Tersesat Dalam Pelukan Musuh
Demi membalas dendam, Banyu merancang jebakan kejam agar Diajeng—pacar musuh bebuyutannya, Alexander—tertidur di pelukan pria lain.
Tapi takdir berkata lain.
Dalam kekacauan rencana yang berantakan, justru Banyu dan Diajeng yang terjebak dalam cinta satu malam yang seharusnya tidak terjadi.
Lebih parah lagi, Diajeng hamil... dan harus menikah dengan pria yang paling ia benci.
Namun, siapa sebenarnya yang menjadi korban?
Siapa yang sedang memainkan siapa?
Ketika cinta, kebencian, dan rahasia kelam saling bertabrakan…
mampukah hati yang pernah tersakiti kembali percaya?
Baca
Chapter: bab 33 : awal pendekatanAroma kopi arabika memenuhi ruangan kafe kecil di sudut kota. Erika duduk di kursi dekat jendela, menunggu seseorang dengan wajah penuh kesabaran—atau lebih tepatnya, penuh perhitungan. Tangan halusnya memainkan sedotan plastik sambil sesekali melirik jam tangan mewah yang baru saja ia beli dengan sisa uang tabungannya.Tak lama kemudian, seorang pria tinggi berjaket denim memasuki kafe. Rambut hitamnya sedikit berantakan, tapi karisma alaminya tetap memancar. Alexander Benjamin.Alex menarik kursi dan duduk di hadapan Erika. “Kamu kelihatan serius banget. Ada apa?”"Aku lagi mikirin cara kita deketin Diajeng," jawab Erika seraya menatap pria pujannya. “Dan kalau dia nggak tertarik sama aku?”Erika menyeringai. “Tenang. Di situ aku yang main peran. Aku sahabatnya. Aku tahu semua pintu yang bisa kita buka. Percayakan sisanya ke aku.”Tatapan mereka bertemu. Dan di titik itulah, dosa pertama mereka dimulai—sebuah rencana yang kelak akan menghancurkan lebih banyak hati daripada yang mer
Terakhir Diperbarui: 2025-08-01
Chapter: bab 32 : LamaranMobil sedan hitam menggelinding mulus menyusuri jalan kota yang mulai diterangi lampu-lampu senja. Di dalamnya, keheningan menggantung seperti selimut tipis—tidak canggung, tapi… penuh degup yang disembunyikan.Diajeng melirik ke arah Banyu yang menyetir dengan satu tangan, tangan satunya bertumpu santai di kemudi. Tuxedo hitam itu membuatnya terlihat terlalu sempurna—pria yang tadinya ia benci, kini terlihat seperti tokoh utama dalam mimpi romantis siapa pun.“Kamu yakin gak salah arah?” tanya Diajeng pelan, mencoba mencairkan suasana.Banyu menoleh sebentar, tersenyum. “Tenang. Aku sudah hafal setiap jalan ke tempat yang akan jadi kenangan terindah kita malam ini.”Diajeng mengerjap pelan. Kalimat itu membuat pipinya sedikit hangat.Tak lama, mobil berbelok masuk ke sebuah kawasan elite. Di ujung jalan berlampu temaram, berdiri sebuah restoran bergaya klasik Eropa, dengan taman kecil di sisi kanan dan lampu-lampu gantung di terasnya. Ada suara lembut piano yang terdengar samar dari
Terakhir Diperbarui: 2025-07-31
Chapter: bab 31 : rayuan maut (flash back)Lampu bar berwarna kuning redup memantul di meja kaca yang basah oleh tetesan alkohol. Aroma vodka dan cerutu bercampur jadi satu, memenuhi udara malam yang pengap.Alexander Benjamin duduk di sudut VIP, kancing atas kemejanya terbuka. Wajahnya tampan tapi kusut, dengan mata merah dan rahang yang mengeras menahan amarah.Di depannya, tiga gelas whiskey sudah kosong. Gelas keempat kini ia genggam erat, jari-jarinya mencengkeram kaca seolah ingin menghancurkannya."Diajeng..." namanya terucap pelan, nyaris seperti geraman.Matanya menatap kosong ke arah lampu gantung bar, tapi pikirannya tak bisa lepas dari bayangan gadis itu. Senyumnya. Suaranya. Dan bayangan yang paling menusuk: Diajeng dalam pelukan Banyu.Alexander mendengus kasar, lalu meneguk whiskey itu sampai habis dalam satu tarikan. Cairan panas membakar tenggorokannya, tapi rasa perih di dadanya jauh lebih menyakitkan."Kenapa, Jeng...? Kenapa kamu harus jatuh ke pelukan dia?"Alex menunduk, menatap layar ponselnya. Foto yang
