Share

Tertawan Cinta Kakak Ipar
Tertawan Cinta Kakak Ipar
Penulis: Author MungiL

1. Malam Panas

Penulis: Author MungiL
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-03 08:47:00

"Mas, kau pulang?"

Satu pertanyaan ringkas ia dengar, suara yang serak, lembut, dan halus itu membuat sakit di kepalanya seketika hilang, tapi hanya untuk beberapa detik saja. Ia berpikir ini hanya halusinasinya semata.

Namun, sekali lagi semesta menegaskan bahwa apa yang ia dengar tadi bukanlah sebuah ilusi. Tapi memang ada sesuatu yang hidup di dalam kamarnya, di atas ranjang lebih tepatnya. Hal itu ia yakini setelah sepanjang punggungnya merasakan pelukan hangat dan juga desakan tubuh yang semakin mendekat. Semakin lama semakin mendekat dan seperti tengah memaksa untuk ia dekap.

"Kenapa kau diam saja? Peluk aku supaya aku kembali terlelap. Kau tahu aku susah tidur lagi jika ada yang membangunkan. Ini belum pagi, kan?" Yuan meraba-raba mencari tangan Rafan. Setelah mendapatkan tangan itu, segera ia lingkarkan ke pinggang.

Sedikit aneh saat hidung Yuan tertempel di dada bidang Rafan. Keningnya sedikit mengernyit lantaran bau alkohol yang cukup menyengat. Ia sampai sedikit terbatuk saat menghirupnya dalam.

Yuan hampir melempar pertanyaan, namun kembali tertelan begitu pelukan di pinggangnya semakin erat. Rasa nyaman itu membuat ia melupakan keganjilan pada laki-laki yang ia pikir suaminya.

Sementara itu, Rafan yang tengah tidak sadar sepenuhnya mulai merasakan gelenjar aneh dalam dirinya. Ada sesuatu yang mulai bangkit perlahan. Sudah beberapa bulan terakhir ia tidak merasakan ini, dan sekarang tiba-tiba rasa itu hadir kembali.

"Kau ingin sesuatu, Mas?"

Rafan tak menyahut ia jusru melenguh dengan tangan yang sudah bergerak begitu aktif dan sedikit ganas. Nampaknya ia melupakan kenyataan dan statusnya untuk malam ini.

Gerakan Rafan semakin lama semakin kentara bahwa ia tenggelam dalam hasrat yang sudah lumayan lama tak tertuang. Apalagi mendengar lengkuhan Yuan membuatnya bertambah brutal dan semangat. Untuk kali ini, pusing di kepalanya hilang tak bersisa.

"Mas, bisakah kita mulai sekarang? Ini telalu lama, aku tidak kuat," pinta Yuan dengan melas di tengah kegiatannya.

"Kau ingin mulai sekarang?"

Rafan mulai mengambil ancang-ancang, ia menerobos masuk perlahan. Memberantas apa pun yang menghalanginya. Terus melaju dengan bebas dan ah akhirnya kehangatan ia rasakan saat usahanya yang tak seberapa itu tak berujung sia-sia.

Malam itu akhirnya keduanya tenggelam dalam surga dunia yang sudah lama tak Rafan rasakan. Entah berapa kali Rafan menyemburkan cairan kentalnya, entah berapa jam mereka berjibaku dengan malam panas itu, dan entah mengapa rasanya berbeda dari yang dulu ia rasakan. Tapi persetan dengan pikirannya. Ia hanya butuh menyelesaikan apa yang ia mulai.

"Kau semakin lama semakin memabukkan, kau pandai membuat aku terbang. Kau selalu membuat aku lupa bagaimana cara menapak tanah. Aku sangat lelah. Ayo kita tidur, sebentar lagi pagi."

Mereka kembali berpelukan dengan erat. Meski Yuan merasakan sensasi yang berbeda saat bersenggama, ia berusaha abai dan memaksakan matanya untuk terpejam.

°°°

Sinar matahari yang memaksa masuk melalui celah jendela membuat kedua manusia yang berada di atas ranjang itu membuka mata bersamaan. Sisa rasa pusing semalam rupanya masih ada dan sedikit berdenyut-denyut di kening Rafan.

Sepersekian detik berikutnya, Rafan dan Yuan terhenyak dari tempat berbaringnya. Untuk sesaat mereka saling tukar pandang dalam keheningan. Mereka memikirkan hal yang sama. Bagaimana bisa mereka berada dalam satu tempat yang sama dalam keadaan sama-sama polos pula.

"Mas Rafan bagaimana bisa ada di kamarku, Mas?" Yuan bertanya dengan degupan jantung yang masih jelas terasa menggema.

