Home / Thriller / Tertipu Masa Lalu / Berkawan Dengan Begundal

Share

Berkawan Dengan Begundal

Author: Lia Lintang
last update Huling Na-update: 2021-08-09 21:00:08

Kesedihan yang dirasakan Delano benar-benar kesedihan yang tak berujung. Pikirannya kalut. Dalam rasa pilu yang menyayat jiwanya begitu dalam, Delano terus berlari di bawah guyuran hujan lebat.

Netranya menemukan sebuah truk angkutan barang yang sedang berhenti di ujung jalan. Dengan sekuat tenaga, kakinya yang mungil terus memanjat dan diam lalu bernaung di dalam bak bagian belakang truk.

"Ibu ... kau bahkan belum membawaku ke air mancur pusat kota," lirih Delano dalam tangisnya.

Ia berusaha menahan isakan tangisnya, saat mengetahui sang sopir naik dan mulai melajukan truk pengangkut barang tersebut. 

Delano duduk meringkuk di bak bagian belakang truk, sementara sebelah tangannya merogoh gambar potret kebersamaan dengan sang ibu yang selalu ia simpan di jaket yang ia kenakan. Dan sekarang, potret itu akan menjadi kenangan sekaligus pengingat luka baginya.

Entah berapa lama Delano tertidur di bak belakang truk. Hingga akhirnya, truk tersebut menghentikan lajunya. Membuat Delano yang semula terlelap dalam lelah terperanjat.

Perlahan ia membuka kelopak matanya hingga nyaris sempurna. Kedua telapak tangannya mengusap kasar sepasang mata dengan manik indah berwarna abu-abu. Mempertegas bahwa ia memiliki darah campuran.

Perlahan Delano kecil mengamati sekeliling jalanan yang nampak sepi, setelahnya ia melompat turun hingga jatuh tersungkur di aspal. Sambil menahan rasa sakit, Delano memegangi sebelah tangan kirinya yang terbentur keras di aspal hingga tubuhnya nyaris melengkung menahan saat sakit. Bahkan ia sampai meringis.

"Ibu, aku kini sendiri. Tanganku sakit Bu," rintihnya sambil terisak-isak. Sungguh keadaan yang sangat menyedihkan.

Menit kemudian. Ia menghentikan tangisnya setelah beberapa orang yang melintas di jalan tersebut melemparkan beberapa uang koin namun didominasi oleh kertas.

Perlahan tangisnya terhenti. Ia menyembunyikan lembaran uang kertas dan juga uang logam yang terkumpul dibalik jaketnya yang mulai berubah Kumal. 

Jangankan pakaian ganti, Delano bahkan tidak sempat menghampiri mobil rongsokan milk ibunya.

Menit kemudian, matanya berubah membola. Senyumannya perlahan melengkung sempurna setelah mengamati sekitar tempat tersebut.

"Pancuran pusat taman kota"

Delano bangkit dengan wajah yang mulai berbinar ia mengamati sekeliling tempat. Lalu ia perlahan melangkah mendekati lingkaran yang menyerupai kolam, lengkap dengan pancuran. 

Disentuhnya air yang terasa dingin. Sejenak ia terdiam. Mengingat kembali lukanya yang baru saja terjadi.

"Aku hanya sendiri, aku harus bangkit demi mimpiku," lirih Delano.

Menit kemudian, ia berusaha menarik para pejalan kaki dengan menyanyi. Bahkan suaranya bisa dibilang jauh dari kata merdu. Namun, karena hidupnya yang keras Delano memberanikan diri melakukan hal itu.

Tak butuh waktu lama, para pejalan kaki yang melintas kian tertarik dengan sikapnya yang lucu. Meski penampilannya aneh, tetapi mereka tetap memberikan sumbangan untuk Delano meski itu hanya sekedar uang receh.

Delano merasa beruntung, ia mulai menghitung uang yang ia dapatkan hari itu, "Aku bisa membeli makanan dengan ini, lihatlah Bu ... aku bahkan bekerja seperti ini tanpamu," ia menukas dengan suara yang begitu lirih.

Aktivitas Delano terhenti, ketika bola matanya menemukan dua orang yang seumuran dengannya tengah berdiri tepat di hadapannya.

"Apa mau kalian?" tanya Delano, dengan iris matanya yang tajam dan dingin.

