Home / Romansa / Tersesat Dalam Pelukan Musuh / bab 22 : Halo Dedek bayi...

Share

bab 22 : Halo Dedek bayi...

last update Last Updated: 2025-07-02 05:50:46
Alexander Benjamin memandangi bayangan Banyu dan Diajeng dari kejauhan. Tangannya terkepal, rahangnya mengeras. "Gila... Diajeng benar-benar sudah jadi milik musuhku."

Semua orang kampus mungkin bisa dibuat kagum dengan sosok Banyu—tampan, cerdas, kaya, dan sekarang diketahui sudah menikah diam-diam dengan mantan kekasihnya. Tapi tidak dengan Alex.

Ia tahu siapa Banyu sebenarnya. Dan ia tahu, meskipun sekarang status Diajeng adalah istri sah pria itu, cinta di hati gadis itu belum sepenuhnya berpindah.

"Masih ada celah... Masih ada jalan."

Alex menekan layar ponselnya dan menghubungi Erika. Tak butuh waktu lama hingga sambungan tersambung.

“Erika, aku butuh bantuanmu.”

“Apa lagi, Alex? Kenapa pagi-pagi kamu merecokiku?” sahut Erika dari seberang, terdengar malas.

“Tolong bawa Diajeng ke klinik kampus, terserah kamu pakai alasan apa. Aku tunggu di ruang konsultasi,” ucap Alex cepat.

Erika diam sesaat. “Kamu punya rencana apa?”

“Bukan apa-apa. Aku cuma mau bicara, tanpa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tersesat Dalam Pelukan Musuh   bab 31 : rayuan maut (flash back)

    Lampu bar berwarna kuning redup memantul di meja kaca yang basah oleh tetesan alkohol. Aroma vodka dan cerutu bercampur jadi satu, memenuhi udara malam yang pengap.Alexander Benjamin duduk di sudut VIP, kancing atas kemejanya terbuka. Wajahnya tampan tapi kusut, dengan mata merah dan rahang yang mengeras menahan amarah.Di depannya, tiga gelas whiskey sudah kosong. Gelas keempat kini ia genggam erat, jari-jarinya mencengkeram kaca seolah ingin menghancurkannya."Diajeng..." namanya terucap pelan, nyaris seperti geraman.Matanya menatap kosong ke arah lampu gantung bar, tapi pikirannya tak bisa lepas dari bayangan gadis itu. Senyumnya. Suaranya. Dan bayangan yang paling menusuk: Diajeng dalam pelukan Banyu.Alexander mendengus kasar, lalu meneguk whiskey itu sampai habis dalam satu tarikan. Cairan panas membakar tenggorokannya, tapi rasa perih di dadanya jauh lebih menyakitkan."Kenapa, Jeng...? Kenapa kamu harus jatuh ke pelukan dia?"Alex menunduk, menatap layar ponselnya. Foto yang

  • Tersesat Dalam Pelukan Musuh   bab 30 : rencana malam yang indah

    Apartemen Erika yang biasanya rapi kini tampak berantakan. Bantal berserakan di lantai, dua cangkir kopi yang belum habis tertinggal di meja, dan setumpuk pakaian bersih belum sempat dilipat.Erika mondar-mandir di ruang tamu dengan napas memburu, matanya memerah karena kurang tidur dan terlalu banyak emosi yang dipendam."Kenapa dia bisa sekuat itu, hah?!" bentaknya ke udara, lalu melempar bantal ke sofa.Gadis itu mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi. Ingatan tentang tatapan Diajeng semalam kembali menghantuinya—tatapan tajam penuh kebencian dan luka."Aku tahu semua, Rik. Aku lihat kalian."Kalimat itu terus terngiang di telinganya, menampar rasa aman yang selama ini ia bangun dengan kebohongan."Seharusnya dia lemah… seharusnya dia hancur!" gumam Erika, suaranya seperti racun.Dia meraih laptopnya dengan kasar, membukanya dan membuka folder tersembunyi berisi cuplikan-cuplikan dari malam pesta itu. Erika memutar video pendek saat Diajeng tampak memasuki kamar hotel sendirian.

