TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 13
Setelah sampai, aku langsung masuk ke dalam rumah, dengan membanting pintu dengan keras. Masuk ke dalam kamar, mengeluarkan seluruh pakaian Mas Andri dalam lemari.
Sekarang, aku tidak punya alasan lagi untuk bertahan. Perbuatan menjijikkan mereka sudah membuatku kehilangan kesabaran. Aku muak, aku lelah menjadi wanita bodoh yang terus diam dengan permainan gila mereka.
"Apa-apaan kamu, Rin? Kamu ingin mengusirku lagi?" tanya Mas Andri saat melihatku membawa pakaian dia ke luar dari rumah.
"Iya! Sekarang juga, kamu pergi dari sini. Aku sudah tidak sudi hidup satu atap dengan laki-laki menjijikkan sepertimu!"
"Apa maksudmu, Arini? Kamu yang salah, tapi kamu yang marah-marah! Aku adalah korbanmu, aku yang kau bikin jadi sakit, tapi kamu malah mau m
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 14"Rin, sepertinya itu suara Ibu," ucap Mas Andri."Ya, aku tahu. Ibu, kok gak bilang dulu kalau mau ke sini?""Aku juga tidak tahu. Rin, aku mohon, kamu jangan bilang apa-apa sama Ibu, tentang kita. Apalagi kalau bilang, kamu minta cerai dariku. Jangan, ya, Rin," pinta Mas Andri.Matanya menatapku lembut, dan dengan penuh damba.Sejenak aku terhipnotis oleh tatapan matanya yang teduh dan sayu. Namun, dengan cepat aku membuang pandangan. Aku tidak mau hatiku goyah oleh bujuk rayu dia."Rin, pliiiisss." Mas Andri menangkupkan kedua tangan di dada."Akan aku pikirkan," kataku seraya bangkit dari duduk.Aku berjalan ke ruang tengah, menemui Ibu mertua yang baru saja datang.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 15"Lancar, Bu. Semuanya berjalan seperti yang kita inginkan," jawab Mas Andri.Rencana? Rencana apa yang mereka maksud?Jangan-jangan, mereka menyembunyikan sesuatu dariku."Hubunganmu dengan Hena gimana?" tanya Ibu lagi.Aku semakin menajamkan pendengaran saat Ibu menyebut nama mantan menantunya itu."Baik, Bu. Semuanya baik-baik saja. Meskipun ... ya, Rini suka cemburuan.""Ibu paham, tapi nanti juga biasa. Cemburu sama suami, itu wajar. Yang kurang ajar itu, jika istri minta cerai, nah itu baru kurang ajar.""Iya, Bu benar," ujar Mas Andri membenarkan perkataan ibunya.Jadi, di mata Ibu dan Mas Andri, aku ini istri yang kurang ajar, k
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 16Darahku berdesir panas mendengar kata terakhir yang dia ucapkan.Apa yang dimaksud bersenang-senang adalah ....Tidak mungkin dia akan berbuat macam-macam padaku. Jika iya, aku akan berteriak sekencang mungkin.Kurang ajar sekali anak ini. Baru juga tinggal beberapa jam di rumahku, dia sudah berani tidak sopan padaku.Aku memundurkan tubuhku hingga punggungku membentur tembok. Sedangkan dia, dia terus berjalan hingga kakinya menyentuh meja rias di samping tempat tidur."Pergi, Ari. Kamu itu tidak sopan. Aku akan berteriak jika kamu tidak keluar sekarang juga!" ucapku geram.Ari menyeringai. "Mbak, Mbak, begitu saja kamu sudah takut padaku. Aku mau pinjam ini, energi hapeku habis, aku lupa bawa casan," uj