Terakhir Diperbarui: 2025-07-30
Chapter: bab 30 : rencana malam yang indahApartemen Erika yang biasanya rapi kini tampak berantakan. Bantal berserakan di lantai, dua cangkir kopi yang belum habis tertinggal di meja, dan setumpuk pakaian bersih belum sempat dilipat.Erika mondar-mandir di ruang tamu dengan napas memburu, matanya memerah karena kurang tidur dan terlalu banyak emosi yang dipendam."Kenapa dia bisa sekuat itu, hah?!" bentaknya ke udara, lalu melempar bantal ke sofa.Gadis itu mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi. Ingatan tentang tatapan Diajeng semalam kembali menghantuinya—tatapan tajam penuh kebencian dan luka."Aku tahu semua, Rik. Aku lihat kalian."Kalimat itu terus terngiang di telinganya, menampar rasa aman yang selama ini ia bangun dengan kebohongan."Seharusnya dia lemah… seharusnya dia hancur!" gumam Erika, suaranya seperti racun.Dia meraih laptopnya dengan kasar, membukanya dan membuka folder tersembunyi berisi cuplikan-cuplikan dari malam pesta itu. Erika memutar video pendek saat Diajeng tampak memasuki kamar hotel sendirian.
Terakhir Diperbarui: 2025-07-27
Chapter: bab 29 : di pelukanmuMentari siang mulai merambat, menyusup malu-malu lewat tirai yang setengah terbuka. Di atas ranjang, dua insan yang semalam diliputi badai emosi kini masih terbaring dalam diam.Tapi, bukan diam yang dingin. Ini diam yang… hangat. Menenangkan.Diajeng membuka mata lebih dulu. Cahaya tipis dari jendela menyentuh wajahnya. Ia mengedip pelan—dan baru sadar kepalanya masih bersandar di dada Banyu, yang kini terlelap. Tangan pria itu masih memeluknya lembut.Deg.Deg.Deg.Jantungnya seperti berdentang keras di telinga."Astaga... aku tidur sambil meluk dia?!" batin Diajeng panik.Pelan-pelan Diajeng beringsut mundur, tapi baru saja ia bergerak, Banyu mengerang pelan dan membuka mata. Mata mereka bertemu. Sekejap. Tapi cukup untuk membuat keduanya refleks saling menjauh dengan canggung.“Ehm…” Banyu menggaruk tengkuknya sambil menghindari tatapan. “Tidurmu… nyenyak?”Diajeng langsung duduk dan membetulkan rambutnya yang berantakan. “Aku... ya. Lumayan.”Mereka berdua menunduk. Sunyi. Cangg
Terakhir Diperbarui: 2025-07-20
Chapter: bab 28 : MencarimuJam menunjukkan pukul dua dini hari. Suasana apartemen Banyu yang mewah dan biasanya terasa hangat, malam itu justru dingin seperti es. Diajeng duduk memeluk lututnya di sofa ruang tamu, hanya mengenakan sweater longgar dan celana tidur. Rambutnya masih sedikit basah karena tadi sempat mencuci wajahnya—berharap bisa menghapus sisa-sisa air mata yang terlalu keras mengalir..Namun yang tersisa hanyalah perih.Banyu belum pulang.Diajeng menatap kosong ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta yang masih menyala. Tapi semua cahaya itu tak mampu menenangkan hatinya. Yang ada justru bayangan-bayangan dari masa lalu berputar dalam pikirannya seperti film rusak yang tak mau berhenti diputar ulang.Nama Erika muncul pertama.Sahabat yang selama ini ia percayai. Tempat ia berlindung. Tempat ia mencurahkan ketakutan dan kebingungan saat hidupnya berantakan... ternyata punya wajah lain di balik topeng manisnya.Diajeng mencengkeram bantal kecil di pelukannya lebih erat. Nap
Terakhir Diperbarui: 2025-07-19

Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti
Aslan Del Piero, pria matang yang sangat sukses jatuh cinta kepada Aiko De Angelo. Gadis yang tidak sederhana karena dia adalah mantan pembunuh bayaran.
Demi membuktikan cintanya kepada Gilbert sang kekasih, Aiko rela menyingkirkan Aslan yang menjadi musuh Gilbert. Namun, siapa sangka Aslan lolos dari maut yang membuat Gilbert khawatir diirinya terancam sehingga dia menyiksa bahkan akan membunuh Aiko.
