Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
"Apa kabarmu, Miley?" Gadis yang dipanggil Miley itu berjengit sesaat, kaget karena sang pimpinan mengetahui namanya di pertemuan mereka. Miley sendiri tidak mengetahui tujuan ia dipanggil ke sini untuk apa. Ia yang melamar sebagai sekretaris pribadi bermodalkan nekad itu ketar-ketir, sedikit khawatir sang atasan memarahinya. Untuk menghormati atasan yang masih memunggunginya itu, Miley menjawab dengan tenang, "Saya baik-baik saja, Pak." "Bagus, itu yang aku harapkan, Miley.” Pimpinan itu kemudian memutar kursinya menghadap Miley. “Akhirnya aku menemukanmu setelah mencarimu berbulan-bulan.” Pria itu menunjukkan seringai di sela senyum dan tatapan tajamnya ke gadis itu. Di hadapannya, Miley nyaris melompat dari kursinya. Napasnya berhenti sesaat saat melihat sosok pria itu. ‘D-Dia ….’ Pria itu tiba-tiba bangkit dari kursinya, lalu mendekat ke arah Miley. “Jadi, kamu bersembunyi di apartemen milikku?” Refleks, gadis itu ikut berdiri guna menghindar dari tatapan buas. Hampir saja ia
Cup!Tidak berhenti di sana, Aland bahkan mendaratkan ciuman selama beberapa detik di bibir Miley yang dipulas perona merah muda.“Apa yang kamu lakukan? Menjauhlah!” Miley yang sempat membeku karena mendengar kata ‘Sayang’ keluar dari bibir Aland lantas kembali membuat jarak dengan mendorong tubuh pria itu. Ia bergidik, tidak percaya jika mantan Papa tiri yang sangat ia benci itu begitu lancang melumat bibirnya.“Bibirmu manis, aku suka.” Gilanya, pria itu malah menyeringai seraya membersihkan jejak-jejak perona yang mungkin terkena bibirnya. Setelahnya, Aland langsung berjalan menuju pintu ruangan, dan meminta Miley mengikutinya. “Ayo, ikut aku.”Gadis itu masih terpaku. Seluruh perlakuan Aland yang tiba-tiba dan berani itu terasa membuat tubuhnya terguncang. Di satu sisi ia merasa marah, tetapi di satu sisi yang lain ia juga sempat terlena.Namun, sadar hal yang baru saja ia pikirkan itu salah, Miley buru-buru mengenyahkan pikiran itu. “Tidak. Aku tidak mau ikut denganmu.” Aland ya
Melihat Aland senyum-senyum kecil, ia semakin yakin dengan firasatnya. Pria itu cukup puas membuatnya kebingungan.Apa, tertidur? Tentu itu akal-akalannya saja. Perjalanan panjang bisa tiba di sana, tapi ia tidak mengingat apapun? Miley yakin ada yang dirahasiakan Aland. "Apa yang sudah kau lakukan padaku?"Matanya menyipit menunggu Aland mengakui semuanya.Tapi tidak mendengar apapun selain melihatnya cengengesan."Jangan pikir dengan cara murahan seperti itu, bisa mengubah rasa benciku? Tentu tidak!" pancing Miley mengetes kejujuran Aland."Cara apa, Sayang?" ejek Aland dengan mempermainkan alisnya turun naik. Pria yang lebih pantas disebut buaya ketimbang pimpinan itu, mengedipkan sebelah matanya menggoda Miley.'Sial, dia tidak lebih dari buaya kelaparan!" batinnya dengan rasa benci yang menggunung.Sambil mendengus kesal, ia terus mencari cara untuk membongkar kejujuran Aland. Otaknya berputar-putar namun tak juga menemukannya.Sampai mendengar Aland bersuara. "Ini, sayang." Men
"Tidak salah karena kamu harus hangat, Miley." Aland mencari kesempatan melancarkan rencananya. Dia begitu beringas meraup bibir hingga leher jenjangnya. Mengecup lebih lama untuk meninggalkan kepemilikannya di sana.Tapi tubuh Miley terlalu lemah menolak serangan panas Aland. Ia hanya bisa mengepal tangannya, meski di sisi lain ia menikmati rasa hangat sentuhan kulit tubuh Aland.Tapi ... tersadar dari siapa kehangatan itu. "Hentikan kegilaan ini!" pintanya memiringkan kepala dengan susah payah, menghindari jemari Aland kembali menyentuh bibirnya."Aku bilang, kamu harus hangat, Sayang." Aland merasakan kini malah dirinya yang terbakar hasrat setelah mencium aroma tubuh Miley. Tangannya kian lancang melepas satu persatu kancing kemeja Miley. "Jangan lakukan itu," pinta Miley tidak berhenti memohon. Tapi itu tidak menghentikan aksi Aland yang telah di kuasai hasrat penuh damba, mengganti posisi badan dengan mengungkung Miley dibawah tubuhnya. Miley pasrah dibawah kungkungan tubuh A
Miley tahu Aland menatap penuh amarah meski tak melihatnya."Apa semiskin itu kau sampai mencuri dompetku, Sayang?"Miley meringis ketika cengkeraman kuat menerkam tengkuknya. "Bukankah semalam aku telah menyelamatkan nyawamu?" Jarinya bergerak menyentuh tulang selangkanya dengan mencengkeram lebih kuat lagi."Atau inikah balasan kebaikanku?" bisik Aland menyeringai di telinganya.Tangannya turun, lalu, mencengkram pinggang Miley sekuatnya sebelum melemparkannya ke ranjang. Miley meringis kesakitan saat tulang rusuknya terbentur keras di sisi ranjang."Berkali-kali aku telah memperingatkanmu, Miley!" berang Aland menarik tangannya dengan sekali sentakan.Tubuhnya yang tak berdaya itu menjerit kesakitan. Merasa lengan tangannya seperti akan terpisah dari sendinya.Miley mengumpulkan kekuatannya. Bagaimanapun ia harus melawan Aland kalau tidak mau mati di sana. "Maka kembalikan tasku!" tantangnya, sikap Aland itu mengembalikan semua rasa bencinya.Tidak peduli hukuman apa yang bisa Alan
Yang tadinya berpikir akan lepas dari Aland, itu cuma ada di pikirannya. Nyatanya pria itu tetap saja mengikutinya sampai ke sana."Mengapa masih mengikuti ku kemari, hakh?" sarkasnya mengangkat dagunya sombong. Walau di beberapa detik lalu, ia melihat keempat wanita tadi sangat hormat pada Aland. Ia makin yakin kalau keempat wanita tadi itu juga orang suruhan Aland. Tadinya hanya tertawa kecil, kini Aland tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dari pertanyaannya tadi. "Apa? Mengikutimu? Ini rumahku! Jadi, aku bisa melakukan apapun di sini. Kau kenapa ada di sini?""A-aku tidak tahu ---"Aland memangkas jarak mereka, menatap intens wajahnya yang langsung memucat itu, kemudian mendorongnya ke belakang. Hingga dirinya terhuyung namun tidak sampai terjungkal. Sial! Dia pintar sekali membuatku tak bisa berkata-kata. Miley sadar harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami hal yang sama seperti sebelumnya."Maafkan aku," ucapnya tertunduk.Mun