Share

Yasmin 3

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-16 11:24:50

Jaja menjadi bulan-bulanan di pabrik, bahkan sudah tiga bulan berlalu dari kejadian  paling memalukan dalam hidupnya. Kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan. Sudahlah nyungsep di depan orang banyak, celana sobek. Pada saat mau pulang, sepatu sebelah kiri, raib entah kemana. Ditambah badan masih pada bentol digigit semut.

Jadilah Jaja menggowes sepedanya hanya menggunakan sepatu sebelah kanan. Yuni dan Dian bahkan tidak bersimpati sama sekali, mereka malah terbahak hingga meneteskan air mata.

"Kalau gue jadi lu, sih. Mending gue bunuh diri saat itu juga," ledek Janu sambil terkekeh. Diikuti ledak tawa yang lainnya.

Saat ini mereka sedang berkumpul di kantin pabrik. Sedang istirahat dengan jam bergantian.

"Udah sih, jangan dibahas!" Jaja bersungut, wajahnya berubah jadi bete. Jangan ditanya lagi bagaimana malunya dia, nyungsep di depan orang yang sedang berduka. Hingga semua yang hadir disana ikut tertawa. Bahkan Reza anak almarhum bos Arman, terbahak sampai terbatuk-batuk.

"Jaja...Jaja...celananya udah lu jahit lagi belum?jahit double, Ja. Biar ga gampang robek."

"Udah gue lemparin, Nu. Trauma gue!" Janu dan yang lainnya kembali tertawa.

Nanang menghampiri meja teman-temannya, sambil membawa kotak bekal. Ia merengganggkan jarak antara Janu dan Jaja. Ia duduk diantaranya.

"Gue punya gosip terkini."

"Apaan?apaan?" lima orang yang duduk di sana memasang telinga mereka baik-baik. Termasuk diantaranya Jaja.

"Gue denger, Pak Malik  bakal ngelamar Bu Yasmin."

Huk! Huk!

Jaja tersedak krupuk yang tengah ia kunyah. Yah, berhubung tanggal tua, emaknya hanya membawakan bekal nasi putih, telur ceplok dan kerupuk bubur ayam.

"Pelan, Ja. Lu mah, makan kaga pernah bener dah. Kalau ga keselek tulang, keselek krupuk," ujar Nanang sambil tertawa, tetapi tangannya menyodorkan gelas air putih kepada Jaja. Jaja meminumnya perlahan.

"Jangan sembarangan, Nang. Masih berkabung kali Bu Yasmin."

"Janda anyar, Ja. Wajar jadi inceran. Bu Yasmin cantik, umur baru dua puluh sembilan, kaya, berpendidikan. Yah, pasti udah jadi inceran para lelaki."

"Bener juga ya, ck. Semoga Bu Yasmin menolak Pak Malik," gumam Jaja tanpa ia sadari.

"Aciieee...ada ga rela nih kayaknya," ledek Juna kini, yang lain semakin menimpali yang tidak-tidak. Jaja bersungut, memilih meninggalkan teman-temannya.

Kesedihan masih menyelimutinya, bahkan setiap hari ia menyesali keteledorannya lupa menelepon suaminya siang itu. Biasanya, setiap satu jam sekali, ia menelepon suaminya, untuk menanyakan keadaannya. Hal itu selalu ia lakukan, saat ia sudah mulai aktif kembali memimpin pabrik tas kepunyaan mereka.

Namun, siang itu ia terlupa, karena sedang meeting dengan salah satu pemegang saham salah satu mall di Jakarta. Terlalu asyik hingga satu jam kemudian, bik Narsih menelepon dan mengatakan bahwa suaminya sudah tidak sadarkan diri.

Air matanya masih terus berlinang bila mengingatnya. Dalam sholat ia berdoa agar diberi keikhlasan, namun sangat susah. Rasa penyesalan, rasa sayang, cinta dan sedih itu menumpuk jadi satu.

Yasmin bahkan tidak bisa tidur kembali di kamarnya, Kenangan akan suaminya begitu lekat. Arman adalah seniornya di kampus, mereka bertemu di kampus. Yasmin memang sudah sedari awal menyukai Arman saat ada kegiatan ospek kampus. Hingga suatu hari mereka dipertemukan sampai akhirnya menikah dan memiliki Reza.

Setelah kepergian suaminya, Yasmin memilih tidur bersama Reza. Ia tidak akan sanggup melewati malam tanda sosok Arman di sampingnya.

