak menjawab, hanya mengangguk saja.
“Tante Sera irit sekali bicaranya. Apa Tante tidak ingin mengenal aku lebih dekat?”
Sera menghela napas sambil melihat Axel sekilas. Axel membalas tatapannya dengan sebuah senyum yang manis.
“Parfum Tante wangi sekali. Aku suka.”
“Ini mengingatkanku pada kejadian di malam itu.”
Axel mengendus sambil mendekatkan wajahnya ke Sera. Sera buru-buru menghentikan gerakannya dan itu membuat Axel ikut berhenti.
“Aku lelah.”
Sera bersiap kembali ke tempatnya, tapi tangan Axel lebih dulu memegang lengan Sera membuatnya urung pergi. Untung saja saat itu banyak yang turun ke lantai dansa sehingga ulah mereka tidak menjadi perhatian.
“Lelah atau menghindar dariku?”
Sera terdiam sesaat, menelan ludah kemudian menatap Axel dengan tajam.
“Dengar, Axel!! Aku tidak paham dengan ucapanmu. Aku sama sekali tidak mengenalmu sebelumnya. Jadi, jangan aneh-aneh.”
Sera langsung menarik tangannya dan berlalu pergi dari Axel. Axel hanya diam memperhatikannya dari jauh.
Pukul sepuluh malam pesta berakhir. Sera sudah kembali ke kamarnya. Kebetulan resepsi pernikahannya diadakan di sebuah hotel bintang lima di kota itu. Regan juga sengaja memesan kamar untuk bermalam di sana.
“Regan, kamu mau kemana?” tanya Sera.
Ia melihat Regan sudah berganti pakaian dan siap keluar lagi.
“Maaf, Sayang. Ada hal penting yang harus kukerjakan.”
“Tapi, Regan. Ini malam pernikahan kita. Kenapa kamu mau pergi?”
Regan tersenyum, berjalan menghampiri Sera, memeluknya dengan lembut kemudian mengecup keningnya berulang.
“Aku hanya sebentar, nanti juga kembali. Kamu siap-siap saja, ya!”
Sera tersenyum sambil menganggukkan kepala. Padahal sejujurnya Sera sangat gugup sekaligus bingung apa yang akan ia katakan ke Regan soal keperawanannya.
Belum setengah jam, Sera sudah mendengar bel kamarnya berbunyi. Regan memang tidak membawa kunci kamar. Tergesa Sera membukakan pintu. Ia sudah berganti baju yang seksi dan Sera yakin Regan akan suka melihatnya.
Tanpa melihat lebih dulu, Sera langsung membuka pintu sambil bersuara, “Kamu sudah datang.”
Tak lama kemudian ada suara serak yang sangat dikenal Sera menjawabnya.
“Tante sedang menunggu aku?”
Dengan kecepatan laksana cahaya, Axel melepas genggaman tangannya. Sehingga Regan tidak sempat melihat ulah nekat putranya.“Aku pergi dulu, ya?” pamit Regan ke Sera.Sera mengangguk dan terdiam saat Regan mendaratkan ciuman di bibirnya. Regan melirik Axel, menganggukkan kepala kemudian sudah berjalan masuk ke dalam mobil.Begitu mobil Regan menghilang, Sera tergesa masuk. Ia tidak mau berada lebih lama dengan Axel. Namun, pria tampan itu dengan cepat mencekal lengan Sera dan membuatnya urung pergi.“Kamu mau apa lagi?” tanya Sera dengan sebal.Axel mengulum senyum, berjalan mendekat hingga berdiri sejajar di depan Sera. Mata mereka beradu saling pandang.Perlahan tangan Axel merengkuh pinggul Sera dan menarik rapat hingga dada mereka menempel. Sera panik. Ia takut ulah mereka dilihat asisten rumah tangga di sini.“Tante gak usah panik gitu, dong. Aku kan cuman mau pamitan.”Sera berdecak. &l
“Re—Regan,” ujar Sera terbata.Ia sangat terkejut begitu melihat suaminya tiba-tiba kembali pulang. Apa Regan melihat yang Axel lakukan tadi? Apa Regan melihat semuanya?Sera terlihat gugup, tapi sebisa mungkin menutupinya. Berbanding terbalik dengan Axel yang terlihat lebih tenang.Bahkan pria itu tidak menurunkan tangannya dari pinggul Sera sejak tadi.“Hai, Pa. Aku ke sini untuk menjenguk Nenek.” Axel menjawab dengan riang.Selama ini nenek Axel, Nyonya Josephine tinggal di rumah yang sama dengan Regan dan Sera. Hanya karena sakit stroke membuat Nyonya Josephine terus berada di kamar.Regan mengangguk, tapi matanya sedang menatap tangan Axel yang memeluk pinggul Sera. Seketika Sera menurunkan tangan Axel. Sementara Axel hanya tersenyum cengengesan melihat Regan.“Tadi Tante Sera kepleset dan aku membantu memeganginya supaya tidak jatuh. Sepertinya lantainya masih basah.”“Betul
“Apa maksudmu, Regan? Aku … aku ---”Sera terperangah kaget mendengar ucapan Regan, tapi belum sempat Sera bersuara tangan Regan sudah turun mencengkram erat lehernya.Tidak hanya itu Regan sudah mendorong tubuh Sera menempel ke dinding di belakangnya.“Ekgrr … Re … gan … akhrgg … .”Sera kesakitan dan kesulitan bernapas. Wajahnya memerah dengan mata yang melotot. Belum lagi rasa nyeri dan sakit yang ia rasakan. Sera tidak tahu mengapa tiba-tiba Regan melakukan hal ini padanya.“Tidak mau ngaku, heh?”Sera kebingungan harus menjawab apa. Apa ini berkaitan dengan pengakuannya saat itu? Apa Regan tahu jika Axel orangnya?Belum selesai benak Sera berpikir, tiba-tiba Regan melepas cengkraman tangannya. Tubuh Sera merosot. Ia berulang kali batuk sambil memegang lehernya. Masih terasa nyeri tertinggal di sana.Sera pikir semua akan selesai, tapi dugaan Sera salah.