Saat semua orang mengira Aiko telah lenyap dari dunia ini, gadis itu muncul dengan wajah dan penampilan baru untuk membalaskan dendamnya. Aiko kembali bertemu dengan Aslan dan sebuah insiden membuat mereka menghabiskan malam panas bersama yang menumbuhkan benih-benih cinta di hati Aiko.
Aiko bertekad untuk meluluhkan kembali hati sang bujang lapuk, tidak perduli bahwa pria itu sangat membencinya saat ini.
"Sudah ku bilang jika aku membencimu, Aiko!" ucap Aslan tegas kepada Aiko.
"Cinta dan benci hanya beda tipis, Aslan. Dulu kau mencintaiku, sekarang membenciku. Aku akan menghadirkan cinta itu lagi di hatimu." Aiko tersenyum manis menatap Aslan penuh cinta.
Baca
Chapter: bab 45 : Mira---Di atap sebuah gedung apartemen, 200 meter dari apartemen milik Angela, seorang wanita berdiri membelakangi matahari sore. Rambut cokelatnya tergerai tertiup angin, tubuhnya terbungkus jaket kulit hitam. Di telinganya, earphone kecil terpasang, tersambung ke ponsel satelit.“Aku lihat targetnya,” ucapnya dingin. Suaranya datar, tapi matanya berkilat puas. “Dia tampak… rapuh.”Suara berat di ujung sambungan terdengar serak tapi penuh kuasa. “Jangan remehkan dia, Mira. Aiko bukan target biasa. Kau tahu bagaimana sifatku.”Wanita itu—Mira—tersenyum tipis. “Aku tahu. Dia yang selalu jadi favoritmu dulu… dan sekarang dia akan jatuh di tanganku.”“Aku tidak ingin dia mati. Belum. Bawa dia kembali.”Mira menatap langit Paris yang memerah. Jemarinya mengetuk pelatuk pistol yang diselipkan di pinggangnya.“Kalau dia menolak, kau tahu aku tidak sabar untuk mengakhiri hidupnya.”Sambungan terputus.Mira memasukkan ponselnya, lalu menatap ke arah jendela apartemen Angela. Senyum miringnya sem
Terakhir Diperbarui: 2025-08-01
Chapter: bab 44 : AncamanAngela menarik napas panjang begitu pintu apartemen tertutup di belakangnya. Sepatu haknya ia lepaskan sembarangan, tubuhnya jatuh ke sofa dengan letih. Pertemuan dengan Maharani tadi masih berputar di kepalanya. Gadis itu tulus. Jauh lebih pengertian daripada yang ia duga. Tapi ketulusan itu justru membuat hatinya semakin perih.“Aku harus jujur pada Aslan… secepatnya,” gumamnya pelan.Tangannya secara refleks mengusap perutnya. Pikiran soal kehamilannya membuat dada Angela semakin sesak. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya. Tapi apakah ini waktu yang tepat?Ia menatap test pack yang masih ia bawa di tas. Dua garis merah itu bagai garis takdir yang tak bisa dihapus. Angela menghela napas dalam, menutup mata sejenak.Bip!Suara notifikasi ponsel membuatnya tersentak. Tapi bukan pesan Aslan. Hanya iklan email. Ia mengabaikannya.Angela berdiri, berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Begitu kembali ke ruang tamu… langkahnya terhenti.Di depan pintu apartemen—tergeletak sebuah ko
Terakhir Diperbarui: 2025-07-30
Chapter: bab 43 : bertemu MaharaniSetelah sarapan manis penuh cinta dan janji yang tak terucap, Aslan memandangi Angela yang duduk di sofa dengan rambut setengah berantakan dan wajah polos tanpa riasan.“Sayang…” ucapnya lembut sambil berdiri di depan gadis itu.Angela mengangkat wajah, menatap mata Aslan yang serius.“Kamu istirahat saja hari ini. Tidak usah masuk kerja. Aku sudah kirim pesan ke HRD. Kamu perlu rehat, apalagi setelah semua kejadian kemarin.”Angela terkesiap pelan. “Tapi—”Aslan mengangkat telunjuknya dan menempelkannya ke bibir Angela.“Please. Hari ini cuma buat kamu. Makan yang cukup, tidur siang, nonton drama kesukaan kamu. Biar aku kerja dulu dengan tenang.”Angela menghela napas pasrah, lalu mengangguk pelan. “Oke, Tuan Del Piero.”Aslan tersenyum, mencium keningnya sekilas, lalu pamit dengan mencium punggung tangan gadis itu dengan lembut. “Sampai sore.”Begitu pintu tertutup dan Angela sendirian… keheningan langsung terasa menggantung. Tapi bukan keheningan yang nyaman.Angela menghela napas.