"Amih, nangis lagi?" Reza masuk ke dalam kamarnya. Masih dengan seragam sekolah, melihat amihnya bersedih. Yasmin menoleh pada anak semata wayangnya, memeluk anak lelaki itu yang sedikit bau keringat.

"Mandi dulu, Bang. Bau acem!" Yasmin berseloroh, ia menutup hidungnya, seakan tidak tahan dengan aroma tubuh Reza.

"Amih, tadi pagi tebak abang ketemu siapa?"

"Tidak tahu, emangnya abang tadi ketemu siapa?" tanya Yasmin ingin tahu, jemari lentiknya, membuka satu persatu kancing baju sekolah Reza.

"Ketemu abang yang jatuh di rumah waktu itu!" pekik Reza sambil terkekeh.

"Siapa? Amih lupa deh."

"Itulah Amih, yang nyungsep di depan Amih dan Abang, waktu papa meninggal."

"Ohh...iya, Amih ingat. Abang ketemu di mana?"

"Dekat sekolah Abang, Mih."

"Oh...gitu, trus?"

"Abang Jaja cuma senyum, trus tos. Trus pergi. Lucu, Mih. Sepatunya lain sebelah. Hahahahaha. " Reza tertawa diakhir ceritanya.

Anak lelaki itu berjalan telanjang, ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Meskipun terlahir sebagai cucu dan anak orang kaya, sikap Reza sangatlah sederhana dan lucu. Tidak sombong dan sering berbagi pada teman-temannya.

Yasmin merapikan kemejanya dan riasannya, ia bersiap berangkat ke pabrik sore ini. Sudah selesai masa iddahnya sebagai janda yang ditinggal meninggal suaminya. Saatnya melanjutkan hidup dan dia harus kuat dan semangat, karena ada Reza yang kini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnga. Walaupun tiada yang tahu, seberapa hancur dan sedihnya hati Yasmin saat ini.

Reza keluar dari kamar mandi. "Amih, tolong handuk. Abang lupa!" ujar Reza sambil menyeringai, anak lelaki kecil itu, sudah berdiri di depan kamar mandi dengan tubuh basah kuyup.

Yasmin menghampiri anaknya sambil membawa handuk, kemudian dengan sabar dan sambil berceloteh ringan, ia memakaikan baju rumah untuk Reza.

"Amih siang ini ke pabrik ya, Za. Abang sama Bik Narsih ya mainnya."

"Oke, tapi Amih janji ga boleh lembur!" Reza mengangkat jari kelingkingnya. Menanti kaitan jari kelingking cantik milik ibunya.

"Janji."

Hiruk-pikuk pabrik terdengar riuh, saat mengetahui Bu Yasmin kembali ke kantor siang ini. Ada yang terlihat sangat senang, ada juga yang masih merasa iba. 

Pak Malik keluar dari lift, lelaki tampan yang berusia matang itu, tengah berjalan dengan penuh semangat, menyambut kedatangan bu Yasmin.

Langkah anggun Yasmin memasuki area pabrik, hentakan sepatu vantofelnya terdengar ringan, semakin mendekat ke  ruang produksi. Tersenyum ramah kepada semua karyawan yang menyapanya dengan hormat.

Jaja yang baru saja kembali dari kamar mandi, tidak menyadari kedatangan  Yasmin. Ia berjalan santai ke lorong biasa, tempat ia bertugas yaitu menjalankan mesin untuk menjahit tas-tas tersebut.

Jaja melirik sekilas wajah Pak Malik, yang sumringah berjalan keluar dari lift.

Huk! Huk!

Entah apa yang membuat tenggorokan Jaja tiba-tiba gatal? ia terus saja terbatuk-batuk hingga membuat langkah pak Malik berhenti. Lalu menoleh ke samping.

"Kamu kenapa?sakit?"

"Bukan, Pak. Nangis!"

Jaja kembali terbatuk, ia menepuk-nepuk dadanya agar rasa gatal di tenggorokannya berhenti, namun masih terus saja terbatuk-batuk.

Malik hanya menggelengkan kepalanya, ada-ada saja pikirnya.

"Ada apa ini?" tanya suara yang sangat tidak ingin di dengar oleh Jaja. Yasmin menghampiri Malik dan juga Jaja yang masih terus terbatuk.

Uek!

Jaja muntah tiba-tiba.

Yasmin menutup matanya, saat Jaja memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Jijik sekali dan tidak sopan.

