Share

Bab 5 Memancing Badai

Alana berdiri di podium, melihat ke sekitar conference room yang dipenuhi para wartawan dengan kamera dan pena siap untuk merekam setiap kata yang keluar dari bibirnya

“Hallo, Aku Alana Claira Dirgantara. Terima kasih untuk para wartawan yang sudah hadir.” Ucap Alana mengudara di conference room salah satu hotel ternama di Indonesia

Dia melanjutkan "Sebelum itu, aku ingin klarifikasi bahwa aku bukan seorang artis atau model. Aku berada di sini karena banyak dari kalian yang ingin tahu lebih banyak tentang berita yang melibatkanku dengan Morgan Lusamo, dan tentu saja, hubungan ku dengan Alesio Kingston yang kalian lihat di bar dua hari lalu."

“Nona Dirgantara sejak kapan anda menjalin hubungan dengan Tuan muda Kingston?”

“Nona Alana apa anda menjadikan tuan Kingston pelampiasan setelah diselingkuhi tunangan anda?”

Alana memandang wartawan dengan tenang, menangkap setiap pertanyaan yang dilemparkan padanya. Diantara kilatan cahaya kamera, Alana merasakan tatapan Mic yang tertuju padanya. Pria itu mengangguk mantap membuat Alana tersenyum tipis sebelum menjawab.

“Terima kasih atas pertanyaannya. Morgan Lusamo memang tunanganku namun hubungan itu sudah berakhir. Mengenai alasan berakhirnya… Aku memutuskan untuk tidak membawa masalah pribadi tersebut ke dalam ruang publik karena itu adalah urusan pribadi yang seharusnya tidak diperdebatkan di depan umum dan aku tidak tau bagaimana berita itu bisa muncul.” Ucap Alana dengan kebohongan diakhir kalimatnya.

"Nona Alana, apakah benar jika Anda bertunangan dengan Tuan Muda Lusamo karena dijodohkan?" tanya wartawan dengan nada yang sedikit mengejek.

 “Tentang pertunangan dengan Morgan” Alana menjeda sejenak, dia menatap wartawan yang bertanya lalu melanjutkan “Memang benar bahwa awalnya itu adalah sebuah perjodohan. Namun, seiring berjalannya waktu, kami berdua memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih dalam sampai akhirnya aku sadar jika aku bukan orang yang tepat untuknya.” Ucap Alana dengan lirih

“Apakah itu alasan anda mendekati Tuan muda Kingston? Menjadikannya pelarian?” Tanya wartawan. Alana menghela napas lalu kembali mengulas senyum tipis

“Aku menghormati Alesio. Kami baru saja bertemu dan masih dalam tahap mengenal satu sama lain. Namun, aku yakin bahwa setiap hubungan memerlukan waktu untuk tumbuh dan berkembang. Aku tidak ingin terus terjebak dalam masa lalu yang menyakitkan.”

“ALANA!” suara itu tiba-tiba memenuhi ruangan, menusuk suasana damai yang baru saja tercipta. Alana baru saja berdiri, berniat pergi dari sana ketika suara dengan nada marah itu mengejutkannya.

“Papa...” sahut Alana pelan, sorot matanya mencerminkan campuran antara keterkejutan dan keheningan.

Namun, keheranan tidak hanya dirasakan oleh Alana. Para wartawan juga terhenti seketika mendengar suara yang menyakitkan dari belakang mereka. Terlebih lagi, ketika mereka berbalik, sosok yang membuat ruangan itu terdiam tampak jelas. Andre, kepala keluarga Dirgantara, berdiri disana, memandang Alana dengan ekspresi tegas dan penuh emosi.

Di sampingnya, sosok Morgan Lusamo, calon mantan tunangan yang juga turut berdiri.

Pria paruh baya itu mengenakan setelan jas rapi. Mata Andre berkilat penuh emosi ketika ia melangkah maju, mendekati Alana.

“Pertunangan kalian tidak batal Alana!” ucap Andre tegas, suaranya menggema di ruangan yang sepi. Morgan, yang ada di belakang Andre, menatap Alana dengan senyum mengejek, seolah merasa menang atas situasi ini.

Alana tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya, dan dia mencoba membantah, “Tapi papa-”

“Berhenti bersikap kekanakan, Alana. Aku tahu kamu ingin terkenal, tapi bukan begini caranya” ucap Morgan dengan ekspresi prihatin, berusaha memutarbalikan fakta

Alana mengepalkan tangannya, matanya melirik ke arah Mic yang juga terlihat tidak menduga kedatangan Papa dan tunangan Alana itu. Suasana di ruangan semakin tegang dengan kehadiran mereka.

Para wartawan saling berbisik lalu tak lama kemudian, pertanyaan mereka memecah keheningan "Tuan Dirgantara, apa maksud Anda pertunangan putri Anda dan Tuan Muda Lusamo tidak batal?" Pertanyaan itu langsung menimbulkan ketegangan di ruangan.

Seolah-olah sebuah badai pertanyaan datang menerpa, suara wartawan terus bersahutan, menciptakan suasana kacau dan tak terkendali di dalam ruangan. "Apa benar putri Anda hanya ingin terkenal hingga melakukan hal ini?" serentak beberapa wartawan menanyakan pertanyaan yang sama.

