Share

Bab 2

Pada akhirnya makan adalah cara terbaik untuk menghilangkan stres. Aroma mie ayam yang mengiurkan, setiap daging sate yang terasa nikmat dalam kunyahan serta jus apel yang menyegarkan. Terlebih semua itu telah masuk ke dalam perut Anggie dan Kayla sahabatnya berhasil menciptakan kekenyangan dan menghasilkan suara sendawa yang melegakan.

Tapi setelah makan Anggie tersadar bahwa uangnya hampir habis. Bagaimana dia lupa tadi pagi Mamanya tidak memberi uang kerena aksi ngambeknya yang pergi begitu saja.

Walaupun Anggie masih punya uang tapi itu cuma selembar warna biru dan selembar warna ungu. Uang tersebut pun telah habis mengisi perutnya dan sayangnya dia lupa belum mengisi bensin motor matic miliknya.

Apakah benar ini hari sialnya, kalo iya. Anggie bakal menandainya di kalender supaya ia akan bertindak hati-hati ditanggal yang sama nanti.

"Loh kok berhenti Anggie?" Tanya Kayla heran pada Anggie yang tiba-tiba saja menghentikan motor matic miliknya di tengah jalan, padahal kan belum sampai rumah.

"Motornya ngambek, Key."

"Mana ada motor ngambek, gak usah ngaco Anggie." Kesal Kayla karna ia pikir Anggie sedang bercanda.

"Siapa yang ngaco, benar kok motornya ngambek, lupa aku kasih makan dari semalam." Celetuk Anggie adanya.

"Maksudmu?"

"Bensinnya habis dan motornya enggak punya tenaga lagi untuk berjalan dan mengangkut kita." Jelas Anggie membuat Kayla sebal. Menjawab bensin habis saja pake berbelit-belit segala.

"Ya udah, didepan tuh ada pom bensin." Beritahu Kayla sambil menunjuk arah pom bensin terdekat yang ternyata  memang tidak jauh dari tempat mereka berada.

Anggie menggeleng prustasi dan tak bersemangat. "Masalahnya uangku tinggal receh Nggie dan ini nggak cukup buat beli bensin ...."

"Trus bagimana ini? Uangku juga tinggal dua ribu Nggie." Jawab Kayla ikut prustasi sambil memperlihatkan memperlihatkan uangnya yang tinggal dua ribu rupiah.

"Trus sekarang bagaimana?" Tanya Anggie.

"Loh sih, ngajak makan tapi lupa isi bensin." Keluh Kayla sebal.

"Gak usah ngeluh, percuma saja. Kita tetap gak bakalan sampai ke rumahmu," dumel Anggie.

"Papa hari ini di rumah, Anggie! Kalau aku pulang telat dia bisa marah bagaimana ini mana masih jauh lagi." Ucap Kayla memberi tahu Anggie.

"Mau bagaimana lagi, tenang kita hadapi omelan Om galak barengan nanti." Jawab Anggie pasrah sambil menyemangati Kayla.

"Tidak usah ngumbar janji, aku tidak percaya padamu Anggie. Kemaren juga ngomonnya gitu tapi, nyatanya apa! Kamu malah pergi dengan setumpuk alasan meninggalkanku sendirian diomeli Papa." Dongkol Kayla mengingat kembali kelakuan Anggie yang tidak menepati janjinya.

"Aku juga diomeli Kayla. Mungkin tidak oleh Om Rehan Papamu yang galak itu tapi oleh Mama dan Papaku."

Beberapa saat keduanya kompak diam dalam keheningan. Duduk di atas motor yang sudah ditepikan dari jalan raya.

Layaknya orang bego Anggie juga Kayla menatap kendaraan yang berlalu lalang berlewatan dengan tatapan lesu.

"Pucuk dicinta ulan pun tiba." Celetuk Kayla tiba-tiba saja dan membuat Anggie kaget.

"Kamu kenapa Key? Jangan bilang kalau kamu kesambet."

Kayla tersenyum kecut, "sembarangan, aku tidak kesambet ya Nggie. Kamu gak usah ngaco."

"Trus kalau bukan kesambet, apa dong?"

"Gak liat apa tuh pacarmu sedang datang menghampiri kita." Tunjuk Kayla dengan kesal kearah Andi, seorang mahasiswa kedokteran yang menyukai Anggie. Anggie tau hal itu tapi bodo amat, mau orang suka dirinya atau tidak itu gak penting.

"Bukan pacar gue itu, mata loh minus ya. Indomie seleraku kalau dia mah bukan.." Ketus Anggie dengan nada dongkol.

"Tapi kata gosip yang beredar, si Andi calon Dokter merupakan pacar kamu." Pancing Kayla menyebabkan Anggie makin dongkol hingga wajahnya makin cemberut.

"Hadehh.." Anggie menghela nafasnya, "Gosip dipercaya. Itu mah omongan orang doang biar bisa cerita lama yang belum tentu benar."