"Pak Malik, kalau karyawan sakit suruh ke klinik depan saja. Jangan menyebar virus di sini. Jorok banget lagi, pakai muntah segala. Bersihkan!" Ujar Yasmi tegas sekaligus ketus pada Jaja. Sebelum kakinya melangkah pergi dari sana. Yang diikuti oleh pak Malik.

Seandainya saat ini ada pintu doraemon, tentu dia sudah pindah ke bulan saja. Tidak sanggup rasanya, berkali-kali membuat perbuatan memalukan di depan bos wanitanya ini.

"Makasih, Nang," ujar Jaja saat menerima air mineral hangat yang dibawakan Nanang. Mata Jaja melotot kaget melihat muntahan di lantai.

"Lo muntah?"

"Iya, dan itu di depan Bu Yasmin, Nanang. Ya Allah, gue pengen berhenti kerja aja kalau begini, Nang," ucap Jaja sedih, lalu ia meminum air yang diberikan Nanang.

Yasmin masuk ke dalam ruangannya. Diikuti oleh Malik. Meskipun masih dalam suasana berkabung, namun Yasmin mencoba profesional, apalagi selama tiga bulan ia tidak ke pabrik, laporan keuangan banyak yang tidak sinkron. Ia tidak ingin menuduh siapapun, dia hanya ingin segera mengetahui kesalahannya ada dimana.

"Laporan keuangan tiga bulan belakangan, email ke saya ya, Pak," ujar Yasmin sambil menyalakan laptopnya, blazer yang ia kenakan. Ia sampirkan di punggung kursi kebesarannya.

"Baru juga masuk, Yas. Santai dululah!"

"Bagaimana mau santai?jika laporan yang saya terima, tidak sesuai dengan data yang saya pegang."

"Mmm...oke, oke. Saya akan minta Kamal untuk email ke kamu."

"Mmm...saya mau bicara sesuatu," ujar Malik pelan, suaranya terdengar sedikit ragu. Yasmin yang baru saja fokus pada laptopnya, akhirnya menoleh pada Malik. Wajah Malik terlihat tegang.

"Iya silahkan! ada apa?"

"Mmm...tapi kamu jangan tersinggung ya?"

"Iya, ada apa sih?" kening Yasmin sampai bertaut, menanti apa yang akan Malik utarakan.

"Bagaimana kalau saya menggantikan posisi almarhum Arman di hati kamu?"

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 99

    Acara akad nikah dan resepsi yang diadakan di ballroom sebuah hotel mewah, berlangsung lancar dan meriah. Para tamu undangan yang berbondong-bondong memberikan selamat dan juga mendoakan sepasang pengantin yang tengah berbahagia di atas pelaminan sana.Semua bergembira dan tersenyum penuh senang. Amira, si gadis super unik, berjodoh dengan Reza yang tak lain adalah anak majikan sang ibu, saat dahulu kala. Jika ada penulis yang bersedia menceritakan kisah mereka dan memberi judul 'Menikahi Anak Pembantu', pasti sangatlah tepat. Namun itu hanya sepenggal kisah masa lalu yang dilalui Amira dan juga ibunya. Saat ini, mereka bahkan tak tahu berapa banyak aset perusahaan dan juga warisan yang ditinggalkan Uyut Wijaya untuk Amira dan juga ibunya.Buktinya dapat dilihat dari para undangan yang hadir, mulai dari wali kota Jakarta Selatan dan beberapa stafnya. Belum lagi lurah, dan camat setempat. Relasi bisnis sang papa, teman sekolah Amira, dan tentu saja belum lagi tamu dari pihak keluarga R

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 98

    Devano menjadi pusat perhatian di dalam rumah besar milik Aminarsih. Lelaki itu tak banyak bicara. Hanya senyuman dan anggukan yang ia berikan, saat Amira atau Emir menanyai dirinya. Lalu bagaimana dengan Aminarsih? Wanita setengah baya itu tak mau mengeluarkan suara apapun untuk Devano. Bahkan ia menganggap lelaki itu sudah lama mati. Ia hanya menghargai Amira sebagai darah daging lelaki kejam seperti Devano.Lelaki itu duduk tepat di samping kiri Amira, sedangkan Emir dan Aminarsih ada di posisi kanan. Yasmin pun tak kalah bingung. Ia memang ingat, saat itu Narsih menggantikannya jadi pengantin Devano, tetapi bukannya mereka langsung berpisah beberapa hari kemudian? Harusnya, usia Amira lebih tua, atau tak beda jauh dari Reza. Namun, kenapa bisa Amira masih sangat muda?Satu hal yang paling menyeramkan dari semua ini adalah penampilan Devano yang telah kehilangan sebagian tangan kirinya. Ada banyak pertanyaan bersarang di kepalanya. Bagaimana bisa?"Bang Reza, Om, Tante, jangan bin