Andre terlihat tertegun sejenak oleh serangan pertanyaan tersebut. Dia menjawab dengan tenang "Alana adalah putri saya, dan keputusan mengenai pertunangan ini bukanlah sesuatu yang bisa diumumkan secara sembarangan."

"Bukankah Alana adalah putri Anda yang baru sekali muncul di pertemuan bisnis? Apa mungkin Nona Alana melakukan ini karena ingin pengakuan?" Pertanyaan-pertanyaan itu saling bersahutan, tumpang tindih, dan semakin tak terkendali. wartawan-wartawan tidak berhenti. Mereka terus menyerang mencari bahan untuk berita panas mereka.

Tangan Alana menggelepar di samping tubuhnya, dan dia bisa merasakan ketegangan yang melilit dirinya. Pada akhirnya, wartawan menyorot langsung pada Alana "Bagaimana tanggapan Anda, Nona Alana?"

“Aku tidak bisa menjalin hubungan dengan pengkhianat” jawab Alana dengan tegas, suaranya menghentak di ruangan yang sepi.

“ALANA!” suara Andre terdengar tegas, mencerminkan kekecewaan dan ketegasan seorang ayah.

“Dia selingkuh, papa! Morgan selingkuh!” ucap Alana setengah berteriak, membongkar rahasia umum yang membuat ruangan itu menjadi cukup gempar. Mata Alana berkobar, mencoba menyampaikan kebenaran yang menurutnya harus diketahui.

Alana menatap tajam Andre, wajahnya mencerminkan keputusasaan dan kebingungan. Suara gaduh wartawan yang sebelumnya gemuruh, tiba-tiba menjadi seramai ombak yang menderu ketika Alana membuka suaranya. Mereka sekarang kelimpungan mencari tahu lebih banyak tentang drama pribadi yang terjadi di depan mata mereka.

Sementara itu, Morgan terdiam, menanggapi tuduhan Alana dengan ekspresi yang sulit diartikan sampai seorang flash kamera menyerbu kearahnya.

“Tuan muda Lusamo, apa benar pernyataan nona Alana? Apa rekaman perselingkuhan anda itu benar?”

“Bagaimana bisa tuan Dirgantara membiarkan putri anda bertunangan dengan pria yang jelas-jelas berkhianat?” tanya seorang wartawan dengan tegas.

“Apa mungkin karena dulu anda juga mengkhianati Nyonya Saras Wijaya, makanya anda membenarkan tindakan Tuan muda Lusamo?” seru wartawan lainnya, mencoba menggali lebih dalam.

Morgan tersenyum sinis, mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan wartawan dengan sikap tenang. “Saya tidak tahu apa yang diceritakan Alana, tapi saya yakin ini hanya upaya sia-sia untuk merusak nama baik saya.”

“Lalu bagaimana rekaman CCTV ruangan anda yang sudah beredar dan memperlihatkan anda yang bermain api dengan wanita lain padahal anda adalah tunangan Nona Alana?” Tanya seorang wartawan yang Alana tau sebagai teman Mic

Alana tersenyum tipis dia melirik Mic lagi. Pria itu nampak berbicara melalui panggilan telpon lalu setelahnya menatap pada Alana dengan senyum lebar dan mengangguk mantap.

Andre mencoba menenangkan diri “Kami tidak ingin berspekulasi tanpa bukti yang kuat. Kami akan menyelesaikan ini dengan kekeluargaan, kalian bubar.” Ucap Andre dengan tegas

Namun, suasana semakin tegang ketika seorang wartawan menodong pertanyaan langsung ke arah Alana, “Apakah anda selalu diperlakukan tidak adil oleh keluarga dirgantara Nona Alana?”

Pertanyaan tersebut membuat Alana terkesiap, seolah ditantang untuk membuka lembaran hitam di balik kehidupannya. Dia menatap wartawan itu dengan mata yang memancarkan kilatan tersembunyi

“Sem-“

“Alana!” Andre menggeram

“Tidak, Papa selalu memberikanku dukungan dan kasih sayang” Ucap Alana dengan senyum tipis

 “Tapi apa yang terjadi saat ini, Nona? Apakah ini hanya masalah pertunangan atau ada masalah lebih dalam di keluarga Dirgantara?” Wartawan yang bertanya masih menekankan, mencoba menemukan potensi kontroversi. Terlebih Alana paham jika mereka berusaha menarik skandal Andre dimasa lalu. Saat dimana Andre terlibah skandal perselingkuhan dengan Yulina, ibu tirinya kini.

Alana menarik nafas panjang, terlihat mencoba memilih kata dengan hati-hati. “Saat ini, aku hanya fokus menyelesaikan masalah pertunangan. Tidak ada masalah lain yang perlu diangkat secara tergesa-gesa. Aku percaya, dengan waktu, semuanya akan terungkap dengan sendirinya. Terimakasih telah hadir hari ini” ucap Alana menyampaikan perpisahannya

Jawabannya menciptakan momen hening sejenak sebelum dipecahkan oleh suara Andre yang kembali berbicara, “Sekarang, kami mohon privasi untuk menyelesaikan masalah ini di dalam keluarga. Terima kasih atas pengertian dan kerjasama kalian.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status