Meski di kota baru, Delano sedikitpun tidak menunjukkan ekspresi wajah takut pada siapapun yang mendekat. Jika sebelumnya ia sulit membaur dengan lingkungan, saat ini ia sedang dipaksa membaur oleh alam.

"Kau mengamen di wilayah kami! Kami memperhatikan mu sejak tadi!" teriak begundal kecil bertubuh gemuk.

Saat para begundal kecil sedang asyik bernegosiasi, suara sirine polisi berbunyi. Delano terkesiap, kedua iris matanya membola. Sedangkan dua kawanan begundal kecil di hadapannya segera berlari.

Bukannya menjauh, Delano justru mengikuti kemana  kedua kawanan yang baru saja menegurnya.

Kedua begundal kecil itu, berlari menyusuri lorong-lorong sempit pertokoan yang begitu padat, lalu berbelok, dan memanjat pagar bangunan yang terlihat lama tak berpenghuni. 

Delano terus mengikutinya, meski napasnya mulai terengah-engah. Dengan sekuat tenaga pula Delano ikut memanjat pagar yang berbahan menyerupai besi kecil. Setelah sampai di halaman bangunan, netra Delano menatap dua kawanan seusianya itu menaiki sebuah tangga darurat kemudian menaiki bagian atap bangunan dan berpindah ke bangunan lainnya. Kemudian melompat setelah menemukan lubang di bagian atap berbentuk kotak.

Delano mengatur napasnya yang sedari tadi memburu. Kemudian mengintip celah lubang atap rumah yang berbentuk persegi itu. Lalu setelah menemukan kedua pria kecil berada di sana, Delano ikut melompat dan mendarat di sebuah kasur yang sengaja diletakkan tepat di bawah lubang.

"Hey, kenapa kau mengikuti kami?" tanya begundal kecil bertubuh gemuk.

Delano tersenyum kecut, entah mengapa baginya pria itu terlihat lucu meski ekspresinya sedang mengamuk. 

"Aku Delano, hari ini adalah pertama kalinya aku menjadi seorang yatim piatu," Delano menukas sembari mengulurkan tangannya.

Bob dan Hendri saling bertatapan mata. Seolah memberikan isyarat lewat mata masing-masing. Setelahnya mengangguk pelan.

"Namaku Bob, panggil saja begitu," balas begundal kecil bertubuh gemuk.

"Aku Hendri," ucap begundal kecil bertubuh kurus lainnya.

"Apakah kita bisa menjadi keluarga?" tanya Delano menawar.

"Tentu, aku juga baru kehilangan keluargaku. Aku sama denganmu, seorang yatim piatu," jawab Bob.

"Tidak, kita baru saja bertemu dengannya! Bagaimana mungkin bisa mudah mempercayai orang yang baru saja kita temui?" Hendri memalingkan wajahnya, kemudian menjatuhkan diri ke sebuah kursi usang di sudut ruangan.

Bob kemudian berjalan mendekat, ia menyentuh bahu Hendri sambil berkata, "Dia sendiri di kota kejam ini, apa kau lupa bagaimana pertama kali di sini menemukan aku?"

Hendri refleks menoleh, kemudian berdiri dan berjalan mendekati Delano.

"Baiklah, kita keluarga!" seru Hendri, seraya mengulurkan tangannya.

Kemudian ketiganya saling merangkul satu sama lainnya. Menit kemudian, ketiganya melepaskan pelukan hangat mereka.

"Ayo, kita masuk! Selamat datang di rumah baru," tukas Hendri, sembari mengajak Delano dan Bob masuk ke lift tua namun masih berguna dengan baik.

Delano mengikuti langkah kedua sahabat barunya, yang kini telah menjadi keluarga baginya. Di dalam lift, tatapan matanya tidak berhenti sedetikpun menyisir sekeliling tempat tersebut.

Hanya dalam hitungan menit. Delano dan kedua kawan barunya sampai di sebuah ruangan yang amat luas. Sungguh kontras dengan bagian luar bangunan yang terlihat tua, lama tak berpenghuni, bagian dalamnya terlihat menarik. Bahkan banyak perabot rumah yang terbilang mahal.

Mata Delano membulat sempurna saat mengedar menelusuri ruangan.

"Kamu bisa pilih kamar, yang akan kau jadikan ruangan pribadi. Selebihnya ruangan untuk bersama," ucap Hendri.