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 97

    Langit malam tampak begitu terang benderang. Bintang bertabur di atas sana yang jika kita perhatikan, tampak seperti bentuk kursi. Aminarsih membiarkan jendela kamarnya terbuka. Sambil memijat kaki sang suami, sambil menikmati sinar bintang dan rembulan.Besok adalah hari lamaran Amira. Semua sudah disiapkan dengan begitu sempurna oleh Aminarsih dan juga suaminya. Keputusan sang puteri kesayangan sudah bisa mereka terima dengan lapang dada. Namun masih ada satu yang mengganjal Aminarsih, tetapi ia ragu untuk menanyakan perihal itu pada suaminya."Kenapa, Sayang? Sepertinya sedang memikirkan sesuatu? Apa ada yang belum rapi untuk acara besok?" tanya Emir penasaran, saat tiada suara yang keluar dari bibir sang istri saat memijatnya. Tidak seperti biasanya yang selalu ada saja yang menjadi bahan perbincangan."Pa, Ibu mau tanya. Mm ... tapi Papa jangan tersinggung. Ini soal ....""Devano?" tebak Emir dengan senyuman tersungging di bibirnya. Diraihnya tangan sang istri untuk duduk mendekat

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 96

    Amira, Reza, dan Aminarsih sudah duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu. Ketiganya duduk tergugu tanpa mengeluarkan suara. Terutama Amira yang merasa sangat malu bercampur haru. Wajahnya terus saja meron saat lelaki dewasa di depannya tak pernah memutus pandangan untuk menatapnya.Merahnya buah apel di kebunnya, sudah pasti kalah dengan warna pipinya saat ini. Hangat dan begitu bersinar sangat cantik. Bagaimana seorang Reza semakin tidak terpesona dengan gadis seperti Amira? Sungguh berbeda saat bertegur sapa di telepon dan saat ini bertemu langsung. Amira masih saja menunduk malu tanpa suara. Gadis itu sibuk memilin ujung bajunya sambil sesekali menggigit bibirnya."Kita kok jadi diam-diaman gini ya? He he he ...." Aminarsih membuka suara sambil tertawa kecil. Reza pun tersadar dari lamunan, lalu menoleh pada Aminarsih dengan wajah yang merona juga."Bingung mau ngomong apa, Tante. Hati saya terlalu senang saat bertemu Amira. Sepertinya Amira yang masih malu-malu," ujar Reza deng

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 95

    Tiga tahun kemudian.Banyak sekali hal indah yang dialami Amira selama menjalani masa SMA. Teman yang banyak lagi seru. Guru-guru yang perhatian, namun tetap tegas. Orang tua dan adik-adik yang selalu memperhatikan dan sayang padanya. Pacar yang selalu sabar bila ditinggal tidur, atau ditinggal main olehnya. Benar-benar sempurna. Ditambah lagi teman-teman goib yang tak pernah mengganggunya. Hanya numpang lewat, atau say hello saja. Beda dengan dokter koas yang selalu mengukuti ke mana pun ia pergi. Pagi ini sarapan sedikit berbeda, karena wajah sang papa sedikit asem dan tak bersemangat. Apakah papanya sakit? Amira hendak bertanya, tetapi sungkan. Ia hanya memperhatikan lelaki yang semakin hari semakin dewasa itu tengah menyesap teh manis yang dituangkan istri tercinta ke dalam cangkir ukiran miliknya."Papa sakit?" kali ini Mahesa yang bertanya. Untunglah, mewakili perasaan penasaran dirinya. Emir mengangkat wajahnya, lalu tersenyum tipis."Papa baik-baik aja. Cuma agak lebay!" belu