Rafan memindai seisi kamar. Bola matanya berkeliaran ke setiap sudut dan benar, ini bukan kamarnya. Ini kamar adiknya dan juga adik iparnya. Itu artinya dirinya masuk kamar yang salah? Oh tidak. Bagaimana ini?

"Yuan, aku sepertinya tidak sadar masuk kamarmu. Aku semalam mabuk dan hanya ingin segera istirahat tanpa peduli aku salah masuk kamar atau tidak. Sungguh aku tidak sadar sudah masuk kamar yang salah. Ini bukan sesuatu yang aku sengaja." Rafan mulai panik.

"Kau harusnya sadar kalau kau salah masuk kamar saat ada seseorang di ranjangmu. Bagaimana kau lupa dengan statusmu?"

Yuan bicara dengan kesal. Ia marah dan merasa kecewa dalam satu waktu. Ia marah pada dirinya sendiri dan juga Rafan. Namun, di sisi lain ia juga kecewa karena sudah merasa mengkhianati sang suami. Ia merutuki diri sendiri bagaimana bisa tak mengenali laki-laki yang bersamanya ini suaminya atau bukan. Sungguh ia merasa buruk kali ini.

"Sudah aku katakan aku sedang mabuk, Yuan. Aku sakit kepala berat, mana bisa orang mabuk bisa berpikir dengan jernih. Lagipula kau yang dalam keadaan sadar saja tidak mengenali yang masuk kamarmu suamimu atau bukan. Kau tahu suamimu sedang berada di luar kota kenapa pintu tidak kau kunci?"

Keadaan kini berbanding terbalik. Dari semua sisi sepertinya memang Yuan yang banyak salah dibandingkan dengan Rafan. Pria itu tak sadar, ia sedang mabuk. Sementara dirinya yang sehat jiwa raga, dalam kesadaran yang sepenuhnya seharusnya bisa menahan hasrat.

Dalam keadaan genting begini, Yuan masih sempat-sempatnya teringat kejadian semalam. Erangan, lengkuhan, dan juga suara Rafan yang terdengar lebih seksi dibandingkan suaminya. Ia meraba tengkuknya saat kejadian itu masih saja segar dalam ingatannya.

"Oke baiklah. Memang aku yang terlihat sangat salah. Dibandingkan kau yang hanya punya dua kesalahan, kesalahanku lebih banyak. Ini sudah terlanjur dan kita tidak bisa melakukan apa pun selain melupakan. Bagaimana kalau kita lupakan saja kejadian ini dan anggap saja tidak pernah terjadi dan yang paling penting, jangan sampai ada keluarga kita yang tahu. Aku minta maaf."

"Memang apa lagi yang bisa dilakukan selain ini?" jawab Rafan menyingkap selimut lalu kembali menutupnya saat mendengar teriakan pelan dari Yuan.

"Aku mengakui salah bukan berarti kau tidak salah. Meminta maaf atas sebuah kesalahan tidak menurunkan harga dirimu."

"Iya aku minta maaf. Aku juga salah dalam hal ini. Balik badan, aku mau ambil pakaian."

Rafan bangkit dan memakai pakaiannya dengan cepat saat Yuan memutar tubuhnya.

"Dasar wanita, dia mengatakan ingin melupakan semuanya dan menghakui bahwa dia salah. Tapi dia berharap maafku juga," gumam Rafan sangat pelan.

"Apa kau bilang?"

Yuan refleks berbalik badan. Sedetik kemudian, wanita itu berteriak dengan kencang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sepatu Ritu Iya
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Akhir Cerita

    Setelah proses panjang di pengadilan, Rafan dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana dan berbagai tindakan kriminal lainnya yang terkait dengan kematian Alea. Hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Rafan.Yuan dan sang ibu mertua hanya bisa menangis sejadi-jadinya, siapa yang menyangka jika hukuman akan selama dan sepanjang ini. Rafan menghampiri keluarganya dengan wajah yang tampak tegar meski lelah, dan ia mencoba tersenyum untuk menguatkan istri dan kedua orang tuanya. Yuan tidak bisa menahan air matanya. "20 tahun, Rafan. Itu waktu yang sangat lama. Bagaimana bisa aku melalui hari tanpamu?" Wanita itu menghambur ke pelukan suaminya. Sayang, Rafan tak bisa membalas pelukan itu lantaran tangannya sudah terborgol. Rafan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu, Yuan. Ini memang lama, tapi aku akan menjalani hukuman ini dengan tenang. Aku ingin menebus semua kesalahanku. Dan aku butuh kamu untuk tetap kuat di luar sana."Yuan menggengg