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 17Seperti orang tidak waras, aku berjalan seorang diri dalam kegelapan. Kesunyian perkampungan pinggir pantai, serta semilir angin menjadi bumbu pelengkap dalam kepiluanku.Jarak rumah Abah lumayan jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki. Namun, karena aku berjalan dengan langkah lebar, serta hati yang emosi, jarak yang tadinya jauh berasa sangat dekat. Hingga tidak terasa, kini aku sudah sampai di depan rumah orang tuaku satu-satunya itu."Abah!" Aku berteriak dan langsung masuk ke dalam rumah.Aku duduk dan memeluk Abah dengan erat. Menumpahkan tangisku dalam pelukan ayah sekaligus ibu bagiku.Abah bergeming, mungkin dia bingung kenapa aku datang dan langsung menangis sesegukkan. Namun, tangannya tak urung untuk membe
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 18Wanita itu tergagap dengan wajah yang memucat. Detik berikutnya, mata tajam Hena melihatku yang berjalan mendekat ke arahnya."Ngapain lihat-lihat? Ngajak gelud?""A—aku .... Aku disuruh Ibu, ke sini," ujar Hena."Iya, Abah, Rini, Hena datang ke sini karena saya yang suruh. Meski sudah jadi mantan, tapi kita harus tetap menjaga silaturahim, bukan? Jadi—""Jadi, Ibu lebih mementingkan mantan menantu, daripada menantu Ibu sendiri?" ucap Abah memotong ucapan Ibu."Tidak, Abah. Bukan seperti itu, tentu Rini menjadi yang utama. Tapi ....""Tapi, Ibu mengabaikan Rini yang tidak ada di rumahnya. Ibu pun tidak berinisiatif untuk mencari tahu ke mana Rini pergi. Padahal, Ibu juga tahu, kalau ini rumah Rini. Rumah putri saya, yang saya
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 19"Andri, saya ambil kembali putri saya yang pernah kamu minta. Saya tidak ridho, dia hidup dalam kukungan kamu yang membuatnya terluka. Saya besarkan dia dengan penuh kasih sayang, tapi malah kamu sakiti dengan sesuka hati."Aku tertegun mendengar Abah memintaku kembali pada suamiku.Aku berjalan semakin mendekat, berdiri di belakang Abah yang tengah duduk di sofa."Saya tidak mau berpisah dari Rini, Bah. Saya sangat menyayangi Rini. Biarkan saya tetap menjadi suami Arini, saya janji tidak akan melakukan kesalahan lagi, juga akan lebih mementingkan istri di atas segalanya."Aku tersenyum miring mendengar kata bualan dari mulut bau Mas Andri. Sekarang dia bisa bicara seperti itu, tapi nanti, pasti akan berubah lag
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 20"Astaghfirullahaladzim, Abah!"Abah menjatuhkan tubuhnya, ia berlutut di depanku."Abah, kenapa, Bah? Bangun," kataku memegangi kedua pundaknya."Sebentar, Neng, kaki Abah kram, kesemutan.""Ya Allah, Bah. Kirain kenapa, aku udah kaget banget, lho," kataku memegangi dadaku.Abah memang sering merasakan kram di kakinya. Itu juga yang membuat Abah berhenti melaut. Ia pernah jatuh dari perahu saat menarik jaring, karena kram tadi."Sini, Bah, luruskan kakinya." Aku turun dari ranjang untuk membantu Abah."Sakit banget, ya, Bah?" tanyaku."Sedikit, nanti juga biasa lagi. Rin, maafkan Abah, ya?"Aku mengerutkan kening menatap Abah yang jug
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 21Yusuf, dia ada di sana bersama ayah dan kakeknya. Ah, rasanya aku ingin pulang saja, aku tidak mau bertemu dengan dia lagi. Malu. Kejadian tadi masih berbekas di benakku."Bah, aku ke warungnya Santi saja, ya?" ucapku saat hampir sampai di tempat tujuan Abah."Emangnya Santi menginap di sini? Ini sudah malam, lho.""Tuh, masih buka." Aku menunjuk warung berdindingkan bambu itu."Yasudah, kalau Santinya tidak ada, kamu cepat-cepat ke sini, ya?""Iya, Bah."Saat menuju warung Santi, aku mendengar dua orang yang tengah berbicara. Di bawah pohon pandan, aku melihat dua kakak beradik tengah duduk lesehan di atas pasir.Aku mendekati mereka, mendengarkan apa yan