Share

Bab 6 Pemberontakan Gadis Lugu

PLAK

“Apa-apaan tingkahmu ini, Alana?! Kamu ingin membuat keluarga Dirgantara hancur?” desis Andre, sambil menampar pipi putrinya dengan keras. Suara kekerasan itu memecah keheningan, menciptakan gelombang ketegangan yang melanda ruangan itu. Alana memandang ayahnya dengan mata terbelalak, tidak percaya bahwa dirinya harus kembali merasakan sentuhan kasar dari sang ayah.

Yulina menutup mulutnya dengan ekspresi syok, namun dibalik bibirnya yang tertutup tangan, tersembunyi senyum tipis. Ia memperhatikan dengan cermat bagaimana tamparan keras dari Andre jatuh begitu tajam pada pipi kiri Alana. Bagi Yulina, tamparan itu adalah bentuk kepuasan tersendiri, seperti sebuah kesenangan terpenuhi di antara mereka.

‘Lagipula, bisa dimengerti kenapa dia begitu marah’ gumam Alana dalam hati, walaupun di wajahnya tergambar kesedihan yang mendalam.

“Papa, aku hanya mencoba menyampaikan kebenaran, Papa tega membiarkanku dengan pria yang jelas-jelas sudah selingkuh?” ujar Alana dengan suara terbata-bata, berusaha menahan air matanya yang ingin tumpah. Andre menatap tajam Alana, wajahnya penuh dengan kemarahan yang sulit dipahami.

“Kau merusak semuanya, Alana! Semua yang sudah kita bangun. Kau pikir, dengan membongkar ini ke publik, akan memperbaiki segalanya?” pekik Andre dengan nada tinggi, menggambarkan kekecewaannya yang mendalam.

Suasana semakin mencekam ketika Henry, putra sulung Yulina atau lebih tepatnya kakak tiri Alana itu turut angkat bicara. “Jangan kekanakan, Alana. Kau tidak boleh egois” ucapnya dengan suara datar, membuat Alana mendengus tak percaya, padahal Alana yang paling tau betapa pria itu tidak ingin dirinya bertunangan dengan pria lain.

‘Menjijikan! Kalian benar-benar menganggap remeh perasaanku,’ Alana membatin dengan sinis, menahan amarahnya yang ditutupi dengan kesedihan.

Alana menatap tajam Henry, kekecewaan menyala di matanya. “Egois? Kau bilang aku egois, Henry? Apakah kau benar-benar tidak melihat bagaimana hidupku diatur seperti boneka dalam tanganmu semua?” desis Alana dengan nada penuh ketidakpuasan.

“Alana”

Pada saat itu, pintu depan rumah Dirgantara terbuka dengan tiba-tiba, menciptakan keheningan di antara mereka. Langkah kaki yang tenang memecah ketegangan yang menyelimuti ruangan. Semua mata memandang ke arah pintu, dan rasa keterkejutan menghampiri wajah mereka tanpa terkecuali Alana.

Gadis itu melotot syok, menatap seorang pria yang mengenakan setelan formal sedang berjalan kearahnya.

“Alesio..” Alana bergumam

Tiba-tiba saja, Alesio Theodore Kingston berada dirumahnya. Wajahnya yang tenang dan langkahnya yang mantap memancarkan aura otoritas.

“Apa yang sedang terjadi di sini?” Tanya Alesio dengan suara yang tenang. “Astaga wanitaku kasihan sekali” ucapnya yang Alana kembali dibuat terbelalak.

Andre mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya “Apa yang Anda lakukan di sini, Mr. Kingston?”

“Menjemput calon istriku” jawab Alesio sambil menatap Alana lekat, membuat mereka terbelalak. Alana merasa hatinya berdegup kencang, mencoba memproses kata-kata itu.

Alana benar-benar mendapatkan jackpot besar. Dengan adanya Alesio, dia yakin bisa lepas dari belenggu sang papa dan keluarga tirinya yang menyulitkannya selama ini. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai strategi untuk menjalani hidup yang lebih baik, bebas dari tekanan dan yang pasti rencana pembalasan untuk Yulina.

 “Mr Kingston, ini tidak benar. Anda tidak bisa memutuskan semuanya seperti ini, Alana tunangan Morgan” protes Yulina, mencoba mempertahankan kendali atas situasi yang tiba-tiba berubah.

“Pria itu menyia-nyiakan Alana. Apa anda sejahat itu sampai memaksa putri kandung anda sendiri untuk bertahan dalam hubungan tidak sehat Mr Dirgantara?” tanya Alesio pada Andre dengan senyum miring. Pria itu mengabaikan Yulina disana.

Yulina terdiam sejenak, dia menyadari bahwa kehadiran Alesio Kingston bisa menjadi pemutarbalik situasi ini. Suasana ruangan berubah, dan ketegangan semakin bertambah ketika Alana melihat tajam ke arahnya, gadis itu tersenyum miring, mengejek sosok Yulina.

“Papa, mungkin ini saatnya aku memilih jalanku sendiri. Aku tidak mau lagi hidup dalam bayang-bayang sebuah pernikahan yang hanya menjadikanku alat untuk meredakan ambisi keluarga ini” tegas Alana, matanya bersinar dengan tekad yang baru ditemukan.

Andre tampak putus asa, namun seakan tak ingin menyerah begitu saja, ia mencoba merundingkan ulang. “Kita bisa menyelesaikan ini dengan cara yang lebih baik Alana demi kehormatan dan nama baik keluarga kita.”

Alana tersenyum dengan sinis. “Sudah cukup, Pa. Aku tidak bisa lagi terus menuruti ucapan Papa.” Ucap Alana sambil menatap tajam ke arah ayahnya. “Dua kali… Papa sudah menamparku sebanyak dua kali dan itu benar-benar membuat papa kehilangan putri papa sendiri” Kemudian, dengan mantap, Alana menggandeng tangan Alesio dan membawa pria itu keluar dari ruangan menuju tangga atas menuju kamarnya.

“Alana!”

“Alana Papa belum selesai!” Teriak Andre dengan nada yang penuh kemarahan, mencoba menahan langkah putrinya.

Alana tidak melihat ke belakang. Dia melanjutkan langkahnya, membawa Alesio yang mengikuti dengan langkah mantapnya. Ruangan itu dibiarkan dalam keheningan sejenak, hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang semakin menjauh.

“Alana!” Teriak Andre sekali lagi, kali ini dengan nada lebih keras dan penuh penyesalan.

Tanpa diduga, Yulina yang sebelumnya hanya menyaksikan dengan diam menatap kepergian Alana dengan tajam “Alana.. Alana… kamu mungkin mengira ini adalah kemenangan besar bagimu. Tapi tidak selamanya kehidupan berjalan sesuai rencana. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.” Yulina tersenyum penuh teka-teki, merencanakan sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status