Share

Bab 5

Stella menggaruk keningnya yang tidak gatal. Matanya sibuk menghindari tatapan nyonya Rose yang sedang duduk dihadapannya. Apakah nyonya Rose bisa merasakan bahwa jiwa yang ada ditubuh putrinya bukan lah putrinya, melainkan seorang pencuri dari masa depan? Apakah insting seorang ibu sekuat itu?

"Ibu... Apa yang ibu bicarakan?" Ujar Calvin.

"Ibu hanya bercanda" nyonya Rose mengusap lembut lengan Stella.

"Hahaha, tentu saja aku tau bu" Ujar Stella sambil tertawa hambar.

Stella pamit untuk kembali ke kamar. Meninggalkan nyonya Rose dan Calvin yang masih sibuk berbincang. Jujur Stella sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

****

Stella membuka pintu kamarnya. Badannya yang sejak tadi lemas akhirnya terjatuh begitu saja. Dia benar benar sangat terkejut saat nyonya Rose memberikan pertanyaan tidak terduga kepadanya.

"Stella apa kamu sudah gila?" Stella memukul kepalanya sendiri.

Stella sangat menyesal karena sudah bertindak ceroboh dan kurang hati hati. Sikapnya dan sikap Anastasya sepertinya sangat berbeda, sehingga keluarga Anastasya sangat terkejut melihat sikap baru Anastasya.

Stella berniat untuk meminta bantuan kepada Alma untuk menjelaskan sikap yang baik dan memiliki tata krama. Tetapi dia belum melihat keberadaan Alma setelah keluar dari kamar nyonya Rose.

"Kemana penyelamatku? Kenapa tidak ada didalam kamar?" Ujar Stella.

Stella bangkit, dia berniat mencari Alma untuk meminta bantuan. Tetapi baru saja dia ingin membuka pintu, pintu kamar sudah terlebih dahulu dibuka oleh Alma.

"Nona mau kemana?" Ujar Alma yang berada dihadapan Stella.

"Suttt! Ayo cepat masuk!" Stella menarik lengan Alma. Lalu menutup kembali pintu kamar.

Stella duduk diatas alas seperti karpet. Dia juga meminta Alma untuk duduk dihadapannya. Stella sudah tidak sabar meminta bantuan kepada Alma.

"Ada apa sebenarnya nona?" Bisik Alma.

"Ajarkan aku" Ujar Stella dengan semangat.

"Apa yang perlu aku ajarkan?" Ujar Alma. Dia sedikit bingung karena majikannya memintanya untuk mengajarkan sesuatu, padahal dia hanya seorang pelayan.

"Ajarkan aku cara bersikap baik sebagai anak orang kaya" Ujar Stella. Alma menaikan sebelah alisnya bingung "ahh maksudku, ajarkan aku cara bersikap seperti putri bangsawan" Ujar Stella.

Alma menatap majikannya dari atas hingga bawah. Permintaan Stella adalah permintaan yang sangat aneh menurut Alma. Dia tau majikannya lupa ingatan, tetapi apakah lupa ingatan sangat parah sehingga majikannya lupa cara bersikap yang baik?

Tetapi karena Alma adalah pelayan yang baik. Dia bersedia mengajarkan tata krama kepada Stella. Dia berharap saat belajar nanti, ingatan majikannya akan kembali sedikit demi sedikit.

"Baiklah aku bersedia. Tetapi ada satu syarat" Alma memajukan jari telunjuknya kedepan muka Stella.

"Katakan saja! Aku akan menuruti syarat yang kamu berikan" Ujar Stella tanpa ragu.

"Ketika belajar status kita akan berubah menjadi seorang guru dan murid, aku ingin ketika belajar nanti nona tidak membawa status majikan dan pelayan" Ujar Alma.

Sejujurnya Alma sangat takut berbicara seperti itu kepada majikannya. Dia takut Stella akan marah karena kata katanya sangat lancang.

Tetapi pemikirannya berbanding terbalik dengan Stella. Menurut Stella syarat yang diberikan oleh Alma bukanlah masalah yang besar. Lagipula Stella menganggap Alma sebagai temannya, bukan pelayannya. Stella masih sadar bahwa dirinya bukanlah Anastasya.

