Share

Tanda Kepemilikan Aland

"Tidak salah karena kamu harus hangat, Miley."

Aland mencari kesempatan melancarkan rencananya. Dia begitu beringas meraup bibir hingga leher jenjangnya. Mengecup lebih lama untuk meninggalkan kepemilikannya di sana.

Tapi tubuh Miley terlalu lemah menolak serangan panas Aland. Ia hanya bisa mengepal tangannya, meski di sisi lain ia menikmati rasa hangat sentuhan kulit tubuh Aland.

Tapi ... tersadar dari siapa kehangatan itu. "Hentikan kegilaan ini!" pintanya memiringkan kepala dengan susah payah, menghindari jemari Aland kembali menyentuh bibirnya.

"Aku bilang, kamu harus hangat, Sayang."

Aland merasakan kini malah dirinya yang terbakar hasrat setelah mencium aroma tubuh Miley. Tangannya kian lancang melepas satu persatu kancing kemeja Miley.

"Jangan lakukan itu," pinta Miley tidak berhenti memohon. Tapi itu tidak menghentikan aksi Aland yang telah di kuasai hasrat penuh damba, mengganti posisi badan dengan mengungkung Miley dibawah tubuhnya.

Miley pasrah dibawah kungkungan tubuh Aland. Matanya liar mengeksplor bebas wajah tampan dan dada bidang berotot dan liat itu.

Lama memandangi manik matanya, baru kali ini Miley bisa menyelami kedua iris coklat pekat Aland. Hidungnya mancung dengan sorotan mata yang tegas, dia bukan hanya gagah, tapi sangat tampan.

Memang Aland papa tirinya, tapi usia mereka tidak begitu jauh. Miley mengagumi keahlian mamanya menggaet pria tampan yang lebih cocok putranya itu menjadi suaminya.

'Dia tampan sekali,' batinnya terhipnotis dengan pesona tampan Aland.

Melihatnya hanya diam dan melotot, Aland semakin berani dengan aksinya. Dalam sekejap dia berhasil menyisakan cawat dan bra nya saja.

"Aland ..." desisnya lebih terdengar seperti desahan.

Seumur-umur baru ini memanggil nama mantan papa tirinya itu.

"Iya, Sayang," sahut Aland mempererat pelukannya di tubuh Miley yang masih menggigil. "Aku mencintaimu."

Seperti tersadar telah larut dengan sentuhan Aland, Miley menjauhkan pandangannya. "Hentikan! Sekarang lepaskan, aku sudah merasa hangat," ucapnya dengan nada bergetar.

"Belum, Sayang. Aku masih perlu menghangatkan tubuhmu lagi."

Miley yang terlanjur menikmati kehangatan itu, hanya menurut saja saat Aland melakukan penyatuan bibir lagi.

Hasrat dalam dirinya ikut bergejolak, tanpa sadar Miley melingkarkan tangannya di leher Aland, membuat Aland sempat kaget. Beberapa saat keduanya saling beradu pandang sebelum kembali saling berpagut mesra.

"Aku menginginkanmu, Miley," sungguh Aland mengecup bibirnya lebih beringas. Dia tidak lagi bisa menahan hasrat dirinya.

"Hentikanlah! Karena tak mungkin melakukannya denganku. Kamu sudah pernah melakukannya dengan Mamaku? Sementara ..." Miley menjeda ucapannya sambil menarik napas panjang, ia menatap tegas kedua iris coklat Aland. Seolah memaksa Aland mengetahui isi kepalanya.

"Aku hanya suami kontrak Jenny, Miley. Kami tidak pernah melakukannya."

Miley kaget, tapi tidak langsung mudah percaya. Ia belum lupa mengapa ia mengatainya 'buaya kelaparan'.

"Yah, aku akui aku hanya menyelamatkan Jenny dari keluarga ayahmu, Miley. Pernikahanku dengan Jenny itu hanya berdasarkan bisnis. Yah, Jenny membayarku dengan menyelamatkan namaku juga."

Antara senang dan tidak mendengarnya. Ia akui rasa bencinya tiba-tiba hilang setelah menatap iris coklat Aland tadi.

Miley tahu sejak kematian ayahnya, keluarga ayahnya selalu memperlakukannya dan Mamanya tidak baik. Mereka juga merampas perusahaan dari tangan Jenny. Terlebih dengan Jason, pamannya.

"Lalu, apa Jenny menikah lagi dengan pria lain untuk menyelamatkannya juga?" sindir Miley belum sepenuhnya bisa memaafkan Jenny.

"Lupakan dia! Aku tidak ingin membahasnya!"

Miley mendorong Aland dari atas tubuhnya. Kemudian memunggungi Aland, seraya menutupi tubuhnya dengan selimut. "Berikan ongkosku pulang besok pagi."

Meski yakin Aland tidak akan menolak permintaannya setelah merasakan kehangatan mereka barusan. Namun, ia juga khawatir bisa-bisa saja Aland kembali dengan sikapnya yang kasar.