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Memaafkan

    Rafan mengulurkan tangan untuk membantu Antoni duduk sempurna. Napas mereka belum kembali normal, masih beradu dengan kenyataan yang tak hanya membuat lelah fisik. Antoni merasakan tubuhnya lemas, tetapi pikirannya terus berputar. Kata-kata Alea terus terngiang-ngiang di telinganya. "Jangan biarkan cinta merubah apa pun dalam dirimu."Ia menatap Rafan dengan pandangan yang penuh kebencian, tetapi di balik kebencian itu, ada secercah kesadaran. Alea benar, ia telah membiarkan kebencian menguasai dirinya terlalu lama. Jika ia terus berjalan di jalan ini, ia akan menjadi apa yang Alea tidak inginkan. "Antoni, tolong dengarkan aku," suara Yuan terdengar lagi, lebih lembut, "Kita bisa mengakhiri ini sekarang. Rafan bersedia menerima hukumannya. Biarkan hukum yang mengadili."Antoni menatap Yuan dengan mata yang penuh dengan emosi yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia ingin membalas dendam, ingin Rafan merasakan penderitaan yang ia rasakan. Tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan p

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Lanjut Atau berhenti?

    Dalam pertarungan itu, Rafan berhasil merebut pistol yang terjatuh saat terjadi baku hantam. Mereka bergulat di lantai, saling rebut senjata. Yuan berteriak memohon agar mereka menyudahi kegaduhan ini. Namun, suara teriakannya tenggelam dalam suara pertarungan sengit itu. "Rafan, lempar pistolnya ke sini! Rafan kau dengar aku? Lempar ke sini, Rafan!" Yuan berteriak sekuat yang ia bisa. Saat ini hanya itu yang bisa ia lakukan. Tak lama kemudian, Rafan melakukan apa yang diminta sang istri, ia melempar senjata itu meski asal. Antoni mengamuk saat senjata itu berada di tangan Yuan. Ia kembali bangkit dengan membawa pukulan dan tendangan yang lebih brutal. Rafan hanya menghindar tak berniat membalas. Ia sedang mengumpulkan tenaga untuk menghentikan ini. Pukulan demi pukulan yang disodorkan tak membuahkan hasil membuat Antoni lelah sendiri. Di saat itulah, Rafan mengerahkan tenaga yang baru ia kumpulkan. Dengan sekali tendang di dada, Antoni tersungkur tak berdaya. "Rafan suda

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Saling Serang

    "Antoni, tolong pikirkan lagi! Apakah ini yang benar-benar diinginkan oleh Alea? Apakah dia ingin kau hidup dengan kebencian dan dendam seperti ini?""Kau tidak tahu apa-apa! Kau mungkin pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai, seseorang yang kau sayangi, tapi apakah kau pernah kehilangan seseorang dengan cara yang kejam? Sepertinya ikut melenyapkan mu juga pilihan yang bagus. Rafan juga harus merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan seseorang dengan cara yang kejam."Rafan maju perlahan, melihat Antoni yang kesetanan membuat ia takut hilang kendali dan justru mengikutsertakan Yuan dalam permasalahan masa lalunya. "Dengarkan aku Antoni, aku menyesal. Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Aku akan melakukan apa pun yang kau minta, lakukan apa saja padaku, tapi jangan libatkan Yuan dalam hal ini. Ini murni kesalahanku, bukan?"Antoni tersenyum miring, "Kau pikir aku akan melepaskan orang yang kau cintai begitu saja? Dia ba

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Pertemuan Dua Pria

    "Yuaaann!"Suara Rafan menggema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang melingkupi gedung lantai dua itu. Yuan terkejut melihat suaminya muncul, wajahnya penuh kepanikan dan ketakutan, napasnya pun sudah tersengal-sengal. Nampaknya ia berlari dari halaman gedung hingga naik ke titik ini. Antoni menoleh, tatapannya sangat memperjelas bahwa kebencian dirinya terhadap Rafan benar-benar berada di puncak. "Kau!" teriak Antoni mengarahkan pistolnya ke arah Rafan. "Akhirnya kau datang juga, akhirnya aku dengan leluasa bisa melihat wajahmu. Kau adalah awal dari segala penderitaanku. Kau harus membayar semuanya, Rafan. Nyawa, kebahagiaan, waktu, sakitku, dan hancurnya kehidupanku hanya karena kau!"Rafan mengangkat kedua tangannya, berusaha menunjukkan bahwa ia tak bersenjata dan tidak ada niatan untuk melawan. "Dengar aku! Aku dan kau tidak saling kenal, aku tidak tahu di sini kau siapa, tapi aku tahu siapa yang yang kau maksud. Aku tahu yang kau maksud adalah Alea, wanita yang ada di