“Baguslah kalau begitu. Sekalian saja aku katakan sebenarnya apa yang terjadi di antara kita,” ucap Axel.Ia bangkit dari kasur dan tampak sibuk merapikan baju sambil berjalan menuju pintu menghampiri Sera. Sera melotot saat Axel hendak membukanya.“Kamu gila. Kamu ingin aku mati?”Axel terdiam, kepalanya miring menatap Sera dengan bingung.“Bukannya dari awal aku sudah memberimu solusi, Sera. Kamu yang menolaknya. Jadi, apa salahnya jika aku yang mengatakan langsung ke Papa?”“JANGAN!!!”Sera langsung menahan tangan Axel, mencegahnya membuka pintu. Axel terdiam, menatapnya dengan saksama.“Aku janji … aku janji akan melakukan apa saja yang kamu minta asal jangan katakan soal malam itu ke Regan.”“Aku mohon … .”Sera berkata dengan sungguh-sungguh. Axel trenyuh melihatnya, apalagi saat mata bulat wanita cantik itu menatapnya penuh ketul
“AXEL!!! Apa yang kamu lakukan di sini?” pekik Sera tertahan.Pria berusia 27 tahun itu tidak menjawab, malah meringsek masuk ke dalam kamar. Sera melotot dan berusaha menyuruhnya keluar, tapi tenaga Axel lebih besar darinya. Hingga pada akhirnya Sera mengizinkan Axel masuk.Ia berdiri diam sambil merapatkan jubah tidurnya. Kali ini ia sudah mengenakan lingerie merah nan seksi dengan belahan dada yang rendah. Untung saja ada jubah tidur yang menutupi lekuk tubuhnya.Axel tersenyum menyeringai kemudian berjalan mendekati Sera. Setiap kali Axel melangkah maju, setiap kali itu pula Sera berjalan mundur. Hingga langkahnya terhenti karena terantuk dinding di belakangnya.“Kenapa kamu selalu ketakutan jika melihatku?” tanya Axel kemudian.Sera menggeleng. “Aku tidak ketakutan, aku hanya ---”“Hanya apa?” Axel memotong kalimatnya dan sudah berdiri tak berjarak di depan Sera.Sera tidak menjawab
“Eng … aku rasa tidak. Aku baru ini melihatmu,” jawab Sera.Ia langsung menyambut uluran tangan Axel dan secepat kilat menariknya kembali. Axel hanya diam dan sama sekali tidak mempermasalahkannya. Apalagi setelah itu banyak tamu yang menghampiri Sera dan Regan hendak memberi selamat.Axel mundur dengan teratur dan memilih duduk di salah satu kursi. Ia hanya diam memperhatikan Sera sambil menikmati minuman yang disajikan.“Rasanya aku tidak salah. Dia wanita di malam itu,” gumam Axel.Mata pekatnya terus mengawasi gerik Sera dan tentu saja Sera jadi tidak nyaman. Padahal sepanjang acara, Sera merasa bahagia, tapi setelah kedatangan Axel dan perkenalannya tadi membuat Sera ketakutan.Bagaimana jika Axel mengatakan ke Regan kalau telah terjadi sesuatu pada mereka malam itu? Apa jadinya Sera jika Regan marah dan membatalkan pernikahannya?Beberapa kali Sera menghela napas untuk melepas ketegangannya dan itu diketa