"Untuk sementara kita harus tinggal di sini, Miley. Musim hujan salju membuat penerbangan ke luar negeri ditiadakan."

"Jadi?" protes Miley memutar badan cepat. "Jangan bilang kamu sengaja melakukan ini?"

Tuduhan Miley itu benar. Aland memang sengaja melakukannya. Tapi tidak mungkin mengakui itu kepada Miley.

"Tidak, Sayang. Kita kemari karena urusan pekerjaan. Besok kita ada pertemuan dengan para kolega perusahaan luar negeri."

"Itu kamu! Lalu, kenapa membawaku?"

Aland memberikan senyum smirk seperti merendahkan. Sikap Miley itu memancing emosinya kembali.

"Kamu sekretaris pribadiku. Apa kamu lupa, Sayang?"

Miley terdiam.

"Nah, minumlah dulu agar pikiranmu segar, Sayang."

Aland meraih botol minuman kemasan plastik dari atas nakas.

Miley yang memang kehausan lantas menyambar dan meneguk habis isi botol kemasan itu, tanpa berpikir larutan yang tercampur di minuman bening tersebut.

***

Pagi sekali Miley terbangun, ia mendapati dirinya terkurung dalam pelukan Aland.

Kepalanya juga terasa berat seperti kemarin-kemarin. Namun, berpikir itu mungkin karena mengalami hipotermia semalam.

Sekujur tubuhnya terasa sakit, seperti baru di gebukin. Meski telah mengguyur tubuhnya, tapi rasa sakit itu tak juga berkurang.

"Iya, minggu depan pulang. Untuk sementara HR Aland Corp yang meng-handle perusahaan."

Miley terburu-buru mematikan shower.

Dengan berjingkat-jingkat ia menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi, menguping percakapan Aland di dalam ruangan.

"Di Jepang masih musim salju. Kamu kirim lewat email saja."

"Jepang?" gumam Miley merasa tidak seperti di Jepang. "Apa sekarang musim salju di Jepang?"

"Miley, kamu sudah selesai?" Terdengar suara Aland. Disusul suara ketukan di pintu kamar mandi, menyentakkannya yang masih menempelkan daun telinganya di pintu.

Miley berlari ke wastafel dan menyalakan keran sebelum menjawab.

"Sebentar aku lagi mandi."

Beberapa detik, ia menjerit, "Ahh!"

Melihat tubuhnya yang polos di depan cermin, sekujur tubuhnya penuh bercak-bercak merah.

"Ada apa, Miley?" panggil Aland menggedor pintu kamar mandi.

"Tidak apa-apa, handukku terjatuh," sahutnya menahan emosinya yang membuncah.

"Apa semalam dia mencekokiku obat tidur lagi?" gumamnya tidak merasakan apa-apa sepanjang malam. Kemudian menggeram kesal karena ia mau saja diperlakukan seperti itu.

Mendengar suara gedoran di pintu kamar mandi, Miley terburu-buru mengenakan pakaiannya. Untungnya ia sudah membawa bajunya ke dalam kamar mandi.

"Maaf, kebiasaanku selalu mandi lama," ucapnya melintas didepan Aland. Tiba-tiba bergidik dan malu bertatapan dengannya, membayangkan bagaimana Aland mencumbuinya semalam. Tapi ia juga tidak ingin membahasnya.

Melihat Aland menutup pintu kamar mandi, dan juga dompet dan ponselnya terletak begitu saja diatas nakas. Timbul niatnya untuk mengambil uangnya, lalu, melarikan diri.

Namun, belum sempat membukanya, "Miley, ambilkan handuk," panggil Aland dari dalam kamar mandi.

Miley terburu meletakan dompet belum berhasil mengambil uangnya. 'Kenapa dia tidak bawa handuknya!' rutuknya dalam hati.

"Iya, sebentar," sahutnya menyambar handuk, memberikannya dari celah pintu yang terbuka sedikit.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya melarikan diri, apalagi saat ini mereka sedang ada di Jepang. Sedikit banyaknya ia udah tahu seluk-beluk kota-kota di sana.

Cepat-cepat mengambil dompet Aland dan berlari keluar. Ia tidak menghiraukan panggilan Aland yang menyuruhnya menyiapkan pakaiannya dari dalam kamar mandi.

Namun, baru saja membuka pintu kama hotel, ia hanya bisa mengumpat. "Sial!" Cuaca di luar tidak lebih baik dari semalam

Ia pun pasrah tubuhnya kembali membeku di depan pintu kamar. Kini seluruh syaraf-syaraf tubuhnya pun seperti lumpuh.

"Miley!! Apa kamu tuli!"

Suara menggelegar dari dalam kamar, membuat tubuhnya yang membeku itu semakin ketakutan.

Disusul pintu kamar mandi dibuka dengan menghempas kasar. Miley berusaha menarik kakinya, tapi telapak kakinya seperti telah menyatu dengan lantai kamar.

Pun dompet di tangannya terjatuh di ujung kakinya. Detak jantungnya seketika berhenti ketika Aland mulai mendekatinya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status