TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 33
"A Yusuf?" kataku.
"Iya ini aku, kamu kenapa?" tanya pria yang duduk di atas motor.
"Pusing." Aku menjawab seraya mengusap wajah.
"Mau ke puskesmas?"
Aku hanya mengangguk lemah.
"Ayo, aku anterin. Kebetulan, aku pun mau ke daerah sana."
Tanpa pikir panjang, aku pun mengiyakan ajakan Yusuf. Daripada aku pingsan di pinggir jalan, lebih baik aku ikut dengannya.
Tidak ada kata antara kami. Aku diam merasakan kepalaku yang semakin berdenyut. Tubuhku serasa melayang akibat pusing yang kurasakan.
"Rin, dah sampai. Mau aku bantu masuk ke dalam?" tanyanya.
"Tidak. Terima kasih, A. Aku bisa
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 34Ibu menyenggol lengan Ira yang keceplosan."Jadi, kalian datang ke sini mau minta makan?" ucapku melihat wajah mereka."Tidak lah, bukan. Kita ke sini karena mendengar kamu hamil. Tapi ternyata kamu gak hamil. Yasudah, Mas kita pulang saja, yuk." Hena menarik lengan Mas Andri.Namun, laki-laki itu bergeming. Ia melihat ke arah ibunya yang memberikan kode dengan mengedipkan mata dan mengerucutkan bibir.Sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu."Tuh, Ibu-ibu dengar, 'kan. Kalau Arini tidak hamil. Jadi, sebaiknya bubar. Pada pulang semuanya. Kasihan, anak saya mau istirahat," ujar abah menyuruh Ibu-ibu yang hadir pada pulang.Satu persatu dari mereka pun pergi. Tinggallah keluarga
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 35Seperginya Mas Andri dan keluarganya, aku hanya tidur dan beristirahat. Sakit kepalaku perlahan sedikit mereda setelah meminum obat yang diberikan Della tadi.Sore harinya, aku melihat Abah yang tengah membuat garasi. Bukan garasi mobil atau motor, tapi garasi untuk menyimpan perabotan yang aku bawa dari rumah lamaku.Abah memang multi talenta, Bukan hanya bisa menangkap ikan, tapi juga bisa membuat rumah. Rumah-rumahan maksudnya."Rin, kamu lihat paku, tidak?"Aku yang tengah duduk dengan memainkan gawai, seketika menoleh saat Abah bertanya."Paku apa? Tidak lihat," kataku."Ih, paku buat asbes, yang kepalanya besar dan lebar," ujar Abah seraya terus mengobrak-abrik perkakas."Tidak
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU36"Geser lagi, Rin. Terus, sedikit lagi."Sekuat tenaga aku menggeser sedikit demi sedikit meja makan dengan di atasnya tersimpan empat buah kursi meja makan."Sedikit lagi, Rin."Aku berdiri berkacak pinggang. Menatap Abah dengan tatapan menyeramkan."Kok, berhenti? Belum nyampe tujuan itu," ujar Abah."Arin, capek, Bah. Berat ini." Aku menepuk ujung meja dengan kesal.Abah menyebalkan, aku dia suruh mendorong meja, sedangkan dia malah asyik duduk sambil merokok."Masa, baru gitu aja capek. Lihat, Abah mah, sudah bikin tempatnya, nurunin barangnya dari mobil. Lah, kamu tinggal dorong-dorong segitu saja, sudah bilang capek. C