"Baiklah aku setuju. Jadi kapan kita bisa mulai belajar?" Ujar Stella dengan senyuman yang mengembang.

"Sekarang" Ujar Alma.

Alma meminta Stella untuk berdiri dengan tegak. Alma menyingkirkan semua barang yang ada dilantai, bertujuan agar tidak menghalanginya ketika sedang mengajari Stella. Alma juga meminta Stella untuk berdiri yang tegak dengan pandangan yang lurus. Alma menyatukan kedua lengan Stella, lalu membuatnya sejajar dengan perut.

"Pelajaran pertama adalah pelajaran yang paling sederhana. Yaitu cara berjalan. Cara berjalan yang sopan adalah dengan cara hati hati dan tidak menghembuskan angin ketika melewati orang lain" Ujar Alma yang berdiri tak jauh dihadapan Stella.

"Cuma jalan aja ribetnya pake banget" Batin Stella.

Alma mengambil posisi duduk disebelah Stella yang sedang berdiri. Dia akan merasakan apakah ada angin yang berhembus ketika Stella lewat. Sedangkan Stella masih tetap berdiri tegak dengan pandangan yang lurus kedepan tanpa menoleh kepada Alma.

"Silahkan berjalan nona" Ujar Alma.

Stella berjalan santai lalu melewati Alma yang sedang duduk. Angin halus dapat dirasakan oleh Alma ketika Stella berjalan. Otomatis Alma meminta Stella untuk mengulanginya.

Hampir 2 jam Stella terus mengulang berkali kali, tetapi selalu saja ada angin yang berhembus ketika Stella berjalan. Stella sudah menyerah, kakinya sangat pegal dan akhirnya dia menjatuhkan dirinya ke atas lantai.

"Sudah sudah cukup! Kaki ku hampir patah Alma" Ujar Stella kepada Alma yang berada disebelahnya.

"Nona jangan menyerah! Ini sangat sederhana untuk dilakukan" Ujar Alma.

"Sederhana menurut mu itu seperti apa? Aku sudah mengulanginya berkali kali, tetapi masih saja salah. Sudah sudah aku lelah. Lagipula aku kan pakai dress, otomatis saat berjalan pasti ada angin yang berhembus" Oceh Stella. Dia meluruskan kakinya yang terasa pegal.

Alma tidak mampu berkata apapun kepada Stella. Sepertinya majikannya memang sudah benar benar berubah, sampai sampai cara berjalan yang sangat sederhana saja tidak bisa dia lakukan. Padahal dahulu Anastasya tidak butuh pelatihan untuk cara berjalan. Alma harus ekstra sabar menghadapi kepribadian baru Anastasya.

****

Langit sudah hampir gelap. Stella kembali ke kamar setelah mandi. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Stella. Setelah jalan jalan kepasar bersama Calvin, dia harus belajar cara berjalan yang sangat menyusahkan dengan Alma. Dari dulu pelajaran apapun tidak bisa masuk begitu saja kedalam otaknya.

"Nona... Setelah selesai merapikan diri, nyonya Rose memanggil nona untuk makan malam bersama" Ujar Alma yang sedang merapikan rambut Stella didepan cermin.

"Baiklah, sepertinya perutku juga berkata seperti itu" Ujar Stella sambil mengusap perutnya yang lapar.

Setelah selesai merapikan diri. Stella langsung pergi menuju ruang makan. Sebelumnya Alma ingin mengantar Stella ke ruang makan, tetapi Stella menolak karena dia sudah hafal ruangan ruangan dirumah barunya. Stella meminta Alma untuk tetap diam dikamar sambil menunggu dirinya kembali.

Stella telah sampai diruang makan. Semua anggota keluarga sudah berkumpul mengelilingi meja makan. Begitu pun dengan tuan Henry. Mereka semua sedang menunggu kedatangan Stella. Sejujurnya Stella tidak pernah merasakan makan malam bersama keluarga. Dia bahkan tidak tahu kemana keluarganya pergi. Takdir Stella di masa depan sangat berbanding terbalik dengan Anastasya.