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 94

    Berawal dari kejadian hari pertama di sekolah, Amira menjadi terkenal. Ditambah lagi, semua guru baru mengetahui bahwa Amira adalah cicit pemilik lembaga pembelajaran mereka, sehingga hampir semua guru dan staf sangat menyukai Amira. Saat ini, Amira belajar di kelas XA bersama dengan Andini. Baru sepekan mengikuti kegiatan belajar mengajar, Amira sudah akrab dengan semua teman di kelasnya. Ditambah lagi desas-desus bahwa gadis itu adalah cikal-bakal pemilik lembaga pendidikan ini kelak. Tentulah banyak teman baik laki-laki mau pun perempuan yang dekat dan baik pada Amira. Namun tetap saja, Amira lebih merasa cocok dengan Andini. Si lemot yang menggemaskan."Nomor lima dong," bisik Andini pada Amira. Hari ini mereka ada kuis dari pelajaran matematika yang mengulang materi pembelajaran saat seragam putih biru. Andini dan Amira duduk di barisan tengah, juga saling bersebelahan."Belum. Baru nomor dua," jawab Amira sambil berbisik."Bohong dosa loh, Mira," balas Andini."Ish, gak percaya

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 93

    Dasar Amira! Terbiasa tak punya ponsel, sehingga ia melupakan benda itu. Padahal sudah satu bulan ini ia pakai. Namun, Amira lebih sering mengabaikan ponselnya, karena tak ada akun media sosial apapun di dalam sana. Hanya, WA, musik, dan aplikasi ruang guru.Mulai dari bangun tidur, mandi, salat, kemudian berpakaian, Amira masih tak sadar dengan keberadaan ponselnya. Benda itu jatuh di kolong tempat tidurnya sehingga ia pun tak menyadarinya. Ponsel itu disilent dan saat ini tengah berkelap-kelip, tanda seseorang tengah menghubungi dirinya. Namun sayang, Amira yang sibuk dengan hari pertama mulai masuk sekolah, memilih langsung keluar kamar dengan aneka pernak pernik di tubuhnya.Ranselnya penuh dengan barang persiapan pengenalan lingkungan sekolah. Mulai dari tanah liat, chiki, sampai bola bekel ada di dalam tasnya. Amira tak tahu saja, bahwa kekasih hatinya tengah memendam penasaran karena teleponnya tak kunjung diangkat. Padahal lelaki itu hendak mengucapkan kalimat selamat hari per

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 92

    "Mira, mau ke mana?" tanya Aminarsih pada puterinya. "Naik ke kamar, Bu. Daah ... makasih Ibu kejutannya," ujar Amira yang baru saja hendak naik ke atas, lalu berbalik badan, mencium pipi ibunya, lalu dengan berlari cepat ala goib, sudah berada di dalam kamar sambil memegang ponsel. Jika yang lain perlu mengatur napas, maka Amira tak perlu karena berlari secepat apapun ia tidak akan terengah-engah."Hallo, Sayang," ucapnya sambil menutup mulut menahan tawa."A-a-apa?" suara terbata Reza di seberang sana."Sayang."Brugh!Brugh"Hallo ... hallo ...."Amira memandang sambungan telepon yang terputus. Apakah sinyalnya jelek? Gadis itu mencoba melakukan panggilan lagi, tetapi tidak tersambung. Ia tak marah atau kecewa, gadis itu malah terus saja tersipu malu, bahkan ia membawa tubuhnya berputar-putar karena rasa senang yang luar biasa. Akhirnya, setelah dua tahun setengah memendam rindu, ia dapat mendengar suara itu. Suara yang membuatnya meleleh seperti hari ini. CupAmira mencium ponse

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 91

    Dua tahun lebih sudah berlalu. Hari ini adalah hari kelulusan Amira dari seragam biru putih. Semua siswa menanti dengan debaran tak bisa dikendalikan. Mereka antre dari pagi untuk membaca penguman kelulusan. Pagar besar sekolah masih terkunci. Karena masih pukul lima lebih lima belas menit. Gerbang sekolah biasa dibuka pukul lima tiga puluh. Antrean semua siswa sudah tak sabar ingin membaca papan pengumaman di kelas mereka masing-masing.Sudah ada Amira yang semakin hari semakin cantik dan mempersona. Begitu juga dengan ketiga teman kembar tiganya. Mereka tumbuh menjadi gadis yang menggemaskan sekaligus cerdas. Jika Amira lebih menonjol pada aktifitas olah raga, berbeda dengan Andrea dan Aleta yang berprestasi di bidang akademis. Keduanya selalu saja mendapat peringkat tiga besar di kelas. Lain lagi Andini, si gadis tidak nyambung itu memiliki suara yang sangat bagus dan masuk ke dalam group paduan suara sekolah. "Lu udah sarapan?" tanya Andrea pada Amira yang berdiri di sampingnya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status