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 37Hari ini, aku tidak memiliki kegiatan. Aku memilih pergi ke pelabuhan untuk bertemu Santi. Sejak dia datang ke rumah waktu itu, aku belum bertemu dia lagi. Dia harus tahu, kalau ternyata aku tidak hamil anaknya Mas Andri.Aku juga kembali menerima pesanan ikan segar. Dan hari ini, ada beberapa orang yang memesan ikan dariku.Namun, sebelum ke pelabuhan, aku akan pergi ke bengkel terlebih dahulu. Mengambil motor yang waktu itu aku simpan di sana."Mau ke mana, Bah?" tanyaku pada Abah yang sudah bersiap pergi."Mau ke pelabuhan. Katanya Kang Diki ada yang mau disampaikan sama Abah.""Aku ikut sampai bengkel depan, ya? Mau ambil motor," ucapku seraya mengambil keranjang untuk aku membawa ikan.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 38Pria berkaus cokelat menoleh sekilas, lalu ia kembali fokus pada orang di depannya. Abah terus menekan dada si pria yang berbaring. Mencoba mengeluarkan air dari dalam mulut pria tersebut. Hingga akhirnya, Abah berhenti."Dia tidak bisa diselamatkan," tutur Abah, lirih."Innalillahi ...," ucap orang-orang di belakang Abah, termasuk aku.Para pria dewasa yang juga nelayan setempat, membantu mengangkat mayat Mang Asep. Ia adalah salah satu nelayan yang menurunkan perahu milik Abah. Aku belum tahu apa penyebab perahu yang ditumpangi Mang Asep dan kedua temannya terbaik di tengah laut.Ingin bertanya, tapi waktunya kurang tepat. Biar nanti saja. Sekarang, Abah, keluarga dan tetangga serta kerabat akan bersiap untuk menguburkan jasad Mang Asep.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 39"Foto Hena?" ujarku.Gambar Hena yang tengah memakai baju seksi, keluar dari tas tersebut. Dan setahuku, ini adalah tas milik Ari."Apa mungkin Ari dan Hena ...?""Arini! Apa yang kau lakukan?!"Buru-buru aku memasukkan foto itu ke dalam tas tersebut. Secepat kilat aku keluar dari rumah itu saat mendengar suara Mas Andri memanggil.Dari kejauhan, Mas Andri datang dengan wajah merah padam. Aku buru-buru naik ke atas truk."Mang! Mamang bawa motorku, ya?" ujarku kepada teman Mang Deri seraya melemparkan kunci motor padanya.Mobil mulai melaju membawa dua lemari serta aku yang duduk di atas meja rias."Arini! Kurang ajar!!" Mas Andri menggerutu dengan dada yang
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 40"Rin, kamu sudah gila! Kamu merencanakan ini untuk mengusirku?""Iya," kataku singkat."Kenapa harus sejahat ini, Rin? Kenapa tidak bicara baik-baik?" Mas Andri menatapku lekat. Kilatan amarah begitu jelas dari sorot matanya."Baik-baik? Aku sudah menyuruhmu pergi dengan baik-baik, dengan lembut, dengan halus, tapi apa yang kudapat? Hanya kebohongan. Kamu iyakan permintaanku, tapi kamu dan keluargamu tidak sama sekali menuruti keinginanku. Haruskah aku terus berbaik padamu, Mas?""Aku tidak menurut, karena aku sedang memikirkan sesuatu. Memikirkan di mana aku dan keluargaku tinggal. Tapi, belum juga dapat tempat tinggal baru, kamu malah datang merusak ketenanganku!""Banyak alasan kamu, Mas! Waktu m
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 41Hena and the geng berteriak histeris saat tembok itu roboh dan menimpa barang yang mereka bawa dari dalam."Kenapa harus didorong ke arah sini, sih? Kenapa gak dibawa ke sana?!" Ibu berteriak. Kesal karena usaha mereka untuk menyelamatkan barang-barang miliknya berbuah kesia-siaan.Harta mereka hancur tidak tersisa. Termasuk magic com serta kompor gas yang baru dibeli Hena pun raib. Rusak dan tidak akan bisa terpakai lagi."Kasihan, ya mereka?""Iya, kenapa gak disuruh pergi baik-baik, sih. Malah dibikin menderita seperti itu?""Eh, ngomong-ngomong, kenapa ibunya si Andri tidak pingsan, ya?""Abah Agung dan Arini itu sakit hati dengan konspirasi mereka. Makanya dibalas dengan seperti itu. Menurutku