"Tasya duduklah!" Ujar Tuan Henry dengan sangat lembut.

"Baiklah ayah" Ujar Stella lalu duduk disebelah Calvin.

Mereka menyantap hidangan yang telah disediakan diatas meja makan. Tidak ada yang memulai percakapan saat sedang makan termasuk tuan Henry. Karena itu adalah kebiasaan yang harus dilakukan ketika sedang makan.

Setelah selesai makan. Tidak ada yang boleh langsung pergi, karena pasti ada hal yang akan dibicarakan oleh tuan Henry ataupun anggota keluarga lain. Entah itu penting atau tidak tetapi seluruh anggota keluarga wajib mendengarkan.

"Hari ini ayah akan memberikan informasi penting yang ayah terima dari istana" Ujar Tuan Henry.

"Katakanlah ayah!" Ujar Calvin.

"Besok pagi seluruh keluarga bangsawan diundang untuk hadir dalam acara ulang tahun pangeran utama Felix ke 20. Jadi besok pagi kalian harus bersiap siap! Ingat jangan ada yang terlambat!" Ujar Tuan Henry.

"Ternyata masa depan dan masa lalu tidak terlalu berbeda. Rakyat jelata tidak pernah dilihat keberadaannya" Batin Stella.

"Baik ayah" Ujar Stella dan Calvin serempak.

Henry tersenyum manis ke arah Stella dan Calvin. Henry yang sedari tadi tidak sadar dengan luka yang ada di leher mulus putrinya, akhirnya sadar. Henry sedikit terkejut melihat luka sayatan dileher putrinya.

"Lehermu kenapa Anastasya?" Ujar Henry.

Nyonya Rose, Stella dan Calvin seketika merasa gugup. Mereka sedang sibuk mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Henry. Stella benar benar lupa dengan lukanya.

"Tidak apa apa ayah, ini hanya luka kecil. Sepertinya aku perlu ke kamar mandi. Aku pamit untuk pergi terlebih dahulu" Ujar Stella.

Stella langsung bangkit lalu pergi meninggalkan ruang makan begitu saja. Nyonya Rose yang paham bahwa Henry masih penasaran langsung meyakinkan suaminya. Begitupun dengan Calvin yang membantu nyonya Rose mencari cari alasan.

****

Stella terburu buru membuka pintu kamarnya. Lalu langsung menutup pintu kamarnya dengan cepat. Alma yang melihat majikannya masuk terburu buru merasa sedikit terkejut. Apalagi keringat membanjiri kening Stella.

"Ada apa nona?" Ujar Alma yang sedang duduk diatas kasur lantai miliknya.

"Aku hampir saja mati" Ujar Stella. Lalu duduk disebelah Alma "Wahh nyaman sekali, apakah kita akan tidur disini?" Ujar Stella.

"Aku yang akan tidur disini. Nona tidur disana" Ujar Alma sambil menunjuk ke arah ranjang sedang di pojok ruangan.

"Padahal disini sangat nyaman" Ujar Stella.

Stella berjalan menuju ranjang yang ditunjukan oleh Alma. Malam ini Stella ingin langsung memejamkan matanya karena sudah terlalu lelah. Baru saja hari kedua, tetapi sudah banyak hal yang membuat jantung Stella hampir copot.

"Aku akan tidur, selamat malam Alma" Ujar Stella sambil menarik selimutnya hingga menutupi dada.

"Selamat malam nona" Ujar Alma yang ikut tertidur.

****

Stella berjalan pelan didalam ruangan yang nampak gelap. Bahkan hanya ada satu cahaya yang masuk dari lubang diatas langit langit. Stella masih bingung dimana dia berada.

"Halo Stella, bagaimana rasanya menjadi seorang putri bangsawan?" Ujar seseorang pria yang tidak bisa Stella lihat. Stella hanya bisa mendengar suara pria itu yang terdengar bergema.

"Siapa kamu?" Ujar Stella sambil mencari keberadaan orang yang berbicara kepadanya.

"Aku yang memberikan kejutan didalam hidupmu Stella"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status