  • Tersesat Dalam Pelukan Musuh   bab 29 : di pelukanmu

    Mentari siang mulai merambat, menyusup malu-malu lewat tirai yang setengah terbuka. Di atas ranjang, dua insan yang semalam diliputi badai emosi kini masih terbaring dalam diam.Tapi, bukan diam yang dingin. Ini diam yang… hangat. Menenangkan.Diajeng membuka mata lebih dulu. Cahaya tipis dari jendela menyentuh wajahnya. Ia mengedip pelan—dan baru sadar kepalanya masih bersandar di dada Banyu, yang kini terlelap. Tangan pria itu masih memeluknya lembut.Deg.Deg.Deg.Jantungnya seperti berdentang keras di telinga."Astaga... aku tidur sambil meluk dia?!" batin Diajeng panik.Pelan-pelan Diajeng beringsut mundur, tapi baru saja ia bergerak, Banyu mengerang pelan dan membuka mata. Mata mereka bertemu. Sekejap. Tapi cukup untuk membuat keduanya refleks saling menjauh dengan canggung.“Ehm…” Banyu menggaruk tengkuknya sambil menghindari tatapan. “Tidurmu… nyenyak?”Diajeng langsung duduk dan membetulkan rambutnya yang berantakan. “Aku... ya. Lumayan.”Mereka berdua menunduk. Sunyi. Cangg

  • Tersesat Dalam Pelukan Musuh   bab 28 : Mencarimu

    Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Suasana apartemen Banyu yang mewah dan biasanya terasa hangat, malam itu justru dingin seperti es. Diajeng duduk memeluk lututnya di sofa ruang tamu, hanya mengenakan sweater longgar dan celana tidur. Rambutnya masih sedikit basah karena tadi sempat mencuci wajahnya—berharap bisa menghapus sisa-sisa air mata yang terlalu keras mengalir..Namun yang tersisa hanyalah perih.Banyu belum pulang.Diajeng menatap kosong ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta yang masih menyala. Tapi semua cahaya itu tak mampu menenangkan hatinya. Yang ada justru bayangan-bayangan dari masa lalu berputar dalam pikirannya seperti film rusak yang tak mau berhenti diputar ulang.Nama Erika muncul pertama.Sahabat yang selama ini ia percayai. Tempat ia berlindung. Tempat ia mencurahkan ketakutan dan kebingungan saat hidupnya berantakan... ternyata punya wajah lain di balik topeng manisnya.Diajeng mencengkeram bantal kecil di pelukannya lebih erat. Nap

  • Tersesat Dalam Pelukan Musuh   bab 27 : Ketahuan

    BRAK! Suara pintu kamar Erika terhempas begitu keras, membuat Erika dan Alex tersentak kaget. Selimut terjatuh, tubuh Erika yang masih setengah telanjang terlonjak, sementara Alex buru-buru menarik celana dalamnya yang tergeletak di lantai. Namun, belum sempat keduanya bereaksi lebih jauh, sosok Diajeng sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh kemarahan dan mata membara. "A—Ajeng..." suara Erika tercekat. Terlambat. Diajeng sudah menerjang masuk, menarik rambut Erika tanpa ampun, membuat gadis itu menjerit kesakitan. "Dasar pengkhianat! Muka tembok! Kamu pikir aku ini apa?! Boneka bodoh yang bisa kalian permainkan?!" Plak! Plak! Plak! Tiga tamparan mendarat tepat di wajah Erika, membuat pipinya memerah dan tubuhnya terhuyung. Erika berusaha menangkis, tapi Diajeng seperti kehilangan kendali. Bahkan Alex sampai terpaku pada apa yang tengah dilakukan Diajeng "Kau temanku! Sahabat yang kupercaya! Kenapa, Erika?! KENAPA?!" "Berhenti!" Alex berteriak sambil henda

  • Tersesat Dalam Pelukan Musuh   bab 26 : Sebuah Rahasia Besar

    Diajeng terduduk kaku. Suara pintu yang menutup tadi masih terngiang jelas di telinganya, seperti palu yang memukul pelan-pelan bagian terdalam dari hatinya. Nafasnya sesak. Matanya mulai basah lagi, tapi kali ini ia buru-buru menyekanya.Kalau dia terus begini… dia bisa gila.Tatapannya jatuh pada plastik berisi roti dan buah yang ditinggalkan Banyu di meja. Ia tahu pria itu sudah berusaha keras untuk tetap sabar, untuk tetap berada di sisinya. Tapi perasaan bukan sesuatu yang bisa dia kontrol dengan logika."Aku... nggak tahu aku harus gimana lagi," gumamnya pada diri sendiri.Tangannya terulur, membuka plastik dan mengambil sendok kecil. Ia makan sup itu cepat, meskipun panasnya menyengat lidah. Lidahnya tak merasakan rasa apapun—karena hatinya lebih terbakar dari sup itu."Aku butuh keluar dari sini," pikirnya. "Aku butuh… udara. Butuh… ruang untuk berpikir."Setelah menyelesaikan sup dan meneguk air mineral, Diajeng bergerak cepat. Ia turun dari tempat tidur dan menuju lemari kec

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status