Karna malas berdebat Kayla mengiyakannya. "Iya iya."

"Hai Anggie, kamu kenapa disini." Sapa Andi dengan ramah menebar pesonanya kepada Anggie dan mengacuhkan keberadaan Kayla.

"Menurut Ande-Ande lumut kenapa?" Tanya Anggie dengan panggilan kesayangannya 'Ande-Ande lumut' ke calon makhluk yang dia takuti. Andi sicalon dokter.

"Enggak tau." Jawab Andi lembut dan ramah. Begitulah cara berbicara pada gebetan dibaikin agar cintanya diterima.

"Pinjam uangnya boleh." Ucap Anggie tidak tau malu, baru saja disamperin udah langsung ke poin utama tanpa ada niat untuk basa-basi.

"Gak usah pinjem aku kasih, gak usah di balikin nih." Andi langsung menyodorkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.

"Enggak ahh, besok gue balikin kok. Takutnya nanti ini cicilan mahar gue lagi." Canda Anggie yang membuat Andi terkekeh namun membenarkan ucapan Anggie.

"Haha,, kamu peka sekali."

"Ande-Ande lumut Kok ke sini?" Tanya Anggie sedikit penasaran.

"Tadi gak sengaja liat kamu, ya udah samperin dehh. Tapi aku duluan ya, lagi buru buru nih." Jelas Andi sambil pamit ke Anggie pasalnya dia memang sedang terburu-buru entah karena hal apa itu.

Pasal ketemu gebetan dijalan membuat ia wajib berhenti cari perhatian tapi gak lama, mengingat ia ada hal yang harus disegerakan. Singgah sebentar memperlihatkan tampang mana tau kebawa kebetan ke dalam mimpi di malam nanti, pikir Andi.

"Bye Ande-Ande lumut." Ucap Anggie melambaikan tangannya yang dibalas dengan senyum manis Andi tapi sayangnya itu gak cukup memikat hati Anggie.

Anggie mendorong motor matic miliknya dibantu Kayla ke pom bensin. Kayla pun membuka pembicaraan.

"Enggak pacar tapi akrab banget keliatannya. Berarti calon masa depan ya." Sindir Kayla.

"Enggaklah, aku takut sama Dokter kamu tahu itu kan." Jelas Anggie sambil menyiratkan ketakutan dalam mengucapkannya.

Kayla menyadari itu dan mengingat traumanya Anggie. Sontak gadis itu menghela nafas dan mengulurkan tangannya mengelus Anggie.

"Lawan jangan takut Anggie. Rasa takutmu jangan dimanjain. Nanti makin menjadi." Saran Kayla menyemangati Anggie.

"Hm.. baiklah akan kucoba saran darimu. Tapi kamu janji harus terus mendukungku, pokoknya harus!"

"Iya tenang saja aku akan selalu dibelakangmu." Ucap Kayla dengan sumringah.

"Kenapa gak di depan?" Tanya Anggie heran.

"Karna kalau ada yang nyakitin kamu, maka kamu yang akan kena duluan." Canda Kayla membuat Anggie sebal tapi kemudian terkekeh.

Kayla ini memang sahabatnya yang bisa aja. Bisa nyebelin tapi nyenengin, bisa bikin geram tapi bisa juga perhatian.

"Dasar tega." Dongkol Anggie.

"Becanda kok, cupcup jangan nangis." Kayla terkekeh.

Ditengah pembicaraan Anggie dan Kayla yang masih di area pom bensin. Setelah mengisi penuh motor matic miliknya. Keduanya berniat akan pergi tapi berhenti karena sapaan Layla teman Anggie yang suka adu kehebatan dan meremehkan Anggie dari segala hal.

"Balapan yuk." Ajak Layla.

"Malas gue." Jawab Anggie tak bersemangat menatap Layla dengan jengkel.

Dunia memang kejam, baru saja dirinya lepas dari masalah bensin, kini malah dipertemukan dengan siluman ular nan licik. Sial. Anggie merutuk kesal akan harinya yang buruk apalagi kini setelah bertemu Layla yang membuatnya muak.

"Elah bilang aja loh gak sanggup lawan gue." Pancing Layla menyulut amarah Anggie.

Tuhkan, baru saja ketemu. Si ular licik sudah mengeluarkan ocehan sampahnya.

"Siapa bilang gue nggak sanggup! Gue malah tau!!" Cibir Anggie kesal.

"Malas atau takut kalah? Ch, dasar pecundang!"

Anggie mengepalkan tangannya menatap nyalang Layla. "Gue bilang, gue nggak takut!!"

"Kalau nggak takut yasudah, ayo kita balapan!!" Pancing Layla menyulut emosi Anggie.

Menyadari hal itu Keyla menggelengkan kepalanya dan mencegat Anggie untuk menyetujuinya. "Jangan dengerin dia Anggie."

"Oke, siapa takut!" Jawab Anggie tanpa mengabaikan ucapan Kayla.

****

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status