Delano benar-benar merasa beruntung, sejenak ia terdiam. Memikirkan berbagai hal yang dirasakan di luar nalarnya.

"Apa yang kalian kerjakan, hingga mamt merubah tempat ini?" tanya Delano, dengan ucapan menusuk bagi para pendengarnya.

Kedua kawannya tersenyum kecut, kemudian berjalan mendekati Delano bersamaan.

"Kamu pun juga harus mengikuti jejak kami, jika mau tinggal di sini. Ingat, kehidupan di sini keras. Tidak ada yang gratis Delano," ucap Bob dengan raut datar.

"Pekerjaan apa itu?" tanya Delano, sambil mengerutkan keningnya merasa penasaran.

"Menjadi pencopet," ujar Hendri tanpa ragu-ragu.

Delano terkesiap, kedua bola matanya hampir saja mencelos mendengar ucapan kedua sahabatnya. Bibirnya terbuka lebar.

Akankah Delano mengikuti jejak mereka? Ikuti terus keseruan kisahnya ya. Salam hangat, Lia Lintang.

— To be continued

— Follow me on IG: @lia_lintang08

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Alwinn
keren saya suka
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tertipu Masa Lalu   Terkurung Mimpi

    Delano terbaring di ranjang pasien, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Matanya bergerak-gerak cepat di balik kelopak mata tertutup, seolah terjebak dalam mimpi buruk yang menakutkan. Beberapa orang mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan lembut, berusaha membangunkannya dari koma panjang yang telah lama menahannya."Delano, bangunlah! Tolong bangun!" suara lembut namun tegas memanggilnya.Perlahan, Delano membuka matanya. Pandangannya masih kabur, namun ia bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitarnya. Matanya kemudian fokus pada sosok di sisi ranjangnya. "Papa?" Delano berkata dengan suara serak, penuh ketidakpercayaan. "Papa Hilton?"Jeff Hilton, ayahnya yang sudah lama ia kira meninggal, duduk di sana dengan senyuman penuh kelegaan."Ya, Nak. Ini Papa," jawab Jeff dengan suara lembut, menyentuh tangan Delano dengan lembut.Delano menatap sekeliling, melihat wajah-wajah yang begitu akrab namun terasa seperti dari dunia lain. Di dekat pintu, seorang pria botak berdiri denga

  • Tertipu Masa Lalu   Bab 159. Kekuatan Batu Mera Safir

    "Tuan, Delano, saya sangat menganjurkan untuk beristirahat sejenak," ujar Oscar dengan nada penuh kekhawatiran, mencoba meyakinkan Delano yang masih tegar berdiri meski tubuhnya bergoyang-goyang."Dengarlah, Delano. Kesehatanmu sangat penting," tambah Miranda, ibu Delano, sambil menggenggam erat tangan anaknya. "Kami semua khawatir padamu."Delano menggeleng tegas, matanya bersinar penuh tekad. "Saya tidak bisa beristirahat, Ibu. Saya harus menemukan gadis itu, membantunya sebelum terlambat."Oscar mendesah, mencoba meredakan kepanikan yang mulai melanda. "Tapi, Delano, kamu tidak dalam keadaan yang baik. Kamu butuh istirahat.""Tidak, Oscar. Saya sudah memberikan kata-kata saya pada gadis itu, dan saya akan memenuhinya," balas Delano, suaranya terdengar lemah namun penuh tekad. "Saya tidak bisa tinggal diam ketika seseorang membutuhkan bantuan."Miranda menatap putranya dengan penuh kebanggaan, meskipun juga khawatir. "Kamu adalah anak yang mulia, Delano. Tapi, pikirkanlah juga keseh

  • Tertipu Masa Lalu   Mencari Lukisan Misterius

    Cahaya berkilauan di sekeliling Ben Daniel, melibatkan tubuh Delano dalam mantra penggabungan jiwa. Sementara itu, saat Delano melafalkan mantra tersebut, keajaiban terjadi. Di tengah keheningan, suasana berubah, dan tiba-tiba, Delano merasakan sensasi transmisi yang menakjubkan. Dalam sekejap, Delano terbangun di sebuah kasur empuk, menyadari bahwa ia berada di dalam istana yang ia yakini sebagai keluarga ayahnya. Keheranan meliputi dirinya sendiri, dan dalam kebingungan, ia melihat ibunya—Oscar, mendekatinya dengan penuh kelembutan. Dengan mata penuh kegembiraan, Oscar menceritakan kisah pahit selama tiga bulan terakhir. Delano, tanpa sadar, telah berada dalam koma yang panjang. Perasaan kehilangan dan rindu ibu yang menyayangi anaknya menjadi permainan emosi di antara mereka, meruntuhkan hati Delano yang baru saja terbangun dari dunia lain. Miranda menatap Delano dengan matanya yang penuh kekhawatiran, "Delano, bagaimana perasaanmu? Apa yang kau rasakan selama ini?" Delano meng