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Terungkap

    Yuan masih terpaku di tempat. Pandangannya tak lepas dari layar monitor yang terus berjalan menampilkan gambaran masa lalu raffan yang tidak ia ketahui. Dalam waktu beberapa menit itu, slide-slide itu seolah menayangkan hampir setengah kehidupan masa muda sang suami. Semua masih menampilkan wajah-wajah yang sama, tak ada yang aneh. Rafan memang setia dalam menjalin hubungan. Bukankah wajar dan tidak ada keanehan dengan foto-foto yang ditampilkan? Itu bagian dari masa lalu dan apa masalahnya? Hingga akhirnya, pikiran Yuan yang begitu positif itu terkacaukan dengan sebuah chat. Selintas ia membaca kata "gugurkan" dan membuatnya mengatakan... "Stop! Kembali ke slide sebelumnya!"Antoni menurut, ia kembali menampilkan foto sebelumnya. "Sekarang kau tahu kenapa hingga detik ini Rafan tidak punya anak? Karma. Dia sedang menjalani karmanya. Pasti kau bertanya-tanya, siapa perempuan itu, siapa aku, apa hubungannya dengan kekacauan dalam hidupmu? Aku yakin banyak pertanyaan dalam benakmu. K

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Masuk Perangkap

    "Apa maksudnya dia mengirimku ke tempat seperti ini?! Apa aku sedang dibodohi?" gerutu Yuan seraya berjalan kembali ke mobilnya. Wanita itu belum selesai dengan keterkejutannya yang tanpa sengaja mendatangi sebuah rumah aborsi ilegal. Namun rupanya, semesta masih memberinya kejutan dengan kehadiran sosok pria berkulit putih di dalam mobilnya. "Siapa kau?" tanyanya dalam keadaan terkejut. Bagaimana tidak? Pria itu duduk kursi samping kemudi. "Itu tidak penting, yang lebih penting adalah informasi yang aku bawa. Informasi yang bisa menentukan masa depan dan jalan hidupmu selanjutnya. Jalan sekarang! Ikuti petunjuk yang aku berikan! Atau kau ... akan ditemukan menjadi mayat sebelum kau tahu rahasia besar yang dirahasiakan suamimu." Antoni mengarahkan pistol tepat di kepala Yuan. Manusia mana yang tidak gemetar jika dihadapkan dengan senjata tajam sementara dirinya tak menguasai apa pun dalam perkelahian atau menjinakkan senjata tajam, jangankan melakukan itu, memegang dengan benar da

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Tempat Masa Lalu

    Rafan beberapa kali membolak-balikan kertas itu untuk meyakinkan diri. Tak ada apa-apa di benda itu. Bahkan setitik noda tinta pun tak ada. Ia juga dengan teliti memastikan bahwa tak ada apa-apa lagi di kaleng itu. Memang tidak ada, kosong, itulah kenyataan yang ada di hadapannya sekarang. Rasa takut, cemas, dan kekhawatirannya tak terbukti. Ia merasa lega karena tak ada hal apa pun yang menambah kecurigaan sang istri terhadapnya. Namun, kelegaan itu hanya berlangsung sementara saja, ia merasa kembali dikuliti saat mendapati tatapan sang istri yang mengarah padanya. Tatapannya biasa saja, tidak menakutkan bagi Rafan, tapi entah kenapa ia merasa terintimidasi oleh sorot mata wanita itu. Mungkin ini adalah efek lantaran dirinya yang menyembunyikan hal besar dari semua orang. "Sudah puas, Sayang? Tidak ada apa-apa, jadi tidurlah. Aku akan menyusul setelah mandi." Rafan kembali menggulung kertas dan memasukkan ke kaleng lalu ia letakkan benda itu di meja rias.Yuan mengangguk, tetapi ek

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   108. Surat Kaleng

    Rafan hendak membuka mulutnya untuk kembali menjawab pertanyaan dari Frans. Hanya saja, getaran di ponselnya membuat ia mengalihkan perhatian. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal terpampang di layar. Baginya sekarang tak mengherankan lagi ada banyak nomor yang menghubunginya. Si peneror seringkali mengganti nomornya saat menghubungi. Wajah yang semula biasa saja kini mendadak membuat raut tegang, wajahnya pucat, dan ia mulai di serang panik. "Sial! Frans, aku harus pulang." Hanya kalimat itu yang mampu Rafan keluarkan. Ia tergesa membawa dirinya keluar dari apartemen. Pesan dari peneoror ini membuat ia kembali kalang kabut. Rafan meluncur di jalan dengan kecepatan tinggi, hatinya berdegup kencang. Pemandangan di sekitarnya menjadi blur, hanya fokus pada satu tujuan, pulang. Ketegangan memenuhi udara di dalam mobil saat ia meraba-raba kantong saku, mengeluarkan ponselnya dengan gemetar. Layar ponsel terangkat menampilkan foto ancaman yang menakutkan. Rafan merasa napasnya se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status