Terakhir Diperbarui: 2025-07-20
Chapter: bab 42 : Menerima apa adanyaMalam di Paris masih terasa hangat, tapi udara di dalam apartemen Angela seperti berhenti berputar. Hening. Sunyi. Dan menyesakkan.Aslan berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang bergemerlapan. Sementara Angela duduk di sofa, memeluk lututnya. Tatapannya kosong, tapi dalam pikirannya ribuan suara berteriak minta dikeluarkan."Aslan..." suaranya pelan, hampir seperti bisikan.Aslan menoleh. "Hm?"Angela menarik napas dalam. “Selama ini... kamu hanya tahu aku adalah Aiko. Gadis yang memalsukan identitas dan mencuri posisi sebagai sekretarismu. Tapi aku belum pernah bilang... siapa aku sebenarnya.”Aslan diam. Tapi seluruh tubuhnya menegang. Matanya mengunci ke arah Angela yang kini menatapnya, tak lagi bersembunyi.“Aku bukan penipu biasa. Aku dulu pembunuh bayaran.”Keheningan runtuh seketika. Seperti kaca yang dibanting di lantai marmer."Aku… dulu bekerja untuk Organisasi Tangan Hitam. Mereka yang melatihku sejak aku berusia 12 tahun. Membuatku jadi senjata. Aku menghi
Terakhir Diperbarui: 2025-07-10
Chapter: bab 41 : Penolakan seorang ibuAngela menatap jam tangannya. Sudah hampir satu jam ia berada di restoran ini. Meskipun ia duduk diam dan hanya menjawab saat ditanya, tetap saja atmosfer meja itu membuatnya sesak.Aslan dan Klara terlihat membahas sesuatu tentang acara amal. Mentari sesekali menimpali, lalu menatap Angela dengan sorot mata yang tidak bisa dibaca.Angela berdiri dengan sopan. “Maaf, saya ke toilet sebentar.”Aslan pun menoleh pada Angela dan mengangguk tanpa banyak bicara.---Toilet wanita berlapis marmer hitam dan cermin panjang itu sunyi. Angela berdiri di depan wastafel, membasuh wajahnya perlahan. Ia tahu, ada yang tak beres hari ini. Klara, Mentari, dan cara makan siang ini dirancang—semuanya terlalu... sempurna.Angela menarik napas pelan, tapi langkah sepatu hak tinggi menghentikannya.Angela menoleh ke cermin.Mentari berdiri di ambang pintu dengan anggun, menutup pintu perlahan. “Kukira kita butuh bicara berdua,” ucapnya tenang.Angela berdiri tegak, tidak ingin menunjukkan kelemahan sediki
Terakhir Diperbarui: 2025-07-08
Chapter: bab 40 : Makan siang yang menyesakkanLangit malam Paris terlihat redup, seperti menahan napas. Aslan berdiri membeku di balkon unit kosong sebuah apartemen—berada tepat di seberang unit apartemen Angela. Jaraknya cukup dekat untuk melihat ke dalam, apalagi dengan lampu yang masih menyala terang di ruang tengah.Di dalam sana, Angela dan Leo duduk berdampingan di sofa. Angela tertawa pelan, lalu menerima secangkir coklat hangat yang baru saja dibuat Leo.Aslan mengepalkan tinjunya. Ada nyeri di dadanya. Aneh dan sulit dijelaskan.“Apa dia memang... sebahagia itu bersamanya?” desisnya lirih.Dari balik tirai kaca balkon, ia melihat Angela menyender sebentar ke bahu Leo sambil bicara pelan. Wajah Leo memerah. Tapi yang membuat hati Aslan makin bergetar adalah saat Angela menyentuh lengan Leo, lalu tertawa kecil sambil meledek, “Kamu tuh cocok banget gabung boyband Korea, Leo. Udah tinggi, putih, manis, bisa masak, bisa jagain orang… lengkap.”Leo menatap Angela. “Tapi sayangnya hatiku bukan untuk fans. Aku lebih suka peremp
Terakhir Diperbarui: 2025-07-06