  • Tertipu Masa Lalu   Membebaskan Jiwa Kejam

    Usai membantu membebaskan Anna dari cengkraman makhluk jahat, Ben Daniel segera menjadi remaja dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sementara di dalam rumah usang di tengah hutan, masih menyisakan suasana mencekam.Ben Daniel merasakan detak jantungnya semakin cepat saat ia melihat Delano berubah menjadi makhluk yang menakutkan. Dengan tangan gemetar, ia segera meraih botol ramuan yang telah disiapkan sebelumnya. "Kembalilah, Delano!" serunya sambil berusaha menjaga kestabilan emosinya.Delano yang kini tampak seperti makhluk buas, merintih kesakitan saat ramuan itu menyentuh kulitnya. Bulu-bulu lebatnya mulai rontok, dan matanya yang tajam terlihat melemah. "Aku... tidak ingin melukaimu, Delano," Ben Daniel berbisik sambil terus mengoleskan ramuan itu.Sambil terus mengucapkan mantra dengan penuh konsentrasi, ia merasakan energi magis mengalir dari tubuhnya ke ramuan. Dia merasa bahwa ada kekuatan di dalam dirinya yang dapat melawan pengaruh gelap yang merasuki Delano. Pandangan mata

  • Tertipu Masa Lalu   Ritual Mencekam

    Dari embusan angin yang terasa kencang seolah menampar-nampar wajah, Ben Daniel sudah menyadari kehadiran sosok jahat di dekat Delano. Dengan cekatan, tapi diam-diam, Ben Daniel menyembunyikan botol kecil berisi ramuan yang dibuatnya sendiri di balik baju yang ia kenakan. Kemudian, ia mendorong kendaraan miliknya yang sebelumnya sempat ia sembunyikan di bawah rerantingan kering dan juga dedaunan yang menutupinya. Namun, yang mengejutkan. Tiba-tiba saja mobil tersebut bergerak cepat seolah ringan melesat cepat di jalanan sambil disentuh pelan. Delano, kau meminta bantuan kepada siapa? Tanya Ben Daniel sambil menatap tajam, seolah mengisyaratkan kemarahan. Delano tergemap seketika. Bibirnya terkatub rapat. Tak ada kecuali katapun yang keluar sebagai pembelaan, sedangkan matanya membelalak lebar. "Delano!" bentak Ben Daniel. Delano berjingkrak dan kembali menatap si empunya mobil tua yang baru saja dikeluarkan dari tempat persembunyiannya. "Tidak ada, Om. Mungkin perasaan Om Ben s

  • Tertipu Masa Lalu   Kecemasan Ben Daniel

    Delano melangkah perlahan ketika hendak menemui Ben Daniel. Pria paruh baya itu, bahkan bisa menerka jika Delano sedang mencemaskan sesuatu dari mukanya yang sedang ditekuk."Ayo kita pergi sekarang!" ajak Ben Daniel, meski sedikit ragu.Perlahan ia melangkah keluar rumah. Namun, Delano tetap berdiri di pijakannya. Tercekat tanpa kata."Delano, ayo! Tidak ada waktu untuk melamun. Anakku dalam bahaya!" teriaknya.Ben Daniel sengaja bersuara keras agar Delano yang pikirannya tampak terganggu segera kembali fokus dan santai mengikuti langkahnya.Bukannya melangkah, akan tetapi Delano yang saat itu masih berdiri di taman pintu justru terjatuh dan terkulai lemas di lantai.Seolah mengalami demam tinggi, pemuda itu kembali terlihat aneh. Tubuhnya yang menggigil pun mengeluarkan suara erangan menyeramkan.Tak lama kemudian, yang terlihat hanyalah seklera matanya saja. Terang saja mata Ben Daniel membulat sempurna. Saya benar-benar terkejut dengan perubahan Delano.Delano, apakah ini artinya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status